Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

PM Belanda Mark Rutte Mengundurkan Diri setelah Koalisi Pemerintahannya Terpecah

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengundurkan diri setelah koalisinya terpecah. Ia dan Kabinetnya masih berkuasa sementara, hinga ada koalisi baru.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in PM Belanda Mark Rutte Mengundurkan Diri setelah Koalisi Pemerintahannya Terpecah
Lex van LIESHOUT/ANP/AFP
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte menghadiri debat tentang program penelitian "Kemerdekaan, dekolonisasi, kekerasan dan perang di Indonesia 1945-1950" di DPR di Den Haag, 14 Juni 2023. Pada Februari tahun ini, Rutte meminta maaf atas "kekerasan ekstrem" selama perjuangan kemerdekaan bekas jajahan Hindia Belanda itu. Lex van LIESHOUT/ANP/AFP - Mark Rutte mengumumkan pengunduran dirinya pada Jumat, 7 Juli 2023. 

TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte, mengumumkan rencana pengunduran dirinya pada Jumat (7/7/2023) malam.

Mark Rutte dan kabinetnya mengundurkan diri karena perbedaan dan perdebatan aturan migrasi yang tidak dapat didamaikan dalam koalisi empat partai yang dia pimpin.

"Itulah mengapa saya akan segera menawarkan pengunduran diri seluruh kabinet kepada Raja secara tertulis," kata Mark Rutte kepada wartawan di Den Haag pada Jumat (7/7/2023) malam.

"Bukan rahasia lagi bahwa mitra koalisi memiliki pandangan yang sangat berbeda tentang kebijakan migrasi," lanjutnya, dikutip dari Sky News.

"Dan hari ini, sayangnya, kita harus menarik kesimpulan bahwa perbedaan itu tidak dapat didamaikan," tambahnya.

Mark Rutte dan kabinetnya akan tetap menjabat sementara, hingga koalisi baru dipilih.

Baca juga: Mark Rutte: Saya Mohon Maaf Kepada Bangsa Indonesia Atas Nama Pemerintah Belanda

Mark Rutte adalah Perdana Menteri Belanda terlama.

Berita Rekomendasi

Ia merupakan pemimpin Partai Rakyat untuk Kebebasan dan Demokrasi (VVD) yang telah berkuasa sejak 2010.

Penyebab Mark Rutte Mengundurkan Diri

Perdana Menteri Mark Rutte memberikan konferensi pers setelah rapat kabinet setelah runtuhnya kabinet Rutte IV di Den Haag pada 7 Juli 2023. Pemerintah koalisi Perdana Menteri Belanda Mark Rutte runtuh setelah hanya satu setengah tahun menjabat pada 7 Juli, 2023 berturut-turut atas langkah-langkah untuk mengekang arus migran, kata media lokal. Rutte, pemimpin terlama Belanda, memimpin pembicaraan krisis antara empat mitra koalisi tetapi gagal mencapai kesepakatan, penyiar NOS dan RTL dan kantor berita Belanda ANP melaporkan. Phil Nijhuis / ANP / AFP
Perdana Menteri Mark Rutte memberikan konferensi pers setelah rapat kabinet setelah runtuhnya kabinet Rutte IV di Den Haag pada 7 Juli 2023. Pemerintah koalisi Perdana Menteri Belanda Mark Rutte runtuh setelah hanya satu setengah tahun menjabat pada 7 Juli, 2023 berturut-turut atas langkah-langkah untuk mengekang arus migran, kata media lokal. Rutte, pemimpin terlama Belanda, memimpin pembicaraan krisis antara empat mitra koalisi tetapi gagal mencapai kesepakatan, penyiar NOS dan RTL dan kantor berita Belanda ANP melaporkan. Phil Nijhuis / ANP / AFP (Phil Nijhuis / ANP / AFP)

Baca juga: Belanda akan Kembalikan 478 Harta Indonesia dan Sri Lanka yang Dicuri saat Masa Penjajahan

Seperti yang dijelaskan secara singkat di atas, Mark Rutte mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri Belanda karena perpecahan koalisi tentang aturan migrasi.

Pemerintah koalisinya saat ini, yang keempat yang dipimpinnya, mulai menjabat pada Januari 2022 setelah negosiasi koalisi terpanjang dalam sejarah politik Belanda.

Partai VVD yang dipimpin Mark Rutte dan Partai Seruan Demokrat Kristen (CDA) mendukung langkah yang lebih keras terhadap kebijakan migrasi.

Namun, partai Demokrat kiri-tengah 66 (D66) dan partai Persatuan Kristen (ChristenUnie) tidak setuju.

Partai D66 dan Partai ChristenUnie telah membuat gagasan untuk menciptakan dua kelas suaka, yaitu suaka sementara bagi orang yang melarikan diri dari konflik dan suaka permanen bagi orang yang melarikan diri dari penganiayaan.

Kedua partai itu juga mengusulkan agar ada pembatasan jumlah anggota keluarga yang diizinkan bergabung dengan pencari suaka di Belanda.

Ketegangan Sebelum Koalisi 4 Partai Runtuh

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte memberikan pers untuk memperketat pembatasan Covid-19 di Kementerian Kehakiman dan Keamanan di Den Haag, pada 26 November 2021. - Belanda akan memperketat penguncian sebagian Covid-19 dengan penutupan awal bar, restoran, dan toko untuk mengekang lonjakan kasus, Perdana Menteri Mark Rutte mengatakan pada 26 November 2021. (Photo by Bart Maat / ANP / AFP) / Netherlands OUT
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte memberikan pers untuk memperketat pembatasan Covid-19 di Kementerian Kehakiman dan Keamanan di Den Haag, pada 26 November 2021. - Belanda akan memperketat penguncian sebagian Covid-19 dengan penutupan awal bar, restoran, dan toko untuk mengekang lonjakan kasus, Perdana Menteri Mark Rutte mengatakan pada 26 November 2021. (Photo by Bart Maat / ANP / AFP) / Netherlands OUT (AFP/BART MAAT)

Baca juga: Belanda Akui Indonesia Merdeka 17 Agustus 1945, Bukan 27 Desember 1949

Ketegangan memuncak pada minggu ini, ketika Mark Rutte menuntut dukungan untuk proposal untuk membatasi masuknya anak-anak pengungsi perang yang sudah berada di Belanda.

Mark Rutte juga membuat keluarga mereka menunggu setidaknya dua tahun sebelum mereka dapat bersatu.

Permohonan suaka di Belanda melonjak sepertiga tahun lalu menjadi lebih dari 46.000.

Pemerintah Belanda memproyeksikan mereka dapat meningkat menjadi lebih dari 70.000 tahun ini, melampaui rekor tertinggi sebelumnya di tahun 2015.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Mark Rutte

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas