Pertama Kali dalam Sejarah, Erdogan dan PM Israel Netanyahu Bertemu Langsung
Recep Tayyip Erdogan bertemu Benjamin Netanyahu untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Penulis: Nuryanti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bertemu secara langsung untuk pertama kalinya.
Pertemuan itu digelar di sela-sela Majelis Umum PBB di New York pada Selasa (19/9/2023).
Hal tersebut menjadi tonggak sejarah ketika kedua negara perlahan-lahan memperbaiki hubungan yang tegang akibat perselisihan mengenai kebijakan terhadap Palestina.
Dilansir Reuters, Erdogan dan Netanyahu yang mengadakan pembicaraan pada Majelis Umum tingkat tinggi PBB tahunan, sepakat untuk segera mengunjungi negara masing-masing.
Saluran TV Channel 12 yang berperingkat tinggi di Israel mengatakan, Erdogan mungkin berupaya memperingati 100 tahun republik Turki bulan depan dengan ziarah ke masjid besar di Yerusalem.
Lantas, apa yang dibahas dalam pertemuan itu?
Baca juga: Kepincut Mobil Listrik Tesla, Presiden Erdogan Rayu Elon Musk Bangun Pabrik Perakitan di Turki
Benjamin Netanyahu membahas upaya normalisasi hubungan dengan Arab Saudi dalam pertemuan pertamanya dengan Recep Tayyip Erdogan.
Pertemuan tersebut terjadi sehari setelah Erdogan mengatakan kepada wartawan bahwa dia mendukung inisiatif pemerintahan Joe Biden untuk menengahi kesepakatan Israel-Saudi.
Menurut laporan Turki mengenai pertemuan hari Selasa, para pemimpin membahas perkembangan hubungan Israel-Palestina.
Erdogan disebut mendesak kerja sama di bidang energi, teknologi, inovasi, kecerdasan buatan, dan keamanan siber.
Menteri luar negeri, menteri energi, dan kepala intelijen Turki juga hadir dalam pertemuan tersebut.
Tanda-tanda membaiknya hubungan juga terlihat dalam pidato Erdogan di Majelis Umum PBB pada hari Selasa.
Baca juga: Presiden Turki Erdogan Beri Sinyal Kesepakatan Ekspor Gandum Ukraina akan Kembali Dilanjutkan
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Erdogan menahan diri untuk tidak mengutuk Israel.
Ia hanya memberikan beberapa kata dukungan untuk Palestina, dan menyebut mereka sebagai tambahan dalam pidatonya.
“Agar perdamaian terjalin di Timur Tengah, konflik Palestina-Israel harus diselesaikan pada akhirnya,” ujarnya, Selasa, dilansir The Times of Israel.
“Kami akan terus mendukung rakyat Palestina dan perjuangan mereka untuk mendapatkan hak sah berdasarkan hukum internasional," lanjut Erdogan.
"Tanpa negara Palestina yang berdasarkan perbatasan tahun 1967, sulit bagi Israel untuk menemukan perdamaian dan keamanan yang dicarinya di belahan dunia tersebut."
“Kami akan terus menghormati status bersejarah Yerusalem,” tambah Erdogan.
Baca juga: Hasil Pertemuan Erdogan-Putin, Rusia Siap Buka Keran Ekspor Gandum ke Negara yang Membutuhkan
Sebagai informasi, hubungan antara bekas sekutu tersebut memburuk setelah pasukan Israel membunuh 10 warga Turki dalam serangan tahun 2010 terhadap kapal aktivis pro-Palestina yang mencoba menerobos blokade di Jalur Gaza, yang dikuasai oleh kelompok Islam Hamas yang dilarang di Barat.
Ankara mengusir duta besar Israel, sebuah langkah yang dibatalkan pada 2016, tetapi diulangi dua tahun kemudian atas pembunuhan puluhan warga Palestina yang ikut serta dalam protes kekerasan di perbatasan Gaza.
Israel yang mengeluh atas kedatangan para pemimpin Hamas di Ankara, secara timbal balik mengusir utusan Turki pada 2018 silam.
Kunjungan Presiden Israel Isaac Herzog ke Turki pada Maret 2022, diikuti dengan kunjungan kedua menteri luar negeri, membantu pencairan tersebut.
Sementara, Erdogan telah menggunakan podium untuk melontarkan kecaman keras terhadap Israel atas perlakuannya terhadap warga Palestina, dalam beberapa tahun terakhir.
Pada tahun 2020, ia mendorong utusan Israel untuk melakukan pemogokan setelah mengatakan bahwa “tangan kotor yang menjangkau privasi Yerusalem, tempat suci tiga agama besar hidup berdampingan, terus meningkatkan keberaniannya.”
(Tribunnews.com/Nuryanti)