Populer Internasional: Wali Kota Kyiv Tanggapi Kritikan Zelensky | Inggris Kirim Rudal ke Ukraina
Rangkuman berita populer internasional, di antaranya respons wali kota Kyiv yang dikritik Presiden Zelensky karena masalah listrik dan bantuan sosial.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dapat disimak di sini.
Wali kota Kyiv menanggapi kritik yang dilontarkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Zelensky menyebut banyak warga yang belum dialiri listrik serta kebutuhan pokok yang tidak mencukupi.
Sementara itu, militer Inggris mengirim rudal untuk Ukraina.
Di sisi lain, warga Jerman menyebut negaranya sudah cukup memberi bantuan persenjataan untuk negara tersebut.
Selengkapnya, berikut berita populer internasional dalam 24 jam terakhir.
Baca juga: Ibu Negara Ukraina Kecam Kekerasan Seksual oleh Pasukan Rusia secara Sistematis Selama Perang
1. Wali Kota Kyiv Tanggapi Kritikan Volodymyr Zelensky: Saya Tidak Ingin Terlibat Pertempuran Politik
Wali Kota Kyiv Vitali Klitschko menanggapi kritikan yang dilontarkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Minggu (27/11/2022).
Zelensky menyebut banyak penduduk Ibu Kota yang masih tanpa listrik dan pusat bantuan darurat yang didirikan untuk persediaan makanan, air, dan kebutuhan pokok lainnya tidak mencukupi.
Klitschko menulis di Telegram bahwa ratusan pusat bantuan darurat sedang beroperasi.
“Saya tidak ingin, terutama dalam situasi saat ini, terlibat dalam pertempuran politik. Itu konyol," terangnya.
Dalam pidato video malamnya pada Jumat (25/11/2022), Zelensky mengatakan Wali Kota Kyiv tidak berbuat banyak untuk membantu warga yang terkepung.
"Sederhananya, lebih banyak pekerjaan yang dibutuhkan," tambahnya.
2. Militer Inggris Terbangkan Paket Rudal Brimstone 2 ke Ukraina
Kementerian Pertahanan Inggris mengkonfirmasi pengiriman peluru kendali (rudal) Brimstone 2 ke Ukraina.
Rudal ini berpemandu laser dan diyakini akan menjadi senjata mematikan paling canggih yang digunakan di perang Rusia-Ukraina.
Negara barat pendukung Ukraina dan NATO mengabaikan peringatan berulang kali Moskow tentang risiko konflik langsung antara NATO dan Rusia.
Konfirmasi Kemenhan Inggris muncul di postingan akun Twitter Ministry of Defence (MoD) (terverifikasi), Minggu (27/11/2022).
Postingan itu dilampiri video pendek menggambarkan proses pengiriman paket rudal Brimstone ke pesawat angkut militer Inggris.
Paket rudal presisi yang dikemas dalam kontainer kayu itu dikirim dari pangkalan Royal Air Force Brize Norton di Oxfordshire, ke lapangan terbang tujuan yang dirahasiakan.
Rudal-rudal itu adalah bagian dari "paket bantuan" Inggris untuk Ukraina. Laporan media sebelumnya menyebutkan pengiriman semacam itu berlangsung selama beberapa waktu.
“Bantuan ini telah memainkan peran penting dalam menghambat kemajuan Rusia,” tulis Kemenhan Inggris di twetnya.
Inggris mulai memasok versi sebelumnya dari rudal Brimstone ke Ukraina musim semi lalu. Brimstone 2 jauh lebih maju dari pendahulunya, tiga kali lipat kemampuannya.
Rudal ini dirancang ditembakkan dari pesawat terbang untuk menyerang target di darat.
Namun, pasukan darat Ukraina telah memodifikasinya menggunakan dudukan peluncur di truk guna menargetkan tank dan kendaraan lapis baja lainnya.
Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak yang baru menjabat, telah mengumumkan paket bantuan militer baru senilai £50 juta ($60 juta) selama kunjungannya ke Kiev awal bulan ini.
Setiap rudal Brimstone 2 dilaporkan berharga sekitar £175.000. Rudal ini dikembangkan perusahaan MBDA UK khusus untuk Royal Air Force Inggris.
Rudal ini awalnya dirancang untuk melawan formasi massal ranpur musuh, menggunakan pencari radar aktif gelombang milimeter (mmW) untuk memastikan akurasinya.
3. Ada Negara yang Sembunyi-sembunyi Bantu Militer Ukraina, Kirim Senjata Lewat Pihak Ketiga
Ukraina mengungkap ada negara-negara yang secara sembunyi-sembunyi memberikan bantuan militer untuk mempertahankan diri dari serangan Rusia.
Negara-negara itu disebut menyatakan tidak turut membantu Kiev dalam hal peperangan, tapi pada kenyataannya menyokong alat-alat perang melalui negara pihak ketiga.
Hal tersebut diakui Menteri Luar Negeri Ukraina Dmitry Kuleba saat diwawancara oleh surat kabar dari Prancis, Le Parisien akhir pekan lalu.
“Sebagian besar negara ketiga ini secara terbuka mengatakan bahwa mereka tidak memasok apa pun, tetapi semuanya terjadi di belakang layar,” katanya tanpa menjelaskan secara spesifik tentang negara mana yang konon secara diam-diam mendukung Kiev selama konfliknya dengan Moskow.
Komentar Kuleba muncul di tengah meningkatnya laporan bahwa para pendukung Ukraina, termasuk sejumlah negara NATO, mengalami kekurangan persenjataan karena dukungan terus-menerus mereka untuk Kiev.
Menurut artikel baru-baru ini oleh New York Times, misalnya, hanya sekutu NATO yang “lebih besar”, seperti Prancis, Jerman, Italia, dan Belanda, yang masih memiliki kemampuan untuk mempertahankan atau bahkan berpotensi meningkatkan pengiriman senjata ke Ukraina.
“Negara-negara yang lebih kecil telah kehabisan potensi mereka,” kata seorang pejabat NATO kepada surat kabar itu, menambahkan bahwa setidaknya 20 dari 30 anggota blok itu “telah disadap habis-habisan”.
Sejak awal konflik di Ukraina pada akhir Februari, AS dan sekutu Baratnya telah menghujani Kiev dengan bantuan militer miliaran dolar.
Moskow telah berulang kali memperingatkan Barat agar tidak "memompa" Ukraina dengan persenjataan, menyatakan bahwa itu hanya akan memperpanjang konflik daripada mengubah hasilnya, dan juga akan meningkatkan risiko tabrakan langsung antara Rusia dan blok militer pimpinan AS.
Sebagian besar anggota NATO, para pendukung dan pemasok senjata serta amunisi ke Ukraina sedang kelabakan.
Laporan The New York Times menyebutkan, perang Rusia-Ukraina menguras stok amunisi di gudang mereka. Kecepatan penggunaan peluru di Ukraina tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Hanya negara-negara besar, termasuk AS, yang memiliki potensi terus mempersenjatai Kiev. Laporan media itu dikutip Russia Today, Minggu (27/11/2022).
Laporan itu sejalan dengan perkembangan di lapangan ketika persenjataan artileri dalam jumlah besar tidak bisa digunakan lagi di Ukraina.
Meriam-meriam itu rusak karena frekuensi penggunaan yang sangat tinggi, dan tidak bisa diperbaiki di Ukraina.
4. Jajak Pendapat: Warga Jerman Nyatakan Sudah Cukup Bantuan Militer ke Ukraina
Masyarakat Jerman disebut telah bosan dengan bantuan militer negaranya ke Ukraina.
Media Amerika Serikat, The Washington Post dalam sebuah jajak pendapatnya menemukan keengganan umum terhadap intervensi militer yang terjadi setelah kekalahan negara itu dalam Perang Dunia II berada di balik keengganan mereka untuk menandatangani cek kosong ke Kiev.
Dala jajak pendapat tersebut 91 persen responden Jerman menyatakan simpati untuk Ukraina, namun lebih dari setengah (54 persen) mengatakan negara mereka melakukan cukup (37 persen) atau terlalu banyak (17 persen) dalam hal bantuan militer dan kemanusiaan.
(Tribunnews.com)