Profil Paul Makenzie, Mantan Sopir Taksi Pimpinan Sekte Sesat 'Kultus Puasa' di Kenya
Belakangan diketahui para pengikut gereja tersebut meninggal dunia secara tidak wajar setelah diiming-imingi masuk surga dan bisa berjumpa Yesus
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, NAIROBI – Nama Pastor Paul Mackenzie Nthenge menjadi sorotan, setelah pihak berwajib Kenya menemukan 98 jasad yang diduga sebagai pengikut sekte sesat 'Kultus Puasa' yang diajarkan kelompok gereja Good News International Church.
Belakangan diketahui para pengikut gereja tersebut meninggal dunia secara tidak wajar setelah diiming-imingi masuk surga dan bisa berjumpa Yesus lebih cepat dengan membersihkan diri dari iblis lewat puasa.
Menurut analisis dari sejumlah pengamat keagamaan di Kenya, Paul Mackenzie Nthenge memanfaatkan celah ketidaktahuan masyarakat, dengan mencuci otak para pengikutnya untuk melakukan ajaran sesat.
Baca juga: Korban Tewas Sekte Melaparkan Diri Sampai Mati di Kenya Bertambah Menjadi 89 Orang
Dalam situs resmi William Braham, Nthenge mendoktrin para jamaah agar mereka berpuasa sampai mati agar bisa dapat bertemu Yesus. Nthenge meyakini puasa dapat membersihkan tubuh dari "iblis."
Doktrin ini yang kemudian diterapkan para pengikutnya yang sebagian besar berasal dari jamaah gereja Good News International Church yang berlokasi di daerah Malindi Furunzi, Kenya.
"warga yang tidak bersalah mati kelaparan karena percaya bahwa mereka akan bertemu Yesus, setelah dicuci otak,” ujar kepolisian Kenya.
Paul Mackenzie Nthenge Mantan Sopir Taksi
Sebelum menjadi pastor di gereja Good News International Church, Paul Makenzie Nthenge sempat bekerja sebagai seorang supir taksi.
Namun tak berselang lama, pada tahun 2003 Nthenge memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan mulai mengabdikan diri sebagai pendeta di gereja Good News International Church.
Sosoknya yang ramah membuat sejumlah jamaah mulai terpikat dengan gaya khotbah yang diajarkan Nthenge. Cara ini yang kemudian dimanfaatkan Nthenge untuk menyampaikan 'Pesan Akhir Zaman' pada para pengikutnya.
Baca juga: 30 tahun Tragedi Waco: Sekte kiamat Ranting Daud di AS menjadi rujukan kelompok sayap kanan
Tak tanggung – tanggung untuk menambah jumlah pengikutnya Nthenge juga turut menyiarkan program injil 'Pesan Akhir Zaman' setiap Senin sampai Jumat pukul 08.00-09.00 pagi waktu setempat. Sedangkan pada akhir pekan tayang pukul 08.00 - 09.00 pagi dan 20.00-21.00 malam.
Jumlah Jamaah Capai 4.000 Jiwa
Dalam melancarkan aksinya Nthenge dibantu oleh istrinya, Joyce Mwikamba untuk mendirikan gereja Good News International Church yang saat ini telah memiliki jemaat lebih dari 1.000 orang di Malindi Furunzi sementara sisanya sekitar 3.000 orang tersebar di semua cabang.
kehidupan Nthenge berubah menjadi lebih gelap ketika ia mengaku telah menerima perintah ilahi untuk menutup gerejanya setelah 16 tahun pelayanan dan mulai memindahkan jamaat ke sebidang tanah seluas 800 hektar di hutan Shakahola.
Dalam praktiknya Nthenge dan sang istri menggunakan ajaran Teologi Hari Akhir William Branham untuk 'mencuci otak' para pengikutnya, seperti yang dikutip dari Nation Africa News.
Baca juga: Sekte Sesat JMS Masih Cari Jemaat Baru, Yuk, Simak Cara Agar Tidak Terpengaruh!
“Saya curiga. Instruksinya yang disebut sebagai pesan dari Tuhan mulai bertentangan. Anak – anak dilarang bersekolah dan sebaliknya mereka diwajibkan untuk mengunjungi gereja setiap hari untuk pelajaran hidup,” jelas Nyongo, mantan pengikut Nthenge.
“Ketika saya pindah ke desa dari Malindi saya memulai usaha peternakan unggas, tapi Nthenge menentangnya. Nthenge tidak ingin ada yang terlibat dalam kegiatan ekonomi atau pindah dari desa ke pusat kota. Saya menjadi curiga dan keluar dari gereja,” tambah Nyongo.
Korban Dijanjikan Masuk Surga
Hussein Khalid, seorang anggota kelompok hak asasi Haki Afrika yang memberi tahu polisi atas tindakan gereja tersebut, mengatakan salah satu dari mereka yang diselamatkan menolak untuk makan meskipun mengalami tekanan fisik.
Mereka juga enggan menerima bantuan, sebab mereka percaya akan masuk surga bila membiarkan diri mati kelaparan.
Nthenge diduga menamai tiga desa Nazareth, Bethlehem dan Yudea. Ia juga turut membaptis para pengikutnya di kolam yang ada di desa tersebut kemudian menyuruh mereka berpuasa sampai mati.
"Ini untuk membina umat yang beriman secara holistik dengan semua cara spiritual umat Kristiani seperti yang kita persiapkan untuk kedatangan kedua Yesus Kristus melalui ajaran dan penyebaran agama Nasrani," demikian keterangan di situs sekte itu, seperti dikutip The Citizen.co.
Saat ini sejumlah ahli patologi tengah mengambil sampel DNA dan melakukan tes untuk mencari tahu apakah para korban meninggal akibat kelaparan.
Nthenge sempat Ditangkap Kepolisian Kenya
Sebelum kasus sekte sesat ini mencuat Nthenge pernah ditangkap dengan tuduhan radikalisme. lantaran mendesak anak-anak untuk tak datang ke sekolah karena pendidikan tak diakui kitab Injil.
Lalu pada Maret lalu, polisi Kenya kembali menangkap Nthenge usai dua anak meninggal gegara kelaparan. Namun, ia bebas setelah membayar 100 ribu Shilling Kenya.
Namun tak lama dari insiden itu, kepolisian kembali melakukan penyelidikan di hutan kota Malindi terkait kuburan massal di lokasi tersebut. Hingga akhirnya pada 14 April kemarin pihak kepolisian kenya akhirnya menangkap Nthenge dan ketiga rekan terdekatnya.
Nantinya Nthenge akan diadili di depan Pengadilan Hukum Malindi pada 2 Mei 2023.
"Pastor ini harus menghadapi semua dakwaan meski ia sudah melakukan mogok makan dan mengatakan dia berdoa dan berpuasa di tahanan," ucap sumber kepolisian itu.
Presiden Kenya Kutuk Keras Sekte Sesat
Usai kasus ini mencuat Presiden Kenya William Ruto juga berjanji bakal membongkar jaringan sekte tersebut.
Presiden William Ruto mencap Nthege sebagai "penjahat yang mengerikan", yang tindakannya "mirip dengan teroris".
Ruto juga mengatakan sekte ini bisa dikategorikan sebagai aksi kejahatan serius sehingga Nthenge bisa dituntut hukuman penjara seumur hidup dengan menggunakan pasal terorisme.