Deklarasi Pemimpin G20 Kecam Agresi Rusia di Ukraina: Hukum Internasional Harus Ditegakkan
Deklarasi pemimpin G20 menyesalkan agresi Rusia terhadap Ukraina dan kecam perang Moskow di Ukraina pada pertemuan puncak di Bali, Rabu (16/11/2022).
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Para pemimpin ekonomi utama Kelompok 20 (G20) mengeluarkan deklarasi yang menyesalkan agresi Rusia terhadap Ukraina.
Dilansir Al Jazeera, komunike terakhir yang disetujui pada Rabu (16/11/2022) setelah pertemuan puncak di Bali, menyatakan mayoritas anggota mengutuk keras perang di Ukraina.
Invasi Rusia ke Ukraina patut diperhatikan mengingat perpecahan di antara kelompok tersebut.
Sebab tidak hanya mencakup Rusia sendiri tetapi juga negara-negara lain, seperti China dan India yang memiliki hubungan perdagangan yang signifikan dengan Moskow.
Negara-negara tersebut diketahui telah menghentikan kritik langsung terhadap perang tersebut.
Pernyataan tersebut mengakui “ada pandangan lain dan penilaian berbeda” dan mengatakan G-20 “bukan forum untuk menyelesaikan masalah keamanan”.
Baca juga: Saat KTT G20, Angkasa Pura II Telah Layani 29 Penerbangan Kenegaraan
"Hukum internasional harus ditegakkan," kata komunike itu, juga mengutuk ancaman penggunaan senjata nuklir.
Komunike juga menyambut inisiatif biji-bijian Laut Hitam karena perang telah mencegah biji-bijian yang sangat dibutuhkan menuju pasar dunia.
“Banyak anggota… menyatakan keprihatinan tentang kerusakan yang disebabkan oleh konflik pada infrastruktur kesehatan kritis, serta korban jiwa petugas kesehatan, yang secara tidak proporsional mempengaruhi yang paling rentan, perempuan dan anak-anak,” kata deklarasi tersebut.
G20 menyatakan perang di Ukraina merugikan ekonomi global.
Komunike itu juga mengatakan bank sentral anggota akan terus mengkalibrasi laju pengetatan kebijakan moneter.
Negara teroris
Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, yang memimpin delegasi Rusia ke KTT G20 mengutuk "politisasi" pertemuan G20.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres, juga berada di Bali untuk KTT tersebut.
Guterres memperingatkan bahwa “sangat penting untuk menghindari eskalasi perang di Ukraina”.
Baca juga: Baru Saja KTT G20 Selesai, Presiden Jokowi Langsung Blusukan ke Pasar Badung
Komentarnya muncul setelah ledakan di Polandia, yang merupakan anggota NATO.
Serangan terhadap Polandia memicu kekhawatiran bahwa aliansi tersebut mungkin ditarik langsung ke dalam perang hampir sembilan bulan Rusia melawan Ukraina yang didukung Barat.
Kebingungan melingkupi insiden tersebut tentang pihak mana yang menembakkan rudal ke Polandia yang menewaskan dua orang.
"Ledakan itu merupakan upaya untuk memicu bentrokan langsung antara Rusia dan NATO," kata kepala misi tetap Rusia untuk PBB Dmitry Polyansky, Rabu (16/11/2022).
“Ada upaya untuk memprovokasi bentrokan militer langsung antara NATO dan Rusia, dengan segala konsekuensinya bagi dunia,” katanya di saluran Telegramnya.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan kepada para pemimpin G20 pada hari Rabu bahwa ada "negara teroris" di antara mereka.
Berbicara melalui tautan video, Zelensky menyebut serangan di Polandia sebagai “pernyataan benar yang dibawa oleh Rusia untuk KTT G20”.
Baca juga: Hasil Kesepakatan KTT G20 dalam Bali Leaders Declaration, Termasuk soal Perang Rusia-Ukraina
Polandia mengatakan tidak ada bukti jelas siapa yang meluncurkan rudal itu.
Associated Press mengutip pejabat AS yang tidak disebutkan namanya mengatakan rudal itu mungkin ditembakkan oleh pasukan Ukraina dalam upaya untuk menembak jatuh rudal Rusia.
Kebangkitan kekayaan miliarder
Para pemimpin G20 juga sepakat untuk melakukan upaya membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat C (2,7 derajat F), termasuk mempercepat upaya untuk “mengurangi” penggunaan batu bara secara terus-menerus.
“Ini akan membutuhkan tindakan dan komitmen yang bermakna dan efektif oleh semua negara,” kata deklarasi tersebut.
Badan amal internasional Oxfam mengecam para pemimpin G20 karena gagal mengatasi meningkatnya kemiskinan global.
Baca juga: Apa yang Didapat Eropa dari KTT G20 Bali? Kutuk Invasi Rusia hingga Upaya China Perbaiki Diplomatik
Badan tersebut mencatat bahwa pengelompokan tersebut mewakili dua pertiga populasi dunia dan empat per lima kekuatan ekonomi dunia.
“Di tengah utang, penghematan, dan krisis ketidaksetaraan, kami berharap jauh lebih banyak dari ekonomi terbesar dunia, terutama mengingat meroketnya kekayaan miliarder di halaman belakang mereka,” kata pemimpin G20 Oxfam, Joern Kalinski.
“Dunia membutuhkan tindakan nyata untuk mencegah bencana ekonomi bagi orang dan negara miskin," jelas Kalinski.
"Ttapi yang tersisa hanyalah jaminan daur ulang, krisis utang yang membara, dan vaksin serta langkah kesehatan yang berguna seperti memasang plester pada kaki yang patah," ucapnya.
Berita lain terkait KTT G20
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)