Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Rusia Kerahkan 300.000 Pasukan Cadangan ke Ukraina

Setelah Vladimir Putin memerintahkan mobilisasi militer pertamanya, kini Rusia mengatakan akan mengerahkan 300.000 pasukan cadangan ke Ukraina.

Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
zoom-in Rusia Kerahkan 300.000 Pasukan Cadangan ke Ukraina
AFP/ALEXANDER NEMENOV
Tentara Rusia berpatroli di teater drama Mariupol, dibom 16 Maret lalu, pada 12 April 2022 di Mariupol. - Rusia akan mengerahkan 300.000 pasukan cadangan ke Ukraina. (Photo by Alexander NEMENOV / AFP) 

TRIBUNNEWS.COM - Rusia akan mengerahkan 300.000 pasukan cadangan untuk mendukung kampanye militernya di Ukraina.

Demikian dikatakan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu pada hari Rabu (21/9/2022), dalam sambutan yang disiarkan televisi.

Dalam pembaruan pertama Rusia terkait jumlah korban dalam hampir enam bulan, Shoigu mengatakan 5.397 tentara Rusia telah tewas sejak awal konflik.

Presiden Vladimir Putin telah memerintahkan mobilisasi pertama Rusia sejak Perang Dunia II dalam pidato televisi Rabu pagi.

Putin mengatakan bahwa tenaga tambahan diperlukan untuk memenangkan perang tidak hanya melawan Ukraina tetapi juga para pendukung Baratnya.

Shoigu menepis pernyataan Kyiv dan Barat bahwa Rusia telah menderita kerugian besar dalam kampanye tujuh bulannya.

Baca juga: Rusia Ungkap 5.937 Tentaranya Tewas, Ukraina Klaim Tentara Putin Yang Gugur 10 Kalinya

Dia juga mengatakan 90 persen tentara Rusia yang terluka telah kembali ke garis depan.

Berita Rekomendasi

Ini adalah pertama kalinya Rusia membeberkan angka kematian resmi sejak 25 Maret, ketika dikatakan 1.351 prajurit tewas.

Pentagon Amerika Serikat mengatakan pada Agustus bahwa mereka yakin antara 70.000 dan 80.000 personel Rusia telah tewas atau terluka.

Dan pada Juli, Pentagon memperkirakan korban tewas Rusia sekitar 15.000.

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu meninggalkan Lapangan Merah setelah parade militer Hari Kemenangan di Moskow tengah pada 9 Mei 2022. - Rusia merayakan ulang tahun ke-77 kemenangan atas Nazi Jerman selama Perang Dunia II. (Photo by Kirill KUDRYAVTSEV / AFP)
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu meninggalkan Lapangan Merah setelah parade militer Hari Kemenangan di Moskow tengah pada 9 Mei 2022. Photo by Kirill KUDRYAVTSEV / AFP) (AFP/KIRILL KUDRYAVTSEV)

Shoigu mengatakan Rusia memiliki 25 juta pejuang potensial yang tersedia.

Keputusan yang diterbitkan di situs web Kremlin mengatakan bahwa panggilan itu hanya akan berlaku untuk pasukan cadangan dengan pengalaman militer sebelumnya.

Mengutip CNA, Kremlin mengatakan pada hari Rabu bahwa pemerintah Rusia akan mengumumkan segera kategori warga mana yang akan dibebaskan dari mobilisasi pasukan cadangan dengan pengalaman militer untuk bertugas di Ukraina.

Dalam komentar kepada wartawan, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menolak mengomentari kemungkinan penutupan perbatasan untuk mencegah warga menghindari panggilan.

Shoigu mengatakan ini berarti sekitar 300.000 orang.

Dia mengatakan mereka akan diberikan pelatihan tambahan sebelum dikerahkan ke Ukraina, dan mereka tidak akan menyertakan siswa atau mereka yang hanya bertugas sebagai wajib militer.

Shoigu mengatakan mobilisasi akan membantu Rusia mengkonsolidasikan wilayah yang dipegangnya di belakang garis depan 1.000 km di Ukraina.

Moskow mengatakan sedang melancarkan "operasi khusus" untuk mendemiliterisasi tetangganya dan menyingkirkan nasionalis berbahaya.

Kyiv dan Barat mengatakan Rusia sedang melakukan kampanye imperialis untuk merebut kembali tetangga pro-Barat yang melepaskan diri dari kekuasaan Moskow ketika Uni Soviet runtuh pada 1991.

Putin Umumkan Mobilisasi Pasukan

Presiden Rusia Vladimir Putin pada Rabu (21/9/2022) telah mengumumkan mobilisasi militer parsial.

Pengumuman datang saat pasukan Rusia memerangi serangan balasan Ukraina yang telah merebut kembali beberapa wilayah pendudukan.

Dalam pidato yang disiarkan televisi ke negara itu, Putin mengatakan mobilisasi parsial dari 2 juta pasukan cadangan militernya adalah untuk mempertahankan Rusia dan wilayahnya.

Putin mengklaim Barat ingin menghancurkan Rusia dan tidak menginginkan perdamaian di Ukraina.

"Jika integritas teritorial negara kami terancam, kami menggunakan semua cara yang tersedia untuk melindungi rakyat kami, ini bukan gertakan," kata Putin, seperti dilansir CNA.

Putin mengatakan tujuannya adalah untuk membebaskan wilayah Donbas di Ukraina timur.

Dia juga mengatakan bahwa kebanyakan orang di wilayah yang berada di bawah kendali Rusia tidak ingin diperintah oleh Kyiv.

Rusia akan menggunakan semua sumber daya yang dimilikinya untuk membela rakyatnya, kata Putin.

Presiden Rusia Vladimir Putin dan tentara Rusia di Mariupol, Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan tentara Rusia di Mariupol, Ukraina. (Kolase Foto Tribunnews)

Dia menambahkan bahwa dia akan memberikan status hukum kepada "sukarelawan" yang bertempur di Donbas dan memerintahkan peningkatan dana untuk meningkatkan produksi senjata negara itu.

Sebagai informasi, mobilisasi adalah tindakan pengerahan dan penggunaan secara serentak sumber daya nasional serta sarana dan prasarana nasional yang telah dibina dan dipersiapkan sebagai komponen kekuatan pertahanan keamanan negara untuk digunakan secara tepat bagi penanggulangan setiap ancaman, baik dari luar maupun dari dalam negeri.

Putin juga mengatakan Barat telah melampaui semua batas dalam agresinya terhadap Rusia, menuduhnya terlibat dalam pemerasan nuklir.

Presiden menambahkan bahwa Rusia memiliki banyak senjata untuk membalas ancaman Barat dan mengatakan bahwa dia tidak menggertak.

Baca juga: NATO Anggap Referendum Bagian Ukraina Untuk Bergabung Dengan Rusia Sebagai Dagelan Vladimir Putin

Pertemuan para pemimpin dunia di Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York sebelumnya mengecam invasi Rusia ke Ukraina, ketika para pemimpin yang ditempatkan Moskow di daerah-daerah pendudukan di empat wilayah Ukraina mengumumkan rencana untuk mengadakan referendum untuk bergabung dengan Rusia dalam beberapa hari mendatang.

Dalam langkah yang tampaknya terkoordinasi, tokoh-tokoh pro-Rusia mengumumkan referendum untuk 23 September hingga 27 September di provinsi Luhansk, Donetsk, Kherson dan Zaporizhzhia, yang mewakili sekitar 15 persen wilayah Ukraina, atau area seukuran Hongaria.

Beberapa tokoh pro-Kremlin membingkai referendum untuk wilayah yang diduduki sebagai ultimatum kepada Barat untuk menerima keuntungan teritorial Rusia atau menghadapi perang habis-habisan dengan musuh bersenjata nuklir.

“Perambahan ke wilayah Rusia adalah kejahatan yang memungkinkan Anda untuk menggunakan semua kekuatan pertahanan diri,” kata Dmitry Medvedev, mantan presiden Rusia dan sekarang wakil ketua Dewan Keamanan Putin.

(Tribunnews.com/Yurika)

Artikel Konflik Rusia Vs Ukraina

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas