Imbas Serangan Rusia ke Pelabuhan Pangan Ukraina, Harga Gandum dan Jagung Pasar Global Meroket
Jumlah impor gandum Ukraina di Indonesia sendiri telah mencapai 88,9 ribu ton per tahun.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM – Harga gandum dan jagung yang diperdagangkan di pasar berjangka di Chicago dilaporkan melonjak, dimana harga gandum naik 4,9 persen menjadi 6,84 dolar AS per gantang. Sementara harga jagung melesat sebesar 3,2 persen pada Kamis (3/8/2023).
Harga tersebut melonjak usai pasukan Rusia pada Kamis malam melakukan penyerangan ke wilayah Ukraina dengan membombardir pelabuhan pangan terbesar di Sungai Danube Ukraina yang berbatasan langsung dengan negara NATO.
Dari cuplikan video yang diunggah otoritas Ukraina, terlihat para petugas pemadam kebakaran sedang berjuang melawan kobaran api besar yang membakar beberapa bangunan besar termasuk gudang penyimpanan biji dan gandum Ukraina.
Baca juga: Bersiap Hadapi Krisis Pangan Akibat El Nino hingga Hengkangnya Rusia dari Kesepakatan Ekspor Gandum
“Rusia sekali lagi menyerang pelabuhan, biji-bijian, keamanan pangan global, mengirim harga pangan global lebih tinggi,” kata Presiden Volodymyr Zelenskyy dikutip dari Reuters.
“Mereka (Rusia) sengaja membuat runtuh pasar pangan dunia dengan gangguan pasokan serta krisis harga," tambah Zelenskyy.
Meski tak ada korban jiwa dalam insiden ini, namun gubernur wilayah Odesa Oleh Kiper mengungkap bahwa sejumlah fasilitas di pelabuhan, infrastruktur industri terbakar, dan sebuah gudang pangan dilaporkan rusak parah akibat penyerangan tersebut.
Tak hanya itu, imbas bombardir rudal Rusia sebanyak 40.000 ton biji-bijian Ukraina gagal dikirim karena rusak terbakar sementara lusinan kapal internasional pengangkut biji-bijian Ukraina terpaksa mandek beroperasi karena tak bisa melintasi pelabuhan di Sungai Danube.
“40.000 ton pasokan biji-bijian rusak total, alhasil negara-negara di Afrika dan Israel terancam mengalami krisis pangan karena pengiriman gagal dilakukan,” jelas Wakil Perdana Menteri Ukraina Oleksandr Kubrakov.
PBB Peringatkan ancaman kiamat pangan
Pelabuhan sungai Danube menjadi satu – satunya rute kapal Ukraina yang digunakan untuk melakukan kegiatan ekspor impor, saking pentingnya pelabuhan ini menyumbang sekitar seperempat dari ekspor biji-bijian dunia.
Namun setelah Rusia melayangkan serangan ke pelabuhan ini, aktivitas pengiriman pangan ke sejumlah negara terpaksa mandek, hingga jangka waktu yang tak dapat ditentukan.
Munculnya ancaman ini lantas membuat PBB khawatir terkait adanya potensi krisis pangan dan kelaparan di negara-negara termiskin di dunia.
Memperparah kondisi pangan pasar global yang saat ini tengah dihantui kiamat pangan akibat pembatasan ekspor beras basmati yang dilakukan Perdana Menteri India Narendra Modi.
“Dunia kemungkinan besar mengalami krisis pangan, dampaknya terbesar tampaknya akan terjadi pada Somalia, Ethiopia dan Kenya, karena saat ini mereka tengah berjuang mencukupi kebutuhan pangan di Tengah ancaman kekeringan,” kata Direktur darurat di Afrika Timur untuk Komite Penyelamatan Internasional (IRC), Shashwat Saraf.
Dampak ke Indonesia
Kendati sejumlah wilayah seperti Afrika, Somalia, Ethiopia dan Kenya, menjadi salah satu negara yang terdampak kehancuran pelabuhan Silo. Namun pemerintah Indonesia menegaskan bahwa pasokan gandum dan pangan di negaranya aman.
Jumlah impor gandum Ukraina di Indonesia sendiri telah mencapai 88,9 ribu ton per tahun.
Namun jumlah tersebut lebih kecil dibanding dengan pasokan impor dari Australia, Kanada, Argentina, dan India. Sehingga kehancuran pelabuhan Ukraina tidak terlalu berdampak bagi harga mie instan Indonesia yang mayoritas bahan utamanya terbuat dari gandum
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.