Komite Penyelamatan Internasional: Perubahan Iklim Percepat Krisis Kemanusiaan pada 2023
Jumlah orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan telah meningkat dalam dekade terakhir, mendekati 339,2 juta orang dibandingkan pada 2014.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, MEXICO CITY – Komite Penyelamatan Internasional (IRC) dalam sebuah studi menyatakan perubahan iklim akan mempercepat krisis kemanusiaan di seluruh dunia pada 2023, menambah masalah yang ditimbulkan oleh konflik bersenjata dan penurunan ekonomi.
Dilansir dari Reuters, badan yang berbasis di New York dan dipimpin oleh mantan politisi Inggris David Miliband, mencatat bahwa jumlah orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan telah meningkat dalam dekade terakhir, mendekati 339,2 juta orang dibandingkan pada 2014 yang mencapai 81 juta orang.
Baca juga: Jokowi Disambut Raja Belgia di Istana Laeken, Bahas Kerja Sama Ekonomi Hingga Perubahan Iklim
"Tahun 2022 telah menunjukkan bahwa peran perubahan iklim dalam mempercepat krisis kemanusiaan global tidak dapat disangkal," catat laporan tersebut.
Ini menunjuk pada rekor periode hujan yang panjang, yang telah membawa bencana kerawanan pangan ke Somalia dan Ethiopia dan menewaskan ribuan orang di Pakistan.
IRC juga menandai perlunya "berinvestasi secara proaktif dalam pencegahan dan mitigasi perubahan iklim."
Sementara itu, pihaknya menyebut kerawanan pangan sudah merajalela karena meningkatnya konflik serta krisis ekonomi yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina dan pandemi virus corona.
Selain itu, kesenjangan antara kebutuhan kemanusiaan dan pembiayaannya telah berkembang menjadi defisit sebesar 27 miliar dolar AS per November 2022.
"Para penyumbang gagal merespons secara proporsional. Hasilnya adalah masyarakat yang terkena dampak krisis tidak dapat mengakses layanan yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup, memulihkan, dan membangun kembali,” kata laporan itu.
Adapun, studi tersebut juga menyoroti bahwa jumlah orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka telah meningkat menjadi lebih dari 100 juta orang, naik dari 60 juta orang pada 2014. Dari data itu, Venezuela menempati urutan teratas.