Perang dengan Azerbaijan Memanas, 105 Tentara Armenia Tewas
105 tentara Armenia tewas dalam bentrokan perbatasan dengan Azerbaijan. Sementara itu, 50 tentara Azerbaijan juga tewas.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Lebih dari 100 tentara Armenia tewas dalam bentrokan perbatasan dengan Azerbaijan sejak Senin (12/9/2022).
Demikian dilaporkan oleh Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan.
Sementara itu, Azerbaijan mengatakan 50 tentaranya sendiri juga tewas dalam pertempuran itu, yang mana kedua belah pihak saling menyalahkan.
Bentrokan ini adalah yang terbaru dari serangkaian konflik berkepanjangan yang terjadi antara dua bekas republik Soviet atas wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan.
Rusia dan Amerika Serikat masing-masing menyerukan perdamaian antara kedua negara.
Berbicara kepada parlemen negaranya, Perdana Menteri Nikol Pashinyan mengatakan 105 tentara Armenia telah tewas sejak Senin malam dalam serangan yang dia tuduh dilakukan oleh Azerbaijan.
Baca juga: Rusia Klaim Armenia dan Azerbaijan Capai Gencatan Senjata, Setelah Bentrokan Tewaskan 99 Tentara
Pashinyan juga menuduh pasukan Azeri menduduki 10 km persegi wilayah Armenia minggu ini.
Kemudian dia mengatakan telah meminta bantuan militer Rusia, sekutu lama Armenia.
Azerbaijan membantah laporan Armenia tentang peristiwa minggu ini, termasuk laporan bahwa mereka menembaki kendaraan milik dinas keamanan FSB Rusia yang ditempatkan di dalam Armenia.
Sebaliknya, Azerbaijan mengklaim tetangganya itu yang memulai konflik dengan menembaki sasaran-sasaran militer di dalam distriknya sendiri di Kalbacar.
"Unit kami mengambil langkah-langkah tanggapan yang diperlukan," kata kementerian pertahanan Azerbaijan, sebagaimana dilansir BBC.
Gencatan senjata rapuh yang ditengahi oleh Rusia pada hari Selasa gagal diadakan.
Dedua belah pihak menyalahkan yang lain karena melanggar perjanjian dan laporan kekerasan berlanjut hingga Rabu (13/9/2022), malam.
Pertempuran itu adalah yang paling mematikan antara dua tetangga dalam dua tahun.
Para pemimpin internasional mengintensifkan upaya diplomatik untuk mencegahnya meningkat menjadi perang yang lebih mematikan, seperti yang terjadi dengan pertempuran sebelumnya di masa lalu.
Selain korban jiwa dari perang kedua di bekas Uni Soviet, konflik besar-besaran akan berisiko menyeret Rusia dan Turki, keduanya kekuatan utama di kawasan itu, serta mengganggu rute transit minyak dan gas yang penting.
Baca juga: Rusia Sepakat Ikut Stabilkan Situasi di Sepanjang Perbatasan Armenia dengan Azerbaijan
Sebagai bagian dari upaya diplomatik itu, Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang dipimpin Rusia mengirim misi perdamaian ke Armenia yang menurut Kremlin akan tiba dalam waktu dekat.
Turki bersekutu dengan Azerbaijan dan Presidennya, Recep Erdogan, menuduh Armenia memulai konflik dengan melanggar penyelesaian perdamaian yang ada.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengadakan panggilan telepon dengan para pemimpin kedua negara dengan harapan memfasilitasi gencatan senjata - mendesak Moskow untuk berbuat lebih banyak juga.
Perselisihan yang berlangsung lama antara republik-republik tetangga atas wilayah pegunungan Nagorno-Karabakh telah menyebabkan perang skala penuh pada 1980-an dan 1990-an, perang enam minggu pada 2020, dan bentrokan berkelanjutan selama beberapa dekade.
Meskipun diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan, wilayah tersebut telah lama dihuni dan dikelola secara efektif oleh etnis Armenia.
(Tribunnews.com/Yurika)