Tak Mau Ketinggalan dari China dan Rusia, Amerika Serikat Percepat Pengembangan Senjata Hipersonik
Senjata jenis ini juga dapat bermanuver dan memvariasikan ketinggian, memungkinkannya untuk menghindari sistem pertahanan rudal saat ini.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) mempercepat pengembangan senjata hipersonik.
Direktur Program Sistem Strategis Angkatan Laut AS, Johnny Wolfe, mengatakan Departemen Pertahanan AS (Pentagon) berupaya meningkatkan kecepatan pengujian dan penelitian senjata hipersonik untuk menghindari ketertinggalan dari China dan Rusia.
“Kebutuhannya sekarang ada, itulah sebabnya kami memiliki rasa urgensi untuk mendapatkannya setelah ini,” kata Wolfe, yang dikutip dari CNN.
Baca juga: AS Luncurkan Roket untuk Program Senjata Hipersonik Sementara Rusia Gelar Latihan Nuklir
Dalam sebuah wawancara pada bulan lalu, ketika militer AS melakukan dua peluncuran uji coba roket untuk mengumpulkan data pengembangan senjata hipersonik, Wolfe mengakui China dan Rusia telah mengembangkan senjata yang belum dimiliki Negeri Paman Sam.
Masing-masing dari dua peluncuran uji coba AS dilakukan melalui percobaan berbeda dalam berbagai bidang seperti bahan tahan panas, elektronik kelas atas, dan bahan ringan, yang semuanya diperlukan untuk keberhasilan pengembangan dan penggunaan senjata hipersonik.
Rusia telah mengerahkan rudal hipersonik Kinzhal miliknya sendiri di Ukraina, dan kemungkinan menandai pertama kalinya senjata semacam itu digunakan dalam perang.
Selama pengujian tahun lalu, rudal hipersonik China terbang ke seluruh dunia sebelum mengenai sasarannya.
“China dan Rusia adalah pendorongnya,” kata Wolfe.
Baca juga: Pertama Kali China Pamer Video Peluncuran Rudal Jelajah Hipersonik DF-17
Senjata hipersonik bergerak dengan kecepatan lebih dari Mach 5, atau sekitar 4.000 mil per jam, sehingga membuatnya sulit dideteksi dan dicegat tepat waktu.
Senjata jenis ini juga dapat bermanuver dan memvariasikan ketinggian, memungkinkannya untuk menghindari sistem pertahanan rudal saat ini.
Pentagon meminta 4,7 miliar dolar AS untuk penelitian senjata hipersonik pada tahun fiskal 2023, menurut Layanan Riset Kongres AS.
Pemerintah AS sedang mengembangkan sejumlah senjata hipersonik yang berbeda, namun kegagalan pengujian mengganggu program-program tertentu.
Angkatan Udara AS melakukan uji coba yang sukses atas Senjata Respon Cepat (ARRW) yang diluncurkan dari udara, namun itu terjadi setelah tiga kegagalan pengujian berturut-turut.
Common Hypersonic Glide Body, perusahaan patungan antara Angkatan Darat AS dan Angkatan Laut AS, juga mengalami kegagalan pengujian selama musim panas selama uji coba pertama senjata dalam sistem penuh.
Baca juga: Korea Utara Sebut Sekjen PBB sebagai Boneka AS setelah Ikut Kecam Uji Coba Rudal ICBM Pyongyang