Polisi Iran Ringkus Komplotan Aksi Bom Bunuh Diri di Teheran
Polisi Teheran meringkus dua tersangka aksi bom bunuh diri yang akan menyasar pusat keagaamaan Qods di Teheran barat.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
Story Highlights
- Mahsa Amini (22) meninggal dunia setelah ditahan polisi moral Iran. Gadis Kurdi itu dituduh tak mengenakan penutup kepala sesuai syariat
- Kematian Mahsa Amini mengobarkan protes di berbagai kota, merenggut nyawa belasan demonstran
- AS, Uni Eropa, dan negara-negara barat mengecam kematian Amini dan kekerasan yang menimpanya
- Pemerintah Iran menyatakan Mahsa Amini meninggal karena pernapasan, bukan karena kekerasan/penganiayaan polisi
TRIBUNNEWS.COM, TEHERAN - Pasukan polisi Iran menangkap dua tersangka bom bunuh diri di daerah Qods, Teheran Barat.
Menurut kantor berita Fars News Agency (FNA), Jumat (25/11/2022), keduanya diringkus sebelum beraksi. Target serangan keduanya pusat keagamaan di Qods.
Penjelasan disampaikan Brigadir Jenderal Keyvan Zahiri, Kepala Kepolisian Teheran Barat. Informasi awal pergerakan mereka diterima polisi pada 16 November 2022.
Pasukan polisi, katanya, segera membentuk tim dan memusatkan perhatian pada tempat persembunyian teroris dalam waktu kurang dari 24 jam.
Dua pistol, sejumlah amunisi, tiga peredam suara, tujuh kilogram bahan peledak, dan sebuah remote control disita. Anggota komplotannya ditangkap hari itu juga.
Iran dalam beberapa bulan terakhir telah menetralisir beberapa sel teroris. Para militan terlibat dalam pembuatan bahan peledak dan bom buatan tangan dan terkait dengan orang asing.
Baca juga: Sosok Mahsa Amini, Perempuan Iran yang Meninggal Dianiaya Polisi Moral di Teheran
Baca juga: KTT Teheran, Kisah Sukses Putin-Raisi-Erdogan Melawan Unipolarisme AS
Mereka berencana melakukan tindakan kontra-keamanan dan membentuk kelompok operasional untuk mengarahkan kerusuhan di Iran.
Pengumuman itu muncul di tengah serentetan serangan teror di seluruh negeri dalam beberapa pekan terakhir, menewaskan sejumlah polisi, paramiliter Basij dan warga sipil.
Pada pertengahan November, seorang penyerang bersenjata berat menewaskan 15 orang dan melukai 19 lainnya dalam serangan di Shah Cheragh, saat para peziarah mengunjungi tempat suci itu.
Ada juga serangan teror serupa di Khuzestan, Isfahan dan Masyhad, yang secara fatal menargetkan warga sipil serta pasukan keamanan.
Tuduhan ke AS dan Israel
Para pejabat Iran telah menekankan tekad Teheran untuk menghukumnya. Mereka kompak mengarahkan telunjuknya ke AS dan Israel di balik gerakan itu.
Insiden tragis itu terjadi ketika protes meletus di beberapa kota di Iran atas kematian Mahsa Amini, seorang wanita Iran berusia 22 tahun pertengahan September.
Ia dinyatakan meninggal di rumah sakit setelah ditahan di kantor polisi moral Iran. Demonstrasi segera berubah menjadi kekerasan.
Sebuah laporan resmi oleh Organisasi Kedokteran Hukum Iran mengumumkan kematian Amini disebabkan penyakit daripada dugaan pukulan ke kepala atau organ tubuh vital lainnya.
Ali Khamenei mengecam keras kerusuhan mematikan itu, dengan mengatakan bahwa kerusuhan itu diatur sebelumnya oleh Amerika Serikat dan rezim Israel.
“Saya menyatakan jelas perkembangan ini direncanakan Amerika, rezim Zionis dan pembantunya. Masalah utama mereka adalah dengan Iran yang kuat dan mandiri serta kemajuan negara,” kata Khamenei.
“Bangsa Iran terbukti cukup kuat selama peristiwa baru-baru ini dan akan dengan berani tampil di mana pun diperlukan di masa depan,” tambahnya.
Para pejabat Iran menyalahkan AS, Uni Eropa, dan beberapa negara barat karena ikut campur dalam urusan internal Iran atas kematian Mahsa.
Teheran mengingatkan negara-negara yangpunya Riwayat menghasut perang dan kekerasan tidak memiliki legitimasi moral mengatur orang lain mengenai hak asasi manusia.
ISIS di Balik Tragedi Khuzestan
Perkembangan lain, 61 orang telah ditangkap sehubungan serangan teror di kota Izeh di Provinsi Khuzestan.
Kepala Departemen Kehakiman Khuzestan Ali Dehqhani mengatakan dari jumlah itu, 54 orang telah ditahan.
“Aparat peradilan akan secara tegas dan cermat menindak mereka yang melakukan tindakan agresi terhadap kehidupan dan keamanan masyarakat serta ketentraman masyarakat,” imbuhnya.
Dalam beberapa hari terakhir, beberapa orang, termasuk sipil dan agen keamanan, menjadi martir dan terluka dalam serangan teror terpisah di tiga provinsi Iran.
Setidaknya tujuh orang tewas dan 10 lainnya terluka setelah teroris menembaki warga sipil dan pasukan keamanan di pasar yang ramai di Izeh pekan lalu.
Itu terjadi hanya tiga minggu setelah 15 peziarah, termasuk seorang wanita dan dua anak, menjadi martir dan 19 lainnya terluka dalam serangan teroris di kuil suci Shah Cheragh di kota Shiraz di provinsi Fars.
Kelompok teror Daesh (juga dikenal sebagai ISIL atau ISIS) telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu dalam sebuah pernyataan di saluran telegram mereka.
Para pejabat Iran telah menekankan tekad Teheran untuk menghukum para pelaku dan dalang serangan berdarah itu.(Tribunnews.com/FarsNews/xna)