Sepekan Lamanya Terjebak di Reruntuhan Bangunan, Wanita Korban Gempa Ini Masih Selamat
Tim penyelamat berhasil mengeluarkan seorang wanita dalam keadaan hidup dari puing-puing bangunan yang runtuh di Turki, Senin (13/2/2023).
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, ANKARA - Tim penyelamat berhasil mengeluarkan seorang wanita dalam keadaan hidup dari puing-puing bangunan yang runtuh di Turki, Senin (13/2/2023).
Wanita tersebut telah terjebak dalam puing-puing bangunan selama seminggu setelah gempa besar melanda Turki dan Suriah.
Melansir dari Reuters, wanita bernama Sibel Kaya, 40 tahun, diselamatkan di Provinsi Gaziantep Selatan, sekitar 170 jam setelah gempa pertama dari dua gempa yang melanda di wilayah itu.
Petugas penyelamat di Kahramanmaras juga dilaporkan melakukan kontak dengan tiga orang yang selamat, yang diyakini sebagai ibu, anak perempuan dan bayi, di reruntuhan sebuah bangunan.
Di distrik pusat salah satu kota terparah, Antakya di Turki selatan, pemilik bisnis mengosongkan toko mereka pada Minggu (12/2/2023) untuk mencegah barang dagangan dicuri oleh penjarah.
Penduduk dan pekerja bantuan yang datang dari kota-kota lain menyebut kondisi keamanan semakin memburuk, dengan munculnya laporan pertokoan dan rumah-rumah yang roboh telah dirampok.
Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan pemerintah akan menindak tegas para penjarah.
Seorang ayah dan anak perempuan, seorang balita dan seorang gadis berusia 10 tahun termasuk di antara korban selamat lainnya yang ditarik dari reruntuhan bangunan di Turki pada Minggu, tetapi pemandangan seperti itu menjadi langka karena jumlah korban tewas terus meningkat tanpa henti.
Baca juga: Wanita Turki Ini Tertimbun Berhari-hari akibat Gempa Bersama Putranya yang Baru Lahir
Di sebuah pemakaman di dekat kota Reyhanli, Turki, para wanita berkerudung tampak meratap dan memukuli dada mereka saat jenazah diturunkan dari truk. Beberapa jenazah diletakkan di peti kayu tertutup dan beberapa lainnya hanya dibungkus selimut.
Beberapa warga berusaha untuk mengambil apa yang mereka bisa ambil dari reruntuhan bangunan.
Di Kota Elbistan, yang menjadi pusat gempa susulan yang hampir sama kuatnya dengan gempa berkekuatan 7,8 skala Richter pada Senin (6/2/2023), pemilik toko mobil berusia 32 tahun Mustafa Bahcivan mengatakan dia telah datang ke kota itu hampir setiap hari sejak gempa mengguncang.
Baca juga: Gempa Turki-Suriah: Korban Tewas Diprediksi Tembus 50 Ribu Orang dan 5,3 Juta Orang Kehilangan Rumah
Pada hari Minggu, dia memilah-milah puing-puing untuk mencari ponselnya yang mungkin masih utuh dan dapat dijual.
"Dulu ini salah satu jalan tersibuk. Sekarang benar-benar hilang," ucapnya mengenang keadaan kotanya sebelum gempa besar melanda.
Kondisi Suriah
Bencana paling parah terjadi di barat laut Suriah, yang dikuasai pemberontak, membuat banyak orang yang telah mengungsi beberapa kali akibat perang saudara selama satu dekade kembali kehilangan tempat tinggal.
Wilayah ini menerima sedikit bantuan dibandingkan dengan wilayah yang dikuasai pemerintah Suriah.
"Sejauh ini kami telah mengecewakan orang-orang di Suriah barat laut," kata kepala bantuan PBB (OCHA), Martin Griffiths, dari perbatasan Turki-Suriah, di mana hanya satu penyeberangan yang dibuka untuk pasokan bantuan PBB.
Baca juga: PBB Akui Telantarkan Korban Gempa di Suriah, Pengiriman Bantuan Dinilai Lamban
"Mereka benar-benar merasa ditinggalkan," kata Griffiths, seraya menambahkan dia akan fokus untuk menangani kendala ini dengan cepat.
Amerika Serikat meminta pemerintah Suriah dan semua pihak lainnya untuk segera memberikan akses kemanusiaan kepada semua orang yang membutuhkan.
Bantuan gempa bumi dari wilayah yang dikuasai pemerintah ke wilayah yang dikendalikan oleh kelompok oposisi garis keras telah tertahan oleh masalah persetujuan dengan kelompok Islam Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang menguasai sebagian besar wilayah tersebut, kata seorang juru bicara PBB.
Seorang sumber dari HTS di kota Idlib, Suriah, mengatakan kelompok itu tidak akan mengizinkan pengiriman bantuan apa pun dari daerah yang dikuasai pemerintah dan bantuan akan datang dari Turki ke utara.
PBB berharap untuk meningkatkan operasi lintas batas dengan membuka dua titik perbatasan tambahan antara Turki dan Suriah yang dikuasai oposisi untuk pengiriman bantuan, kata juru bicara OCHA Jens Laerke.
Gempa Besar pada pekan lalu menewaskan 29.605 orang di Turki dan lebih dari 3.500 di Suriah.
Gempa tersebut sekarang menjadi bencana alam paling mematikan keenam dalam abad ini, setelah gempa pada 2005 yang menewaskan sedikitnya 73.000 orang di Pakistan.
Turki mengatakan sekitar 80.000 orang berada di rumah sakit, dan lebih dari 1 juta orang berada di tempat penampungan sementara per 12 Februari 2023.