Profil Paul Makenzie, Mantan Sopir Taksi Pimpinan Sekte Sesat 'Kultus Puasa' di Kenya
Belakangan diketahui para pengikut gereja tersebut meninggal dunia secara tidak wajar setelah diiming-imingi masuk surga dan bisa berjumpa Yesus
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
kehidupan Nthenge berubah menjadi lebih gelap ketika ia mengaku telah menerima perintah ilahi untuk menutup gerejanya setelah 16 tahun pelayanan dan mulai memindahkan jamaat ke sebidang tanah seluas 800 hektar di hutan Shakahola.
Dalam praktiknya Nthenge dan sang istri menggunakan ajaran Teologi Hari Akhir William Branham untuk 'mencuci otak' para pengikutnya, seperti yang dikutip dari Nation Africa News.
Baca juga: Sekte Sesat JMS Masih Cari Jemaat Baru, Yuk, Simak Cara Agar Tidak Terpengaruh!
“Saya curiga. Instruksinya yang disebut sebagai pesan dari Tuhan mulai bertentangan. Anak – anak dilarang bersekolah dan sebaliknya mereka diwajibkan untuk mengunjungi gereja setiap hari untuk pelajaran hidup,” jelas Nyongo, mantan pengikut Nthenge.
“Ketika saya pindah ke desa dari Malindi saya memulai usaha peternakan unggas, tapi Nthenge menentangnya. Nthenge tidak ingin ada yang terlibat dalam kegiatan ekonomi atau pindah dari desa ke pusat kota. Saya menjadi curiga dan keluar dari gereja,” tambah Nyongo.
Korban Dijanjikan Masuk Surga
Hussein Khalid, seorang anggota kelompok hak asasi Haki Afrika yang memberi tahu polisi atas tindakan gereja tersebut, mengatakan salah satu dari mereka yang diselamatkan menolak untuk makan meskipun mengalami tekanan fisik.
Mereka juga enggan menerima bantuan, sebab mereka percaya akan masuk surga bila membiarkan diri mati kelaparan.
Nthenge diduga menamai tiga desa Nazareth, Bethlehem dan Yudea. Ia juga turut membaptis para pengikutnya di kolam yang ada di desa tersebut kemudian menyuruh mereka berpuasa sampai mati.
"Ini untuk membina umat yang beriman secara holistik dengan semua cara spiritual umat Kristiani seperti yang kita persiapkan untuk kedatangan kedua Yesus Kristus melalui ajaran dan penyebaran agama Nasrani," demikian keterangan di situs sekte itu, seperti dikutip The Citizen.co.
Saat ini sejumlah ahli patologi tengah mengambil sampel DNA dan melakukan tes untuk mencari tahu apakah para korban meninggal akibat kelaparan.
Nthenge sempat Ditangkap Kepolisian Kenya
Sebelum kasus sekte sesat ini mencuat Nthenge pernah ditangkap dengan tuduhan radikalisme. lantaran mendesak anak-anak untuk tak datang ke sekolah karena pendidikan tak diakui kitab Injil.
Lalu pada Maret lalu, polisi Kenya kembali menangkap Nthenge usai dua anak meninggal gegara kelaparan. Namun, ia bebas setelah membayar 100 ribu Shilling Kenya.
Namun tak lama dari insiden itu, kepolisian kembali melakukan penyelidikan di hutan kota Malindi terkait kuburan massal di lokasi tersebut. Hingga akhirnya pada 14 April kemarin pihak kepolisian kenya akhirnya menangkap Nthenge dan ketiga rekan terdekatnya.