185 Pengungsi Rohingya Tiba di Aceh Indonesia, 20 Meninggal, Jenazahnya Terpaksa Dibuang ke Laut
Sebanyak 185 pengungsi Rohingya tiba di Aceh Indonesia. Sekitar 20 orang meninggal di laut selama perjalanan karena gelombang dan sakit.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah 185 pengungsi Rohingya dari Myanmar tiba di Aceh, Indonesia.
Mereka berlabuh di sebuah pantai di Desa Ladong, Provinsi Aceh, Indonesia, Minggu (25/12/2022).
Kapal reyot yang membawa mereka telah menghabiskan waktu berbulan-bulan di laut.
Sekitar 20 orang meninggal selama perjalanan karena gelombang tinggi dan sakit.
Jenazah mereka terpaksa dihanyutkan di laut.
Seluruh pengungsi Rohingya dalam keadaan dehidrasi, kelelahan, lemas, dan kurus.
Dari pengungsi Rohingya yang tiba di Aceh, tiga orang telah dibawa ke rumah sakit karena kondisi kesehatannya yang mengkhawatirkan.
"Setidaknya 185 pria, wanita, dan anak-anak turun dari perahu kayu reyot saat senja di pantai Ujong Pie di Muara Tiga, sebuah desa pesisir di kabupaten Pidie Aceh," kata kepala polisi setempat Fauzi, seperti diberitakan Al Jazeera.
“Mereka sangat lemah karena dehidrasi dan kelelahan setelah berminggu-minggu di laut,” lanjutnya.
Sebanyak 83 laki-laki, 70 perempuan, dan 32 anak-anak dipindahkan menggunakan truk militer ke sekolah pada Senin (26/12/2022).
Direktur Proyek Arakan, Chris Lewa, yang mendukung Rohingya Myanmar, mengonfirmasi 185 pengungsi Rohingya yang tiba di Aceh adalah kelompok 190 Rohingya yang dilaporkan hanyut di Laut Andaman oleh PBB.
Baca juga: Nasib 185 Pengungsi Rohingya yang Terdampar di Pidie, Meninggal di Kapal Terpaksa Dibuang ke Laut
58 pengungsi Rohingya lainnya tiba di Aceh
Kelompok pengungsi Rohingya lainnya yang berjumlah 58 orang tiba di desa Ladong, Kabupaten Aceh Besar, Minggu (25/12/2022), seperti diberitakan BBC Internasional.
Mereka terdiri dari 45 laki-laki dewasa dan 13 anak laki-laki di bawah umur.
Sejumlah 85 pengungsi Rohingya itu juga menaiki kapal reyot yang rusak dan mesin mati.
Kemudian mereka hanyut di laut hingga mendarat di Aceh.
Sebelumnya, para pengungsi Rohingya melarikan diri dari kamp Rohingya di Cox's Bazar di Bangladesh sejak tahun 2017.
Pasukan keamanan Myanmar telah dituduh melakukan pemerkosaan massal, pembunuhan, dan pembakaran ribuan rumah milik Rohingya, membuat mereka melarikan diri ke Bangladesh dan sekitarnya.
Malaysia telah menjadi tujuan umum bagi banyak pengungsi yang tiba dengan perahu, namun mereka juga ditahan di Malaysia.
Meskipun Indonesia bukan penandatangan Konvensi Pengungsi PBB tahun 1951, UNHCR mengatakan peraturan Presiden Indonesia tahun 2016 memberikan kerangka hukum yang mengatur perlakuan terhadap pengungsi di atas kapal yang mengalami kesulitan di dekat Indonesia dan membantu mereka turun.
Baca juga: Menlu RI: Krisis di Myanmar Buat Penanganan Orang Rohingya Jadi Lebih Menantang
4 kapal pengungsi Rohingya tinggalkan Bangladesh
Tercatat ada empat kelompok pengungsi Rohingya yang kabur menggunakan kapal sejak akhir November 2022.
Pengungsi Rohingya yang tiba di Aceh merupakan kapal pengungsi keempat.
Sebelumnya, sebuah kapal minyak Vietnam menyelamatkan sebuah kapal yang mengangkut 104 pengungsi Rohingya pada 8 Desember 2022.
Kapal pengungsi Rohingya kedua diselamatkan oleh angkatan laut Sri Lanka pada 18 Desember 2022, dikutip dari ABC News.
Pada pekan lalu, kapten kapal kedua mengirim pesan ke kamp pengungsi Rohingya di Cox's Bazar, Bangladesh untuk mengabarkan kemungkinan kapal ketiga telah tenggelam.
Kapal kedua sempat menerima "panggilan SOS" dari kapten kapal ketiga yang memintanya untuk memindahkan penumpang di kapalnya, namun ditolak karena kapal kedua sudah penuh sesak.
Azharul Husna, yang mengepalai KontraS cabang Aceh (kelompok HAM Indonesia), mengatakan orang-orang dalam kelompok tersebut semuanya membawa kartu UNHCR dari kamp pengungsi di Bangladesh.
Mereka telah pergi untuk mencari kehidupan yang lebih baik di Malaysia.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Pengungsi Rohingya