Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dmitry Peskov: Perang Hibrida Rusia dan Negara Barat Bisa Berlangsung Lama

Dmitry Peskov mengatakan perang hibrida antara Rusia dan negara Barat bisa berlangsung lama. Rusia juga menuduh Barat perangi mereka di Ukraina.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Dmitry Peskov: Perang Hibrida Rusia dan Negara Barat Bisa Berlangsung Lama
RT.COM
Juru bicara Pemerintah Rusia, Dmitry Peskov mengatakan perang hibrida antara Rusia dan AS dapat berlangsung lama. 

TRIBUNNEWS.COM - Juru bicara Presiden Vladimir Putin, Dmitry Peskov, mengatakan perang hibrida antara Rusia dengan negara Barat, dapat berlangsung lama.

Perang hibrida adalah penggunaan berbagai metode (militer dan non-militer) untuk menimbulkan kerusakan perang secara optimal.

Saat ditanya kapan berakhirnya invasi Rusia ke Ukraina, Dmitry Peskov mengalihkan pertanyaan itu pada Kementerian Pertahanan Rusia.

Ia hanya memberi jawaban yang suram tentang perang dalam konteks luas, melawan Barat.

“Jika yang Anda maksud adalah perang dalam konteks yang luas, seperti dalam konfrontasi dengan negara-negara yang tidak bersahabat, perang hibrida yang telah dilancarkan terhadap negara kita — maka perang itu akan berlangsung lama,” kata Dmitry Peskov.

"Yang kita butuhkan di sini adalah ketangguhan, kesetiaan pada diri kita sendiri, satu pikiran, dan persatuan di sekitar presiden,” tambahnya, dikutip dari The Moscow Times.

Baca juga: Duta Besar Rusia Ancam Swedia dan Finlandia Jadi Target Pembalasan yang Sah, jika Gabung NATO

Ia mengklaim Presiden Vladimir Putin menikmati dukungan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari rakyat Rusia.

Berita Rekomendasi

"Kami melihat keyakinan yang sangat dominan dalam masyarakat kami, semua tujuan yang ditetapkan untuk operasi militer khusus (di Ukraina) akan dan harus dicapai," katanya.

Sebelumnya, ia mendesak pemerintah Rusia untuk mempersiapkan diri untuk 'perang selamanya' pada tiga bulan lalu.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov memegang ponsel sebelum konferensi pers Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Belarusia Alexander Lukashenko di Kremlin di Moskow pada 9 September 2021.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov memegang ponsel sebelum konferensi pers Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Belarusia Alexander Lukashenko di Kremlin di Moskow pada 9 September 2021. (SHAMIL ZHUMATOV / POOL / AFP)

Baca juga: Rusia: Tak Ada Solusi Diplomatik untuk Selesaikan Konflik Ukraina, Hanya Ada Solusi Militer

Rusia Tuduh AS Lakukan Perang Proksi

Moskow telah berulang kali menuduh Barat telah mengobarkan perang proksi melawan Rusia di Ukraina.

Pemerintahan Kremlin bersikeras, AS dan sekutunya telah lama bertujuan untuk mengacaukan dan menghancurkan Rusia, seperti diberitakan RT.

Menurut Collins Dictionary, perang proksi adalah perang di mana suatu negara berusaha untuk meningkatkan kekuatan atau pengaruhnya tanpa mengambil bagian dalam tindakan tersebut.

Misalnya memberikan senjata atau keuangan kepada salah satu pihak.

Perang proksi dan hibrida berbeda, karena elemen proksi merupakan bagian dari perang hibrida.

Perang hibrida adalah kedua negara bertujuan untuk membuat kondisi tidak stabil antara satu sama lain, sekaligus mencair dukungan internasional.

Sergei Lavrov
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov (RT.com)

Baca juga: Zelenskyy Menyesal Lama Tak Menyapa Xi Jinping, Kini Undang Presiden China Berkunjung ke Ukraina

Barat Lawan Rusia melalui Perang Ukraina

Dalam konteks Rusia dan AS, Rusia menuduh AS mengobarkan perang hibrida melalui perang di Ukraina.

“AS dan negara-negara satelitnya mengobarkan perang hibrida menyeluruh yang telah lama mereka persiapkan, dan menggunakan nasionalis radikal Ukraina sebagai pendobrak terhadap kami,” kata Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, Rabu (18/1/2023).

Ia menambahkan, negara-negara di Barat bahkan tidak lagi berusaha menyembunyikan niat mereka yang sebenarnya.

Lavrov mengatakan, contohnya adalah negara-negara Barat yang terus memberikan bantuan militer yang luas ke Ukraina, menghabiskan miliaran dolar untuk persenjataan dan amunisi yang semakin canggih untuk pasukan Kyiv.

Selain itu, pada saat yang sama memberlakukan beberapa putaran sanksi besar-besaran terhadap Rusia.

Rusia bersikeras, tindakan Barat pada titik ini menjadikan mereka pihak de-facto dalam konflik Rusia-Ukraina.

"NATO sekarang pada dasarnya berperang di pihak rezim Kiev dan tidak dapat lebih terlibat dalam permusuhan (dengan Rusia)," kata Sergey Lavrov dalam konferensi pers, Rabu (29/3/2023).

Politisi Rusia dan Barat pada beberapa kesempatan juga mengakui perang di Ukraina, termasuk masalah antara Rusia dan Barat, dapat berubah menjadi konflik jangka panjang.

"Bahkan ketika perang berakhir, tidak semuanya akan normal dalam semalam," kata Kanselir Jerman, Olaf Scholz, pada pekan lalu.

"Konsekuensi dari konflik ini "akan membuat kita sibuk untuk waktu yang lama," lanjutnya.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas