Intelijen Inggris: Pasukan Rusia di Ukraina yang Tewas Akibat Penyalahgunaan Alkohol Sangat Tinggi
Meski Rusia mengalami hingga 200.000 kasualitas sejak invasinya, minoritas signifikan dari angka itu adalah dikarenakan non-pertempuran.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
Para prajurit berbicara tentang bagaimana media pemerintah Rusia, yang dikendalikan oleh Vladimir Putin, berbohong tentang keberhasilan perang.
"Kami dalam bahaya," kata orang-orang itu dalam video yang direkam dari dekat garis depan.
Menurut angka yang dikeluarkan oleh Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina pada Maret lalu, jumlah kerugian Rusia dalam invasi telah melampaui 150.000 jiwa.
Pada awal Januari, Kepala Staf Umum Rusia (CGS) Jenderal Valery Gerasimov mengambil komando pribadi atas 'operasi militer khusus' di Ukraina.
Pemerintahannya ditandai dengan tujuan memperluas kendali Rusia atas seluruh wilayah Donbas.
Tetapi lebih dari sebulan kemudian, rencana itu dinilai telah gagal.
Di beberapa pertempuran di Donbas, pasukan Rusia hanya memperoleh keuntungan kecil dengan mengorbankan puluhan ribu korban, yang direkrut dari 'mobilisasi parsial' musim gugur lalu.
Rekrut Tentara Baru
Baca juga: Update Perang Rusia vs Ukraina Hari ke-403: Utang Kyiv Tambah, IMF Siap Gelontorkan 15,6 M Dolar AS
Kini, Vladimir Putin dilaporkan akan merekrut hingga 400.000 tentara sukarela baru.
Dilansir Independent, Kementerian Pertahanan Inggris menyinggung laporan media Rusia baru-baru ini yang menyebut bahwa pihak berwenang sedang bersiap untuk memulai kampanye perekrutan militer besar-besaran baru.
Mereka menargetkan merekrut 400.000 tentara tambahan.
Moskow mempromosikan kampanye tersebut sebagai program untuk sukarelawan, personel profesional, dan bukan mobilisasi militer wajib yang baru.
Namun, program sukarela itu diprediksi hanyalah formalitas.
“Ada kemungkinan di lapangan bahwa dalam praktiknya perbedaan itu akan samar, dan otoritas regional akan berusaha memenuhi target perekrutan yang dialokasikan dengan memaksa laki-laki untuk bergabung," kata Kementerian Pertahanan.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)