Panglima Angkatan Darat Pakistan Akui Campur Tangan Militer dalam Politik
Panglima Angkatan Darat Pakistan akui campur tangan militer di politik, termasuk saat perang Pakistan pada tahun 1971 dan terpecah menjadi dua negara.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Panglima militer angkatan darat Pakistan Jenderal Qamar Javed Bajwa mengakui keterlibatannya dalam politik.
Dalam pidatonya, Jenderal Qamar Javed Bajwa mengakui keterlibatan militer Pakistan dalam ranah politik.
Termasuk, kekalahan Pakistan dalam perang tahun 1971 adalah kegagalan politik, bukan kegagalan militer seperti yang dikatakan secara luas.
Setelah kemerdekaan Pakistan pada tahun 1947 dari British India, negara itu dibagi menjadi dua bagian yaitu Pakistan Barat (sekarang Pakistan) dan Pakistan Timur (sekarang Bangladesh), dikutip dari Wio News.
Para sarjana memperkirakan hingga tiga juta kematian di Bangladesh selama pembersihan etnis yang melengkapi operasi militer oleh tentara Pakistan.
Baca juga: Hakim Pakistan Beberkan Laporan Intelijen yang Sebut Nyawa Eks PM Imran Khan dalam Bahaya
Pernyataan Jenderal Qamar Javed Bajwa pada hari Rabu itu termasuk dalam serangkaian upaya Angkatan Darat Pakistan untuk menutupi sejarah pembunuhan warga sipil tak bersenjata di Bangladesh.
Pembunuhan itu terjadi selama peristiwa yang mengarah pada pembentukan Bangladesh merdeka pada Desember 1971.
Jenderal Qamar Javed Bajwa lalu membandingkan militer Pakistan dengan India.
Ia bertanya-tanya mengapa tentara di negara tetangga India tidak dikritik oleh publik.
“Menurut pendapat saya, alasannya adalah campur tangan terus-menerus oleh tentara dalam politik selama 70 tahun terakhir, yang tidak konstitusional. Oleh karena itu, sejak Februari tahun lalu, militer telah memutuskan tidak akan ikut campur dalam masalah politik apa pun," katanya, Rabu (23/11/2022), dikutip dari Al Jazeera.
Jenderal Qamar Javed Bajwa berharap tentara Pakistan dapat menjadi institusi yang lebih baik lagi.
Sejak berkarier dalam militer pada tahun 1947, Jenderal Qamar Javed Bajwa mengatakan telah menerima curahan negatif dan kritik keras dari masyarakat.
Jenderal Qamar Javed Bajwa mengakui pentingnya kritik dari masyarakat, namun ia menggarisbawahi satu hal.
Ia memperingatkan masyarakat agar tidak mengkritik dengan menggunakan kata-kata yang tidak bermartabat.
Baca juga: Kepala Staf Koarmada RI Tinjau Latihan Kopaska dengan Pasukan Khusus AL Pakistan di Kepulauan Seribu
“Setiap orang harus mengingat kesabaran ini ada batasnya. Saya ingin mengabaikan kritik agresif terhadap diri saya dan tentara saya karena Pakistan adalah yang terpenting bagi kita semua,” katanya, seperti diberitakan TBS News.
Menutup pidato terakhirnya sebagai Panglima militer Pakistan, Jenderal Qamar Javed Bajwa mengajak seluruh masyarakat untuk belajar.
"Kenyataannya adalah bahwa di Pakistan, lembaga, partai politik, dan masyarakat sipil - mereka semua telah melakukan kesalahan. Sudah saatnya kita belajar dari mereka dan bergerak maju."
Perdana Menteri Pakistan Shahbaz Sharif diperkirakan akan mengumumkan penggantinya dalam beberapa hari mendatang.
Sebelumnya, Jenderal Qamar Javed Bajwa sempat membela institusi militer Pakistan yang sebelumnya dituduh terlibat dalam pemecatan Perdana Menteri Imran Khan pada April 2022.
Imran Khan sebelumnya juga menjadi target percobaan pembunuhan, yang disebut dilakukan oleh militer dan oknum pemerintah.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Eks Perdana Menteri Pakistan