Militer Myanmar Bantah Lakukan Genosida di Kompleks Biara Buddha yang Tewaskan 22 Orang
22 orang di kompleks biara Buddha Myanmar menjadi korban penembakan massal. Militer Myanmar membantah melakukan genosida pada warga sipil.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah militer Myanmar membantah melakukan pembunuhan massal terhadap warga sipil di kompleks biara Buddha, desa Nam Nein, Negara Bagian Shan, Myanmar.
Juru bicara Dewan Militer Myanmar, Mayor Jenderal Zaw Min Tun, mengatakan kekerasan tersebut diprakarsai oleh pasukan perlawanan dan milisi yang menyergap pasukan tentara.
Mereka kemudian memasuki desa tempat pertempuran berlanjut.
Ia mengatakan, Partai Progresif Nasional Karenni (milisi minoritas anti-militer Myanmar) bersama sekutunya (Pasukan Pertahanan Nasionalitas Karenni dan Pasukan Pertahanan Rakyat), telah mengancam wilayah itu.
“Ketika (para) kelompok teroris melepaskan tembakan dengan keras, terlihat bahwa beberapa penduduk desa tewas dan terluka,” katanya dalam wawancara dengan Global New Light of Myanmar, Selasa (14/3/2023).
Zaw Min Tun mengatakan, tentara hanya melakukan serangan balik terhadap tiga kelompok perlawanan.
Baca juga: Militer Myanmar Semakin Brutal, Belasan Warga Sipil Dibantai
Militer Myanmar juga membantah laporan yang menyebut tentara Myanmar bertanggung jawab atas pembunuhan penduduk desa.
Kronologi
Pasukan Pertahanan Kebangsaan Karenni (KNDF) yang anti-pemerintah, mengunggah foto-foto dan video di lokasi kejadian di desa Nam Neim.
Kejadian itu terjadi pada Sabtu (11/3/2023), namun dipublikasikan pada hari Minggu (12/3/2023).
Terlihat para korban tergeletak di tanah dengan berlumuran darah.
Selain itu, terlihat banyak bekas penembakan peluru di dinding, dikutip dari AP News.
Sejumlah 22 orang meninggal dunia dengan luka tembak.
Tiga di antara korban jiwa itu adalah biksu dan seorang wanita.
Baca juga: Pertemuan Menlu AS dan Menlu RI di India Bahas ASEAN, Afghanistan Hingga Myanmar
Pelaku Tidak Diketahui
Baku tembak yang terjadi pada malam kejadian, menyamarkan kebenaran soal pelaku penembakan massal.
Tidak jelas siapa yang menembakkan peluru pada warga sipil.
Seorang pemimpin lokal gerilyawan Karenni yang mengambil foto para korban, mengatakan, penembak jitu di kelompoknya telah menggunakan teropong senapan saat kejadian itu.
Orang itu melihat, ada sekitar 100 tentara menembakkan senjata dan membakar rumah saat mereka memasuki desa pada Sabtu (11/3/2023) pagi, dikutip dari CTV News.
Dia mengatakan para penembak jitu tidak dapat melihat kejadian itu lebih lama, karena harus mundur saat mendapat serangan dari pesawat pemerintah.
Gerilyawan Karenni lainnya mengaku tak menyaksikan kejadian itu.
Ia hanya mengetahuinya setelah melihat mayat-mayat di desa itu.
Dia membantah tuduhan militer Myanmar yang menuding pasukan militan yang membunuh mereka.
Baca juga: Amnesty Internasional Sebut Militer Myanmar Raih Pasokan Bahan Bakar Penerbangan dari Asia dan Eropa
Saksi Mendengar Tembakan
Seorang penduduk Nam Nain berusia 45 tahun, yang meninggalkan desa pada akhir Februari 2023 karena pertempuran, memberikan kesaksiannya.
Ia mengaku masih sering berhubungan dengan biksu di desanya melalui telepon.
“Biksu itu menelepon saya pada jam 8 pagi pada hari Sabtu. Dia berkata 'Mereka masuk ke desa. Saya bisa mendengar suara tembakan dan artileri,' dan dia tiba-tiba menutup telepon," katanya kepada AFP, Senin (13/3/2023).
“Dia (si biksu) tidak bisa mengatakan kelompok mana yang masuk. Jadi tidak jelas siapa yang membunuh orang-orang itu,” kata warga tersebut, Senin.
Dia menambahkan, biksu itu adalah keponakannya, dan dua saudara iparnya, termasuk di antara mereka yang tewas.
Seorang sesepuh desa lainnya, yang juga meninggalkan Nam Nein pada akhir Februari 2023, memberikan kesaksian yang senada.
Ia mengatakan, semua yang terbunuh di kompleks biara adalah warga sipil yang tetap tinggal untuk membantu merawat para biksu.
“Lebih dari 20 orang yang terbunuh di biara hanyalah penduduk desa kami. Mereka bukan anggota PDF, bukan tentara dan anggota PNO,” katanya, dikutip dari AP News.
Dia mengatakan, dia juga diberitahu melalui telepon oleh biksu ketua tentang pasukan yang memasuki desa pada Sabtu pagi, tapi tidak tahu apakah mereka dari tentara atau gerilyawan.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Junta Militer Myanmar