Eks Petempur Asing Kuak Korupsi dan Pencurian Senjata di Perang Ukraina
Sejumlah eks petempur asing membeberkan kenyataan di tengah perang Ukraina. Korupsi merajalela dan pencurian senjata ke pasar gelap.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, LONDON – Situs analisis intelijen Southfront.org mempublikasikan serangkaian video testimoni eks tentara bayaran asing yang pernah berperang di Ukraina.
Para petempur partikelir itu ada yang bergabung ke Legiun Internasional, maupun kelompok-kelompok paramiliter. Bahkan ada yang pernah gabung milisi neo Nazi Azov.
Ringkasan wawancara daring maupun langsung para eks tentara bayaran asing itu diunggah di situs Southfront.org pada 2 dan 6 Desember 2022.
Presiden Ukraina Volodymir Zelensky pernah meluncurkan kampanye skala penuh untuk menarik sukarelawan militer asing guna memperkuat kemampuan Angkatan Bersenjata Ukraina.
Warga Lithuania, Latvia, Georgia, Estonia, Polandia, dan Israel termasuk yang pertama-tama tiba di daratan Ukraina.
Belakangan, bergabung para tentara bayaran dari semua penjuru dunia, yang melengkapi diri dengan persenjataan barat.
Baca juga: Rusia: Tentara Bayaran dari 40 Negara Bertempur di Dekat Zaporizhzhia, Mayoritas Asal Polandia
Baca juga: 20 Tentara Bayaran AS Tewas Dalam Sebuah Serangan Udara di Kharkov
Baca juga: Tentara Bayaran Asal Inggris Meninggal Dalam Tahanan, Sakit dan Stres Negaranya Tak Peduli
Faktanya, para petempur asing itu menghadapi medan pertempuran yang tak pernah mereka bayangkan. Pasukan Rusia mendominasi perang dari udara.
Tempat-tempat mobilisasi petempur Legiun Internasional Ukraina secara teratur dihantam oleh militer Rusia.
Sebagian besar petempur asing ini tewas dan sisanya berusaha pulang kembali ke negara masing-masing.
Serangan udara Rusia bukan satu-satunya tantangan bagi tentara bayaran asing di medan tempur Ukraina.
Salah satu masalah yang diungkapkan oleh veteran asing perang Ukraina adalah komando militer Ukraina sering mencoba menggunakan tentara bayaran asing sebagai umpan Meriam.
Mereka dikirim ke misi bunuh diri di daerah paling berbahaya di garis depan. Kesaksian diungkapkan seorang veteran pasukan operasi khusus dari Australia.
Ia mengatakan, jika perwira Ukraina memiliki dendam pribadi kepada orang asing, mereka dapat mengirim tentara ke ladang ranjau tanpa peringatan bahaya yang mengancam mereka.
Masalah besar lainnya yang dihadapi orang asing adalah sifat korup militer Ukraina. Ada banyak bukti dana tentara bayaran jatuh ke tangan militer Ukraina dan perwira SBU.
Rudal Javelin Masuk Pasar Gelap
Troy Offenbecker, seorang veteran AS, mengklaim anggota Legiun Internasional tidak dibayar karena uang tersebut masuk ke kantong para komandan Ukraina.
Menurut para veteran asing, mereka pun menyaksikan kesepakatan kotor ketika senjata anti-tank yang diserahkan barat menghilang ke tujuan yang tidak diketahui.
Anggota lain dari Legiun Internasional Ukraina mengkonfirmasi senjata anti-pesawat dan anti-tank NATO terus-menerus menghilang, tetapi Kiev tak melakukan apa pun terhadap mereka membawa ke pasar gelap.
"Sepertinya mereka (perwira Ukraina) mencuri di semua tingkatan," katanya dalam video yang dipublikasikan Southfront.org.
Veteran lain mengamini kesaksian rekannya, mencatat orang asing tidak dibayar untuk setiap penghancuran kendaraan dan pesawat Rusia.
Faktanya mereka dijanjikan akan diberikan banyak uang seperti yang dilakukan prajurit Ukraina.
Di garis depan, para pejuang sering dikirim dalam misi tanpa komunikasi radio dan dukungan artileri.
Selain itu, para Legiun Internasional memperhatikan dukungan luas dari penduduk lokal kepada tentara Rusia di Donbass.
Penduduk wilayah Donetsk dan Luhansk, meskipun ada ancaman tindakan hukuman dari militer Ukraina, memberikan dukungan penuh kepada pasukan Rusia.
“Mayoritas penduduk bersama Rusia dan banyak yang membocorkan kepada mereka lokasi pasukan Ukraina, yang disergap dan dimusnahkan” kata salah satu veteran.
Tentara bayaran lain mengakui ada masalah yang sangat serius dengan begitu banyak warga sipil pro-Rusia.
“Sulit untuk mengatakan bagaimana mereka (Ukraina) berperang melawan semua mata-mata itu jika Anda dapat memanggil mereka seperti itu," katanya.
Banyak bukti mengkonfirmasi rezim Kiev mengerahkan upaya besar-besaran untuk mengidentifikasi warga yang mendukung militer Rusia atau hanya mensintesis Rusia.
Misalnya, pada akhir September 2022, beredar rekaman pembantaian penduduk lokal di Kupyansk oleh milisi neo-Nazi Ukraina.
Sejauh ini, banyak video yang memperlihatkan warga sipil pro-Rusia di wilayah Kherson dengan bangga dibagikan warga Ukraina secara online.
Namun, para petempur asing menegaskan mayoritas warga sipil di wilayah yang dilanda perang memiliki pandangan pro-Rusia dan berupaya untuk mendukung militer Rusia.
Kiev menuduh Rusia menghancurkan infrastruktur sipil dan dengan sengaja menargetkan fasilitas sipil seperti sekolah, rumah sakit dan lain-lain.
Alasan serangan Rusia terhadap fasilitas ini sudah jelas sejak awal operasi militer Rusia di Ukraina.
Infrastruktur itu digunakan militer Ukraina sebagai pangkalan militer, gudang, titik penyebaran sementara dan untuk keperluan militer lainnya.
Anggota Legiun Internasional itu membenarkan kelompoknya telah ditempatkan oleh komando Ukraina di sekolah-sekolah sejak dia datang ke negara yang dilanda perang itu.
Tentara bayaran AS Justin Banse, yang bergabung dengan batalion Azov, menegaskan komitmen banyak tentara Ukraina terhadap ideologi Nazi.
Propaganda Rekrut Petempur Asing
Dia menekankan media Amerika tidak ingin menunjukkan ini kepada warganya. “Mereka ingin Ukraina terlihat sangat, Anda tahu, saya menyebutnya ramah," kata Banse.
Menurut semua fakta yang dikonfirmasi oleh tentara bayaran asing, realitas perang di Ukraina pada dasarnya berbeda dari gambaran yang disajikan propaganda Ukraina dan barat.
Cerita-cerita berlawanan dari kenyataan ditujukan untuk menarik para mantan marinir dan veteran perang dari berbagai negara masuk ke Ukraina.
Mayoritas tentara bayaran meninggalkan negara yang dilanda perang pada bulan-bulan pertama pertempuran.
Misalnya, pada Maret 2022, anggota Grup Pengamatan Maju PMC Amerika dengan tergesa-gesa meninggalkan Ukraina setelah serangan rudal di lokasi penempatan mereka.
Orang dapat berharap selama bulan-bulan musim dingin jumlah mereka yang bersedia membela rezim Kiev di jajaran Legiun Internasional Ukraina akan semakin berkurang.
Mantan petempur asal Inggris, Josef McDonald, mengklaim banyak senjata bantuan asing menghilang di Ukraina sebelum mencapai garis depan.
Dia memberikan contoh dari pengalaman pribadinya. Ketika dia pindah dengan unitnya dari wilayah Rovno ke Kharkov, mereka memiliki dua truk penuh peralatan tempur.
Isinya terdiri 84 senapan serbu M4, 12 senapan SCAR-H 7.62, beberapa rudal antitank Javelin, dan senapan mesin M240B, serta amunisi.
Di sepanjang jalan yang penuh pos pemeriksaan, dua truk menghilang. Relawan Inggris mengira perwira Ukraina berada di balik skema kriminal tersebut.
Josef adalah salah satu dari sedikit petempur asing yang selamat setelah serangan Rusia di tempat latihan di dekat Lviv yang terjadi beberapa bulan lalu.
“Kami tidak mengerti apa-apa, kecuali Kiev akan jatuh – kekacauan total, kami menunggu bentrokan dengan pasukan lintas udara Putin kapan saja. Setelah itu, roket lain terbang masuk, menghantam lokasi tentara Ukraina, banyak yang tewas,” katanya.
Saat para dokter membalut lukanya, penjarahan merajalela. Ada banyak unsur kriminal di legiun asing, perampokan ini berlangsung berbulan-bulan.
Ternyata, banyak yang datang untuk menjarah, dan bukan untuk membantu Ukraina, mereka kemudian melarikan diri.
SouthFront secara rutin dalam beberapa bulan terakhir menerbitkan ikhtisar wawancara dengan tentara bayaran asing yang kembali dari Ukraina.
Termasuk kesaksian anggota milisi no-Nazi Ukraina Batalyon Azov, yang tertangkap.(Tribunnews.com/Southfront/xna)