Satu Bulan Setelah Tragedi Itaewon, Keluarga yang Berduka masih Cari Solidaritas
Keluarga mengatakan bahwa mereka tidak diberitahu secara pasti kapan dan bagaimana orang yang mereka cintai tewas
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL - Keluarga korban yang meninggal dalam kerumunan massa tragedi Halloween di distrik Itaewon Seoul, Korea Selatan (Korsel) sebulan lalu, meminta solidaritas dari masyarakat saat mereka menuntut pertanggungjawaban dari pemerintah.
Dalam sebuah pernyataan pada Senin malam waktu setempat, keluarga mengucapkan terima kasih kepada para pendukung dan memberikan penghiburan kepada para penyintas.
Hal ini sekaligus menandai satu bulan sejak terjadinya tragedi yang menewaskan 158 orang dan menyebabkan puluhan lainnya luka parah.
"Karena pemerintah tidak mengambil tindakan untuk mengizinkan keluarga yang berduka berkomunikasi bersama, kami harus berduka dalam isolasi. Kami harus menanggungnya sendiri untuk bisa bertemu satu sama lain dan berkumpul. Pemerintah belum membuat permintaan maaf secara tulus dan belum mengambil tindakan apapun," kata mereka.
Dikutip dari laman www.koreaherald.com, Selasa (29/11/2022), saat Presiden Korsel Yoon Suk-yeol telah meminta maaf secara terbuka beberapa kali, yakni pada 4, 5 dan 7 November lalu, keluarga telah memintanya untuk meminta maaf secara tulus.
"Sejak hari pertama, pemerintah telah mengelak dari tanggung jawab dan membuat alasan, sangat menyakiti perasaan keluarga yang ditinggalkan. Ini adalah bencana yang bisa dicegah berdasarkan fakta yang terungkap sejauh ini. Ini adalah bencana buatan manusia, namun pemerintah gagal untuk mengklaim tanggung jawab dan menghindari jawaban," tegas mereka.
Baca juga: Pemerintah Korsel Janjikan Reformasi Besar-besaran Setelah Tragedi Itaewon
Keluarga mengatakan bahwa mereka tidak diberitahu secara pasti kapan dan bagaimana orang yang mereka cintai tewas, dan tindakan apa yang akan diambil pemerintah mulai saat ini.
"Kompensasi, yang telah dijanjikan pemerintah, tidak boleh mendahului penyelidikan. Tidak ada jumlah uang yang akan mengembalikan 158 korban. Bukan itu yang kami inginkan. Kami ingin menghentikan bencana lain seperti ini agar tidak terjadi lagi. Itulah mengapa kami putus asa untuk mendapatkan keadilan dalam kematian yang salah ini," jelas mereka.
Para keluarga korban pun berencana untuk membentuk asosiasi agar dapat bekerja sama.
"Saya harap anda akan berdiri bersama kami," papar mereka.
Pernyataan bersama yang ditandatangani oleh keluarga dari 65 korban yang kehilangan nyawa selama atau setelah tragedi itu, dirilis oleh Lawyers for a Democratic Society atau Minbyun.
Minbyun merupakan kelompok pengacara progresif yang membantu keluarga dengan bantuan hukum dan layanan lainnya.