Puing-puing Roket Long March 5B China Diduga Jatuh di Kalimantan dan Serawak
Benda logam diduga serpihan roket Long March 5B China yang kembali ke Bumi pada Sabtu kemarin, ditemukan jatuh di wilayah Kalimantan dan Malaysia.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Puing-puing diduga roket pendorong Long March 5B China yang kembali ke Bumi pada Sabtu (30/7/2022), dilaporkan ditemukan di wilayah Malaysia dan Indonesia.
Sebelumnya, NASA mengkritik China karena tidak memberi informasi mengenai roket pendorong yang kembali ke Bumi secara tidak terkendali.
Dilansir Guardian, sebuah benda logam berbentuk cincin dan berdiameter sekitar 5 meter ditemukan pada Minggu (31/7/2022) di Kalimantan, menurut media Malaysia.
Tribunnews melaporkan, penemuan besi diduga serpihan roket menggegerkan warga di Dusun Pengadang, Desa Pengadang, Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, Kalbar pada Senin (1/8/2022).
Warga menduga benda tersebut ada hubungannya dengan jatuhnya roket CZ 5 B atau Long March 5B milik China.
Benda berukuran 2x5 meter itu ditemukan di areal perkebunan sawit yang baru ditanam milik warga setempat, Yulius Talib.
Baca juga: Heboh Temuan Potongan Besi di Kebun Sawit di Sanggau Kalbar, Serpihan Roket CZ 5 B Milik China?
Jonathan McDowell, seorang astrofisikawan di Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, mengatakan bahwa logam itu tampaknya berukuran persis dengan bagian inti roket China.
"Sepertinya tutup ujung tangki propelan tahap roket," katanya.
"Tidak ada keraguan dalam pikiran saya bahwa itu dari roket (China), itu di tempat yang tepat pada waktu yang tepat dan sepertinya itu dari jenis roket yang tepat," jelas McDowell.
Mengutip penjelasannya di Twitter, McDowell mengatakan puing-puing juga ditemukan di Sarawak, Malaysia.
Puing-puing diduga dari roket China itu jatuh di dekat pedesaan.
"Tidak ada korban jiwa atau kerusakan properti yang dilaporkan, tetapi puing-puing berada di dekat desa-desa dan beberapa ratus meter ke arah mana pun bisa menjadi cerita yang berbeda," cuitnya.
Roket Long March 5B yang tidak berawak, membawa modul kedua dari tiga modul untuk menyelesaikan stasiun ruang angkasa Tiangong.
Awal pekan ini, China mengatakan puing-puing tidak berisiko tinggi dan akan melacaknya.
Tetapi Aerospace Corp, pusat penelitian nirlaba yang didanai AS di dekat Los Angeles, mengatakan China sembrono lantaran membiarkan seluruh tahap inti roket kembali ke Bumi tanpa kendali.
Pada Sabtu lalu, administrator NASA, Bill Nelson mengkritik China karena tidak memberikan informasi mengenai roket tersebut.
Ia menilai China tidak bertanggung jawab dan tindakannya berisiko.
"Semua negara penjelajah antariksa harus mengikuti praktik terbaik yang telah ada, dan melakukan bagian mereka untuk membagikan jenis informasi ini sebelumnya untuk memungkinkan prediksi yang andal tentang potensi risiko dampak puing, terutama untuk kendaraan angkat berat seperti Long March 5B, yang membawa risiko signifikan kehilangan nyawa dan harta benda," kata dia.
Dua tahun yang lalu, pecahan roket Long March 5B China jatuh dan merusak sejumlah bangunan di Pantai Gading.
Beruntung tidak ada korban jiwa atau luka saat itu.
Media lokal Malaysia pada Minggu (31/7/2022) melaporkan, dua keluarga dievakuasi dari rumahnya di Sarawak.
Ini karena dikhawatirkan ada radioaktivitas setelah sebuah puing diduga dari roket ditemukan di dekat kediaman mereka.
Laporan itu menunjukkan sepotong logam terjepit setengah meter di tanah.
Badan antariksa Malaysia dan dewan perizinan energi atom sedang menyelidiki insiden tersebut bersama polisi setempat.
McDowell mengaku sulit mengkonfirmasi apakah itu puing roket dari kualitas foto, tetapi ia yakin beberapa bagian mendarat di dekat perbatasan Indonesia dan Malaysia.
Kemungkinan itu mengingat adanya laporan penemuan benda logam mencurigakan di lokasi tersebut.
Benda itu ditemukan sehari setelah orang-orang di Sarawak memposting gambar puing-puing yang menerangi langit malam saat memasuki kembali atmosfer Bumi.
Baca juga: Nancy Pelosi Dijadwalkan Tiba di Taiwan Besok, Tentara Pembebasan China Tidak Akan Tinggal Diam
"Awalnya kami mengira itu adalah bintang jatuh," kata Aizul Sidek, yang merekam video dengan smartphone-nya di Kuching, Sarawak.
Seorang warga lain mengatakan kepada media lokal bahwa dia dikejutkan oleh suara gemuruh dan getaran yang mengguncang rumahnya, sekitar pukul 12.40 waktu setempat.
McDowell mengatakan, sebagian besar negara penjelajah luar angkasa merancang roket untuk menghindari masuk kembali ke Bumi tanpa kendali.
Meski tidak ada hukum internasional yang mengatur, hal ini dilakukan untuk menghindari risiko sejak puing roket Skylab milik NASA jatuh dari orbit pada 1979 dan mendarat di pedalaman Australia.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)