Wabah Ebola di Uganda: Pemerintah Tetapkan Lockdown 3 Minggu di 2 Distrik
Pemerintah Uganda Afrika menetapkan lockdown di dua distrik Mubende dan Kassanda saat negara tersebut memerangi wabah Ebola, tempat hiburan ditutup.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Uganda, Afrika Timur menetapkan lockdown (penguncian) selama tiga minggu di dua distrik saat negara tersebut memerangi wabah Ebola.
Tempat hiburan, bar, klub malam, hingga tempat ibadah ditutup di distrik Mubende dan Kassanda yang berdekatan.
Dikutip BBC, pihak berwenang juga akan memberlakukan jam malam.
Langkah ini berlawanan dengan pernyataan Presiden Uganda Yoweri Museveni yang sebelumnya menyatakan tidak memerlukan tindakan demikian.
Wabah terbaru ini telah menewaskan 19 orang di antara 58 kasus yang tercatat.
Namun, jumlah kematian dan kasus sebenarnya mungkin lebih tinggi.
Baca juga: Negara di Afrika Kini Waspadai Kembali Munculnya Wabah Ebola
Wabah dimulai pada awal September di Mubende, sekitar 80 kilometer dari ibu kota Kampala.
Presiden: Ebola bukan virus yang perlu tindakan seperti Covid-19
Pada awalnya, Presiden Museveni sebelumnya mengesampingkan penguncian.
Dia menyebut Ebola bukan virus yang ditularkan melalui udara sehingga tidak memerlukan tindakan yang sama seperti Covid-19.
Namun pada Sabtu (15/10/2022) dia menghentikan semua pergerakan masuk dan keluar dari distrik Mubende dan Kassanda selama 21 hari.
Truk kargo masih akan diizinkan masuk dan keluar dari area tersebut, katanya, tetapi semua transportasi lainnya akan dihentikan.
"Ini adalah tindakan sementara untuk mengendalikan penyebaran Ebola," jelasnya dalam pidato yang disiarkan televisi.
"Kita semua harus bekerja sama dengan pihak berwenang sehingga kita mengakhiri wabah ini dalam waktu sesingkat mungkin."
Baca juga: Uganda Deklarasikan Wabah Ebola Strain Sudan Setelah 1 Orang Meninggal
Wajib jalani isolasi
Presiden telah memerintahkan polisi untuk menangkap siapa pun yang dicurigai memiliki virus yang menolak untuk diisolasi.
Dia melarang dukun untuk mencoba menangani kasus.
Dalam wabah sebelumnya, penyembuh telah dikaitkan dengan hotspot untuk penyebaran virus.
Kematian pertama yang tercatat dalam wabah ini adalah seorang pria berusia 24 tahun di Mubende.
Enam anggota keluarganya juga meninggal.
Kemudian mencapai ibu kota Kampala, dengan satu kematian tercatat pada bulan Oktober.
Tetapi pejabat kesehatan mengatakan kota itu tetap bebas virus, karena pria yang meninggal itu melakukan perjalanan dari Mubende.
Baca juga: Ancaman Omicron, Asosiasi Medis Dunia Ingatkan Varian Baru Covid-19 Sama Mematikannya dengan Ebola
Belum ada vaksin yang disetujui
Wabah terbaru ini adalah jenis virus Sudan, yang belum ada vaksin yang disetujui.
Strain Zaire, yang menewaskan 11.000 orang dalam wabah di Afrika Barat dari 2013-2016, dapat divaksinasi.
Dikutip VOA News, pihak berwenang Uganda telah mendokumentasikan lebih dari 1.100 kontak pasien Ebola yang diketahui, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika.
Jenis Ebola di Sudan, yang vaksinnya belum terbukti, beredar di negara berpenduduk 45 juta orang itu.
Ebola menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau bahan yang terkontaminasi.
Gejala termasuk muntah, diare dan dalam beberapa kasus pendarahan internal atau eksternal.
Masa inkubasi dapat berlangsung dari dua hari hingga tiga minggu, dan virus dapat dikaitkan dengan penyakit lain, seperti malaria dan tipus.
Ebola pertama kali muncul pada tahun 1976 dalam dua wabah simultan di Sudan Selatan dan Kongo, di mana itu terjadi di sebuah desa dekat Sungai Ebola setelah penyakit itu dinamai.
Berita lain terkait dengan Wabah Ebola
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)