Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

PBB Usut Pelanggaran HAM selama Protes di Iran, Soroti Penahanan 14 Ribu Orang dan 300 Kematian

PBB usut pelanggaran HAM selama protes di Iran. PBB menyoroti penahanan 14 ribu orang dan 300 kematian demonstran. Aparat juga menahan jenazah korban.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in PBB Usut Pelanggaran HAM selama Protes di Iran, Soroti Penahanan 14 Ribu Orang dan 300 Kematian
AFP/-
Sebuah gambar yang diperoleh AFP pada 21 September 2022, menunjukkan demonstran Iran membakar tempat sampah di ibu kota Teheran selama protes untuk Mahsa Amini, beberapa hari setelah dia meninggal dalam tahanan polisi. - Protes menyebar ke 15 kota di seluruh Iran semalam atas kematian wanita muda Mahsa Amini setelah dia ditangkap oleh polisi moral negara itu, media pemerintah melaporkan hari ini. Pada malam kelima unjuk rasa jalanan, polisi menggunakan gas air mata dan melakukan penangkapan untuk membubarkan massa hingga 1.000 orang, kata kantor berita resmi IRNA. (Photo by AFP) 

TRIBUNNEWS.COM - Dewan Hak Asasi Manusia PBB (OHCHR) berencana mengusut pelanggaran HAM yang terjadi selama kerusuhan di Iran yang berlangsung sejak kematian Mahsa Amini pada 16 September 2022.

Sebanyak 25 anggota Dewan HAM PBB mendukung langkah ini, sementara 16 lainnya abstain.

“Orang-orang Iran, dari semua lapisan masyarakat lintas etnis, lintas usia, menuntut perubahan,” kata Kepala Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk, Kamis (24/11/2022).

"Saya meminta pihak berwenang segera berhenti menggunakan kekerasan dan pelecehan terhadap pengunjuk rasa damai dan membebaskan semua yang ditangkap karena melakukan protes damai, serta moratorium hukuman mati," katanya.

Dewan HAM PBB mencatat sudah ada 300 orang tewas dan 14 ribu orang ditangkap, termasuk anak-anak.

Baca juga: Iran Perluas Program Nuklir, AS: Kami Tak akan Biarkan Iran Produksi Senjata Nuklir

"Misi pencari fakta yang didirikan hari ini akan membantu memastikan bahwa mereka yang terlibat dalam penindasan dengan kekerasan yang sedang berlangsung terhadap rakyat Iran diidentifikasi dan tindakan mereka didokumentasikan," kata Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, dalam sebuah pernyataan.

Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerlock, meminta semua negara untuk mendukung penyelidikan independen, seperti diberitakan Al Jazeera.

Berita Rekomendasi

Ia ingin memastikan mereka yang bertanggung jawab dapat dimintai pertanggungjawaban.

“Jika kita tidak mengumpulkan bukti hari ini, keadilan tidak akan pernah datang kepada para korban,” kata Annalena Baerbock saat menghadiri rapat Dewan HAM PBB.

Baca juga: Iran Isyaratkan Bantu Rusia dalam Membuat Drone untuk Perang di Ukraina

Seorang pengunjuk rasa memegang potret Mahsa Amini selama demonstrasi mendukung Amini, seorang wanita muda Iran yang meninggal setelah ditangkap di Teheran oleh polisi moral Republik Islam, di jalan Istiklal di Istanbul pada 20 September 2022. Amini (22) saat itu melakukan kunjungan bersama keluarganya ke ibukota Iran ketika dia ditahan pada 13 September oleh unit polisi yang bertanggung jawab untuk menegakkan aturan berpakaian ketat Iran untuk wanita, termasuk mengenakan jilbab di depan umum. Amini dinyatakan meninggal pada 16 September oleh televisi pemerintah setelah menghabiskan tiga hari dalam keadaan koma.
Seorang pengunjuk rasa memegang potret Mahsa Amini selama demonstrasi mendukung Amini, seorang wanita muda Iran yang meninggal setelah ditangkap di Teheran oleh polisi moral Republik Islam, di jalan Istiklal di Istanbul pada 20 September 2022. Amini (22) saat itu melakukan kunjungan bersama keluarganya ke ibukota Iran ketika dia ditahan pada 13 September oleh unit polisi yang bertanggung jawab untuk menegakkan aturan berpakaian ketat Iran untuk wanita, termasuk mengenakan jilbab di depan umum. Amini dinyatakan meninggal pada 16 September oleh televisi pemerintah setelah menghabiskan tiga hari dalam keadaan koma. (OZAN KOSE / AFP)

Kerusuhan di Iran

Pemberontakan nasional di Iran terus terjadi hingga hari ini.

Kerusuhan ini dilatarbelakangi oleh kemarahan masyarakat Iran yang selama ini tertahan.

Kematian Mahsa Amini yang diduga karena dianiaya polisi moral Iran, menjadi pemicu pecahnya kerusuhan sejak 16 September 2022.

Sekitar 14 ribu orang ditangkap dalam kerusuhan itu.

Sebanyak 21 dari mereka akan menghadapi hukuman mati dan enam tahanan telah menerima hukuman mati.

Pemberontakan nasional yang belum pernah terjadi sebelumnya telah menguasai lebih dari 150 kota dan 140 universitas di seluruh 31 provinsi di Iran.

“Kami menerima laporan, pengunjuk rasa yang terluka takut pergi ke rumah sakit karena berisiko ditangkap oleh pasukan keamanan,” kata Kepala Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk, Kamis (24/11/2022), seperti diberitakan CNN Internasional.

Volker Turk mengaku khawatir dengan anak-anak dan mahasiswa yang ditangkap di sekolah karena dicurigai sebagai oposisi pemerintah.

“Saya mendesak mereka yang memegang kekuasaan di Iran sepenuhnya untuk menghormati kebebasan dasar berekspresi, berserikat dan berkumpul," katanya.

Baca juga: Dua Aktris Terkenal Iran Ditangkap Pasukan Keamanan setelah Unggahan Lepas Jilbab

Sebuah gambar yang diperoleh AFP menunjukkan tempat sampah yang terbakar di tengah persimpangan selama protes terhadap Mahsa Amini, seorang wanita yang meninggal setelah ditangkap oleh
Sebuah gambar yang diperoleh AFP menunjukkan tempat sampah yang terbakar di tengah persimpangan selama protes terhadap Mahsa Amini, seorang wanita yang meninggal setelah ditangkap oleh "polisi moral" republik Islam itu, di Teheran pada 20 September 2022. Kemarahan publik telah tumbuh di Iran sejak pihak berwenang pada 16 September mengumumkan kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun, setelah penangkapannya oleh unit polisi yang bertanggung jawab untuk menegakkan aturan berpakaian yang ketat untuk wanita. (Photo by AFP) (AFP/-)

Jenazah korban yang tidak dikembalikan

Juru Bicara Dewan HAM PBB juga menyoroti jenazah korban yang tidak dikembalikan kepada keluarganya oleh aparat Iran.

“Sehubungan dengan jenazah yang tidak dikembalikan kepada keluarga mereka, tentu itu menjadi perhatian serius bagi kami,” kata juru bicara Dewan HAM PBB, Jeremy Laurence, seperti diberitakan di laman PBB.

“Apa motif di balik itu, saya tidak yakin. Tetapi keluarga memiliki hak untuk meminta jenazah orang yang mereka cintai dikembalikan kepada mereka. Sungguh kejam jika mereka tidak melakukannya.”

“Kurangnya akuntabilitas atas pelanggaran HAM berat di Iran tetap ada dan berkontribusi pada meningkatnya keluhan”, katanya.

Di sisi lain, Pihak berwenang Iran juga melaporkan sejumlah personel pasukan keamanan telah tewas sejak dimulainya protes. 

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Artikel lain terkait Iran

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas