Populer Internasional: Korea Utara Luncurkan Rudal Balistik - Putin Kunjungi Pabrik Senjata Rusia
Rangkuman berita populer Internasional, di antaranya Korea Utara yang kembali meluncurkan rudal balistik, sementara Putin kunjungi pabrik senjata.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Salma Fenty
TRIBUNNEWS.COM - Rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dapat disimak di sini.
Korea Utara kembali menembakkan rudal balistik ke arah laut lepas pantai timurnya.
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi pabrik senjata, meminta produksi dipercepat.
Di Islamabad, Pakistan, Taliban melancarkan aksi bom bunuh diri.
Selengkapnya, berikut berita populer internasional dalam 24 jam terakhir.
1. Korea Utara Luncurkan Dua Rudal Balistik di Tengah Tuduhan Pengiriman Amunisi ke Rusia
Baca juga: Korea Utara Bantah Memasok Senjata ke Rusia, Berbalik Kecam AS yang Kirim Rudal Patriot ke Ukraina
Korea Utara dilaporkan kembali menembakkan dua rudal balistik ke arah laut lepas pantai timurnya pada Jumat (23/12/2022) malam.
Dikutip dari Reuters, peluncuran dua rudal balistik tersebut terjadi di tengah tuduhan bahwa Pyongyang telah memasok amunisi ke pasukan Rusia yang digunakan untuk perang di Ukraina.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan bahwa kedua rudal tersebut terbang masing-masing sejauh 350 km dan 250 km. Adapun, penjaga pantai Jepang juga melaporkan dugaan peluncuran rudal balistik tersebut.
Lantas, militer Korea Selatan menyebut peluncuran rudal balistik itu sebagai tindakan provokasi serius yang merusak perdamaian dan stabilitas di semenanjung Korea dan sekitarnya serta pelanggaran yang jelas terhadap resolusi PBB.
2. Presiden Rusia Vladimir Putin Kunjungi Pabrik Senjata Rusia, Minta Produksi Dipercepat
Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi pabrik senjata Rusia di Tula, Jumat (23/12/2022).
Vladimir Putin mengatakan kepada para kepala industri pertahanan Rusia untuk meningkatkan produksi.
Mereka juga harus memastikan pasukan Rusia dengan cepat menerima semua senjata, peralatan, dan perangkat keras militer yang diperlukan untuk berperang di Ukraina.
Di hari yang sama, Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, juga mengunjungi pabrik senjata Kalashnikov di Izhevsk.
Ia mengatakan kepada direkturnya, pemerintah Rusia akan secara signifikan meningkatkan pesanan dari pabrik tersebut tahun depan.
Baca juga: Korea Utara Bantah Memasok Senjata ke Rusia, Berbalik Kecam AS yang Kirim Rudal Patriot ke Ukraina
Untuk memenuhi semua pesanan, perusahaan yang terlibat dalam produksi senjata telah menambah jam kerja ke enam hari per minggu, dengan pekerja bergiliran hingga 12 jam.
Utamakan senjata untuk pasukan Rusia di garis depan
Vladimir Putin meminta pabrik senjata Rusia untuk memenuhi kebutuhan pasukan Rusia di garis depan terlebih dahulu.
“Tugas utama terpenting dari kompleks industri militer kita adalah menyediakan unit dan pasukan garis depan kita dengan semua yang mereka butuhkan," kata Vladimir Putin di Tula, dikutip dari Al Jazeera.
"Semua senjata, perlengkapan, amunisi, dan perlengkapan harus diproduksi dalam jumlah yang diperlukan dan dengan kualitas yang tepat dalam jangka waktu sesingkat mungkin."
Vladimir Putin optimis dapat memenangkan peperangan di Ukraina, meskipun Ukraina menerima miliaran dolar senjata Barat bersama dengan intelijen militer.
Ia yakin Rusia akan menang meskipun ada perlawanan sengit dari Ukraina dan tidak ada yang akan mengubah hasil perangnya demi kepentingan Rusia.
Baca juga: Zelensky: Aktivitas Militer Rusia Meningkat, Berpotensi Serang Ukraina saat Liburan Natal
Jenis Senjata Rusia di Pabrik Shcheglovsky Val
Juru Bicara Rusia, Dmitry Peskov, mengatakan Presiden Vladimir Putin juga akan mengadakan pertemuan dengan para pimpinan perusahaan industri pertahanan selama di Tula.
Putin mengunjungi perusahaan pertahanan, Shcheglovsky Val, produsen senjata canggih, seperti dijelaskan di laman TASS.
3. Rusia Ancam akan Berhenti Jual Minyak ke Negara yang Ikuti Harga 60 Dolar per Barel
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan Rusia akan melarang penjualan minyak ke negara-negara yang mengikuti batasan harga yang dibuat oleh Barat dan sekutunya.
Sebelumnya, Uni Eropa, negara G7 dan Australia akan membatasi harga beli minyak Rusia $60 per barel yang diberlakukan mulai Desember 2022.
Pembatasan harga minyak Rusia ini merupakan tanggapan Barat terhadap invasi Ukraina.
"Larangan pasokan minyak dan produk minyak bumi ke negara-negara tersebut dan entitas yang akan menuntut kepatuhan dengan batas harga UE dalam kontrak adalah bagian dari dekrit tersebut," kata Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak dalam tayangan televisi pemerintah, Jumat (23/12/2022).
Presiden Rusia Vladimir Putin akan mengumumkan tanggapan Rusia terhadap kebijakan harga minyak secara resmi pada pekan depan.
Baca juga: Presiden Rusia Vladimir Putin Kunjungi Pabrik Senjata Rusia, Minta Produksi Dipercepat
Rusia ancam akan pangkas pasokan minyak
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak juga mengatakan Rusia dapat memangkas pasokan minyak ke Barat mulai 2023.
Pemangkasan ini merupakan tanggapan dari Rusia terhadap sanksi Barat, seperti diberitakan The Moscow Times.
Menurutnya, Rusia mungkin harus memangkas produksi minyak sebesar 5-7 persen, dengan mengatakan pemangkasan itu bisa mencapai 500.000-700.000 barel per hari.
Batas harga Barat bertujuan untuk membatasi pendapatan Rusia sebagai hukuman atas invasinya ke Ukraina sambil memastikan Rusia tetap memasok pasar global.
Rusia mengatakan tindakan pembatasan itu akan berkontribusi pada destabilisasi pasar energi dunia.
Selain itu, Rusia yakin batas itu tidak akan mempengaruhi kampanye militer Rusia di Ukraina.
Uni Eropa juga memberlakukan embargo pengiriman minyak mentah Rusia pada Desember ini sebagai pembalasan atas invasi Rusia ke Ukraina.
Baca juga: Zelensky: Aktivitas Militer Rusia Meningkat, Berpotensi Serang Ukraina saat Liburan Natal
Aturan Barat dapat rugikan konsumen global
Rusia berencana melarang negara-negara yang mengikuti sanksi Barat untuk membeli minyak dari Rusia.
4. Bom Bunuh Diri Taliban Pakistan di Islamabad Tewaskan 1 Polisi dan Lukai Warga
Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) atau Taliban Pakistan kembali melakukan serangan bom bunuh diri di distrik Islamabad, Pakistan, Jumat (23/12/2022).
Bom itu meledak saat polisi mengejar mobil mereka, menurut keterangan pihak berwenang Pakistan.
Ledakan itu menewaskan satu polisi Pakistan.
Selain itu, ada tiga polisi Pakistan dan tujuh warga sipil terluka akibat ledakan itu.
Kementerian Dalam Negeri Pakistan mengatakan kendaraan Taliban Pakistan itu awalnya menuju sasaran penting di Islamabad, Ibukota Pakistan.
Sementara Perdana Menteri Shehbaz Sharif mengatakan intervensi tepat waktu oleh polisi telah mencegah pertumpahan darah yang meluas.
Baca juga: Pasukan Pakistan Bebaskan Petugas yang Disandera Taliban Pakistan, 33 Militan Tewas
Mobil militan Taliban Pakistan meledak di dekat markas polisi di jalan utama menuju Islamabad, sektor pemerintah tempat parlemen dan kantor pejabat senior berada.
"Islamabad sudah dalam siaga tinggi karena ancaman serangan tingkat tinggi," kata Menteri Dalam Negeri Rana Sanaullah, Jumat (23/12/2022).
"Jika mobil mencapai targetnya, itu akan menyebabkan kerugian besar," katanya kepada Geo News TV, seperti diberitakan Reuters.
Baca juga: Taliban Lakukan Eksekusi Publik Pertama di Afghanistan, Pelaku Pembunuhan Dieksekusi Ayah Korban
Kronologi
Kepala polisi Islamabad Sohail Zafar mengatakan polisi melakukan pengejaran setelah mobil itu menolak berhenti di sebuah pos pemeriksaan.
Beberapa saat dalam pengejaran, pria di dalam mobil meledakkan bahan peledak, membunuh dirinya sendiri serta petugas polisi dan penumpang lainnya di mobil tersebut.
"Saat mereka mengejarnya, orang-orang di dalam mobil meledakkannya," katanya.
Polisi mengatakan penyelidikan awal atas insiden tersebut menetapkan kendaraan tersebut memuat 18 kilogram bahan peledak, dikutip dari RFERL.
(Tribunnews.com)