Enggan Pilih Salah Satu, Pemimpin ASEAN Ingin Berteman dengan AS maupun Tiongkok
Pemimpin ASEAN tak ingin terlibat dalam pertikaian Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Mereka enggan untuk memilih salah satu dari mereka.
Penulis: Muhamad Deni Setiawan
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin ASEAN (Asia Tenggara) tak ingin terlibat dalam pertikaian Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.
Hal tersebut, disampaikan dalam acara Milken Institute Asia Summit ke-10 di Singapura pekan ini.
Para pemimpin ASEAN ingin membangun hubungan dekat dengan AS maupun Tiongkok.
"Semua negara di Asia Tenggara, termasuk Singapura, berteman baik dengan Tiongkok maupun Amerika," kata Wakil Perdana Menteri Singapura, Lawrence Wong, dilansir CNBC International.
Baca juga: Taiwan Kecam Elon Musk: Kami Tidak Dijual, Bukan Bagian dari Tiongkok
"Kami memiliki hubungan dekat dengan kedua negara dan kami ingin menjaga hubungan tersebut."
"Negara tidak harus berteman untuk berbisnis satu sama lain."
"Faktanya, kami mempromosikan saling ketergantungan sebagai jalan menuju perdamaian dan stabilitas. Tapi konsensus itu sudah berakhir," tuturnya.
Lawrence Wong menegaskan, bahwa negara-negara di Asia Tenggara menolak dominasi dari negara mana pun.
Mereka menghindari kesepakatan eksklusif dengan negara mana pun. Tujuannya ialah berteman dengan siapa pun.
"Kami menolak dominasi oleh kekuatan mana pun."
"Kita menghindari komitmen eksklusif dengan satu pihak mana pun. Kami hanya ingin berteman dengan semua orang," tambah Wong.
Pandangan Wong itu kemudian diamini oleh Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim.
Ia ingin Malaysia dekat dengan AS, seperti Malaysia dekat dengan Tiongkok.
Menurut Anwar Ibrahim, ASEAN memiliki peran yang melibatkan AS dan Tiongkok.
Negara-negara Asia Tenggara mengimbau AS dan Tiongkok untuk mengurangi ketegangan satu sama lain.
"Gagasan di mana Anda harus bersama Tiongkok atau Amerika Serikat?" terang Anwar Ibrahim.
"Tidak… Saya ingin Malaysia lebih dekat dengan Amerika Serikat, sama seperti kami sangat dekat dengan Tiongkok."
"Kami, sebagai ASEAN, mempunyai peran dalam melibatkan AS dan Tiongkok, dan kami mengimbau mereka untuk mengurangi ketegangan."
Hubungan AS-Tiongkok telah menimbulkan perdebatan selama bertahun-tahun dan kedua kekuatan ekonomi ini saling berhadapan dalam bidang perdagangan, teknologi, dan kebijakan keamanan.
Ada secercah harapan bahwa hubungan AS-Tiongkok akan membaik ketika Presiden AS, Joe Biden, bertemu Presiden Tiongkok, Xi Jinping, pada bulan November di KTT G20 tahun lalu di Bali, Indonesia.
Kedua presiden berbicara tentang pentingnya bekerja sama untuk mengatasi tantangan transnasional seperti stabilitas makroekonomi global dan ketahanan pangan global.
Mereka juga sepakat untuk melakukan upaya yang lebih konstruktif untuk menjaga saluran komunikasi tetap terbuka.
Namun kemajuan tersebut, terhambat pada bulan Februari ketika jet tempur AS menembak jatuh setidaknya empat objek terbang di wilayah udara di atas AS dan Kanada .
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menggambarkan kapal-kapal tak berawak di ketinggian itu sebagai balon mata-mata Tiongkok.
Ia mengeklaim bahwa lebih dari 40 negara telah menerbangkan balon-balon ini melintasi wilayah mereka.
Namun, Beijing menyangkal bahwa balon-balon itu bertujuan untuk memata-matai.
Imbasnya, Blinken menunda kunjungan resminya ke China.
Ia akhirnya bertemu dengan Menteri Luar Negeri Tiongkok, Qin Gang, pada bulan Juni, ketika kedua belah pihak berusaha meredakan permusuhan antara kedua negara.
(Tribunnews.com/Deni)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.