Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tagihan Listrik Meroket, 6 dari 10 Pabrik di Inggris Terancam Ditutup

Sekitar 60 persen pabrik di Inggris berada pada risiko 'ditutup', karena tagihan energi di seluruh negara itu terus meroket.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Tagihan Listrik Meroket, 6 dari 10 Pabrik di Inggris Terancam Ditutup
pixabay/Couleur
Sekitar 60 persen pabrik di Inggris berada pada risiko 'ditutup', karena tagihan energi di seluruh negara itu terus meroket. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Sekitar 60 persen pabrik di Inggris berada pada risiko 'ditutup', karena tagihan energi di seluruh negara itu terus meroket.

Hal ini berdasar pada jajak pendapat yang dilakukan oleh MakeUK, sebuah kelompok lobi untuk pabrik-pabrik di Inggris.

Dikutip dari laman Russia Today, Minggu (4/9/2022), menurut MakeUK, hampir setengah dari produsen telah melihat tagihan listrik melonjak lebih dari 100 persen selama setahun terakhir.

Baca juga: Tagihan Listrik di Inggris Bisa Mencapai Rp 105,73 Juta, Pemadaman Mengintai Warga di Musim Dingin

"Krisis saat ini membuat bisnis menghadapi pilihan yang sulit, pengurangan produksi atau tutup toko secara total bisa jadi pilihan jika bantuan tidak segera datang," kata MakeUK.

Perlu diketahui, pihak berwenang Inggris telah berada di bawah tekanan kuat selama setahun terakhir untuk mengatasi krisis energi.

Beberapa putaran langkah dukungan pum diluncurkan untuk membantu konsumen dan bisnis dalam mengatasi biaya yang melonjak.

Berita Rekomendasi

Menurut indeks manajer pembelian yang diterbitkan oleh S&P Global, sektor pabrik negara itu telah menurun.

Sementara itu, survei MakeUK menunjukkan bahwa sebanyak 13 persen pabrik telah mengurangi jam operasional mereka atau menghindari periode puncak, dengan 7 persen menghentikan produksi untuk jangka waktu yang lebih lama.

Baca juga: CARA Cek Tagihan Listrik Lewat PLN Mobile setelah Tarif Listrik Naik per 1 Juli 2022

"Tindakan darurat diperlukan oleh pemerintah baru. Kami sudah tertinggal dari pesaing global kami," kata CEO MakeUK, Stephen Phipson.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas