Profil dan Spesifikasi Drone Tu-141 Era Soviet yang Digunakan Ukraina Serang Rusia
Pesawat jet nirawak Tupolev Tu-141 buatan Soviet dihidupkan lagi oleh Ukraina, digunakan untuk mengintai/menyerang Rusia.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Ukraina mengerahkan pesawat jet atau tepatnya roket tanpa awak untuk menyerang dua pangkalan strategis Rusia di Ryazan dan Saratov.
Kedua pangkalan ini terletak sangat jauh dari perbatasan Ukraina-Rusia. Drone yang digunakan diyakini Tupolev Tu-141 buatan Uni Soviet.
Robert Beckhusen dari medium.com, spesialis kolumnis teknologi militer, menulis usaha militer Ukraina menghidupkan kembali Tu-141 pada 2014.
Beckhusen menyebut usaha Ukraina itu sebagai menghidupkan kembali persenjataan antiknya yang sudah tua dan sejenis robot kuno era komunis.
Kementerian Pertahanan Ukraina pernah mengumumkan mereka menghidupkan kembali 68 pesawat militer tua dari berbagai jenis, termasuk drone Tu-141 era Soviet.
Persenjataan tua itu akan digunakan untuk mendukung perang di Donbass. Juga melengkapi kemampuan pengintaian Ukraina.
Baca juga: Ukraina Terbangkan Drone Era Soviet Incar Pangkalan Pengebom Nuklir Rusia
Baca juga: Rusia Tembakkan Rudal ke Ukraina, Balas Serangan Drone ke 2 Pangkalan Militer Rusia
Baca juga: Intelijen AS Perkirakan Laju Perang Rusia Vs Ukraina akan Lambat selama Beberapa Bulan ke Depan
Tu-141 tidak seperti drone modern Predator atau Reaper miliki AS, yang dapat mengorbit dalam waktu lama sambil memindai dengan sensor berteknologi tinggi.
Tu-141 juga aslinya tidak memiliki kemampuan membunuh. Tu-141 sayap delta sepanjang 47 kaki adalah murni kendaraan pengintai.
Dengan turbojet KR-17A yang kuat, ia melesat di atas target pada ketinggian hampir 20.000 kaki dan kecepatan tertinggi lebih dari 600 mil per jam—semuanya sembari mengambil gambar.
Drone itu bahkan tidak mendarat seperti pesawat konvensional. Sebaliknya, ia mengandalkan parasut dan roket retro untuk turun secara bertahap — sambil tetap melayang dalam posisi tegak dan horizontal.
Tidak jelas berapa banyak Tu-141 yang tersisa di Ukraina. Uni Soviet pertama kali menerbangkan drone pada 1974 sebagai prototipe dan mulai memproduksinya secara teratur sejak 1979.
Soviet kemudian membuat 152 unit, sebagian besar menempatkan drone di dekat perbatasan baratnya.
Ini masuk akal. Ukraina juga merupakan zona utama Moskow untuk penempatan pasukan cadangan dan depot perbaikan.
Secara alami, dengan runtuhnya Uni Soviet, persediaan besar peralatan militer Soviet tertinggal di Ukraina yang merdeka.
Demikian pula, angkatan udara Ukraina menyerap beberapa Tu-141. Tapi Kiev belum banyak menggunakan drone.
Beberapa di antaranya segera jadi koleksi museum, sisanya muncul sporadis di pertunjukan udara selama tahun 1990-an. Tapi hanya karena drone itu sudah tua, bukan berarti tidak berguna.
Tu-141 memiliki kamera panoramik PA-4 dan kamera tampak depan A-86-P, menurut buku ensiklopedis peneliti penerbangan Rusia Yefim Gordon Kendaraan Udara Tak Berawak Soviet/Rusia.
Kelengkapan itu tidak sebanding dengan kamera pengintai ketinggian seri KA dan KS yang digunakan AS selama era perang dingin.
Ada kekurangannya. Pertama, kamera ini menggunakan film jadul. Mereka sangat kuat secara optik—jika Anda memiliki teknologi untuk mendigitalkan gambar menjadi resolusi tinggi.
Dua masalah lainnya adalah sensor IR drone dan tautan data. Sedikit informasi mengenai peralatan spesifik di atas drone.
Tapi situs senjata Rusia dan seorang analis penerbangan yang berkonsultasi dengan War is Boring menunjukkan Tu-141 kemungkinan memiliki radar udara dan sensor inframerah yang serupa dengan jet intai Su-24MR Fencer era Soviet.
Redundansi besar di Uni Soviet, dan Tentara Merah secara sistematis menggunakan kembali peralatan jika memungkinkan.
Jika sensornya serupa, ini berarti perlengkapan Tu-141 berasal dari akhir 1980-an. Masalahnya, itu berarti peralatan tersebut kemungkinan besar tidak tahan terhadap jamming Rusia modern.
Ukraina kemungkinan memiliki keterampilan dan infrastruktur untuk meningkatkan drone mereka yang sudah tua karena biayanya tak terlampau mahal.
Namun kendalanya ada di kemampuan keuangan pemerintah Ukraina. Kiev juga perlu mendapatkan persetujuan ekspor untuk peralatan dari produsen drone di AS, Uni Eropa atau Israel.
Secara teknis Tu-141 adalah lanjutan dari Tupolev Tu-123 dan merupakan drone pengintai jarak menengah yang relatif besar.
Ini dirancang untuk melakukan misi pengintaian beberapa kilometer di garis belakang musuh, dengan kecepatan transsonik.
Peswat ini dapat membawa berbagai muatan, termasuk kamera film, pencitra inframerah, pencitra EO, dan radar pencitraan.
Seperti desain Tupolev sebelumnya, ia memiliki sayap delta yang dipasang di belakang seperti anak panah, canard yang dipasang di depan, dan mesin turbojet KR-17A yang dipasang di atas ekor.
Diluncurkan dari trailer menggunakan pendorong bahan bakar padat dan mendarat dengan bantuan parasut yang dipasang di ekor.
Drone Tu-141 beroperasi di Soviet dari tahun 1979 hingga 1989, sebagian besar di perbatasan barat Uni Soviet.
Pada 8 Maret 2022, sebuah drone pengintai Tu-141 dilaporkan jatuh di Ukraina. Sekitar tengah malam tanggal 10 Maret 2022, selama serangan Rusia ke Ukraina 2022, sebuah Tu-141 jatuh di Zagreb, Kroasia, lebih dari 550 kilometer jauhnya dari Ukraina.
Sebelum jatuh, pesawat terbang di atas Rumania dan Hungaria. Tidak ada korban jiwa. Angkatan Udara Ukraina mengatakan drone itu bukan milik mereka.
Kedutaan Besar Rusia di Zagreb menyatakan pasukan Rusia tidak memiliki drone semacam itu di gudang senjata mereka sejak runtuhnya Uni Soviet pada 1991.
Presiden Kroasia, Zoran Milanović, mengatakan jelas drone itu datang dari arah Ukraina, memasuki Kroasia setelah terbang di atas Hungaria.
Pada 15 Maret, Kementerian Pertahanan Kroasia dikutip di majalah berita Kroasia Nacional mengatakan pesawat itu milik Angkatan Bersenjata Ukraina dan membawa bom.
Pada 3 Juli 2022, Gubernur Kursk menulis di Telegram pertahanan udara mereka menembak jatuh dua drone Strizh (Tu-141) Ukraina.(Tribunnews.com/Medium/Wikipedia/xna)