Dihantui Krisis Energi, Orang Jerman Datangi Kursus Menghadapi Pemadaman Listrik
Krisis energi melanda Jerman buntut perang Rusia-Ukraina, dengan pemadaman listrik menghantui menjelang musim dingin.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Jerman dibayangi krisis energi menjelang musim dingin pada akhir tahun ini.
Kemungkinan terjadinya pemadaman listrik di Jerman, kekuatan ekonomi terbesar di Eropa, telah menjadi ancaman yang dapat dibayangkan selama krisis energi yang kini terjadi.
Menyusul hal itu, semakin banyak orang Jerman yang mengikuti kursus untuk mempelajari cara bertahan ketika dalam kondisi darurat atau pemadaman.
"Jika listrik padam maka sama sekali tidak ada yang berfungsi lagi."
"Dan kita perlu memahami apa arti 'tidak ada yang bekerja' sebenarnya," kata Birgitt Eberlin, seorang instruktur di Federasi Pekerja Samaria (ASB), dikutip dari Reuters.
Tanpa listrik, tugas rumah tangga sederhana dapat menjadi tantangan besar.
Baca juga: Kunjungan Kanselir Jerman ke China Dikritik, Ingatkan Soal Ketergantungan dengan Rusia
Kegiatan seperti memasak, menjaga tubuh tetap terhidrasi, merawat hewan peliharaan, atau membunyikan bel pintu tetangga mungkin akan sulit dilakukan.
Organisasi bantuan dan kesejahteraan Jerman menawarkan kursus gratis atas nama badan pemerintah BBK untuk perlindungan sipil dan bantuan bencana.
Sebagai instruktur, Eberlin menerangkan kepada peserta kursus tentang dasar-dasarnya mulai dari mempersiapkan lilin, korek api, dan lampu depan.
Ia mengajar para muridnya itu di sebuah tempat amal di Berlin tenggara, sebelum menyalakan lampu dan melanjutkan sebagian pelajaran menggunakan obor untuk penerangan.
"Tiga generasi yang lalu orang tahu seperti apa tanpa listrik. Hari ini kami menyadari bahwa kami hampir tidak dapat berfungsi tanpa listrik," kata Albrecht Broemme, mantan kepala pemadam kebakaran Berlin.
Meski telah pensiun, Broemme kembali ditugaskan untuk membantu membangun infrastuktur untuk pandemi Covid-19 hingga pengungsi Ukraina.
Badan jaringan nasional Jerman telah memperingatkan kemungkinan penjatahan gas di musim dingin ini, menyusul anjloknya impor energi Rusia ke Jerman setelah invasi Ukraina.
Namun, dengan penyimpanan gas hampir penuh dan musim gugur yang luar biasa hangat membantu upaya menghemat pemanasan, Jerman berharap dapat menghindari pemadaman mendadak.
Restoran Kurangi Menu
Beberapa daerah di Jerman menerapkan langkah-langkah dini untuk menghemat lebih banyak listrik.
Menurut laporan media lokal, dikutip dari Anadolu Agency, restoran-restoran di negara bagian Baden-Wurttemberg mengurangi menu hingga lebih sering tutup.
"Optimalisasi adalah tugas permanen. Tetapi tekanan ekonomi telah meningkat, sehingga jam buka, menu atau penempatan staf dipertanyakan," jelas Daniel Ohl, juru bicara Asosiasi Hotel dan Restoran Baden-Wurttemberg, kepada kantor berita Jerman, DPA.
Restoran memberikan hari libur tambahan atau menghapus hidangan dari menu yang jarang dipesan.
Sementara itu di Kota Ludwigshafen, negara bagian Rhineland-Palatinate, otoritas mematikan penerangan jalan bahkan di titik lalu lintas penting Hochstrasse Utara dan Selatan.
Ini bertujuan untuk menghemat sekitar 150.000 kilowatt jam listrik selama krisis energi.
"Penting bagi kita sebagai pemerintah untuk memberikan contoh dan melestarikan sumber daya bersama dengan industri dan warga negara," kata Wali kota Jutta Steinruck dalam sebuah pernyataan.
"(Penghematan energi dalam penerangan jalan adalah) proses berkelanjutan yang telah dilakukan secara konsisten selama bertahun-tahun," lanjut pernyataan tersebut.
Setiap tahun, sekitar 5 persen energi dihemat dibandingkan tahun sebelumnya.
Di bagian paling selatan Jerman, di Bavaria, bank Sparkasse Augsburg berencana menurunkan suhu ruangan untuk menghemat energi.
Baca juga: Ikuti Jejak AS, Jerman Blokir Investasi Produk Semikonduktor dari China
Baca juga: Industri Klub Malam di Inggris Akan Hilang pada 2030 Imbas Mahalnya Biaya Hidup dan Krisis Energi
Sejatinya ini menjadi hal yang wajib sejak peraturan hemat energi diberlakukan pemerintah Jerman mulai bulan September.
Karena suhu di dalam ruangan dibatasi, bank juga melonggarkan peraturan pakaiannya yang ketat.
"Prinsip dasarnya tetap, tentu saja, tetapi diperlunak karena kami meminta pengertian," kata seorang juru bicara kepada media lokal.
"Tapi tidak ada yang akan berdiri dengan sweter compang-camping di tempat kami," pungkasnya.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)