Anggota DPR AS Mencak-mencak, Senjata Bantuan Ukraina Dipakai Hamas Serang Israel
Anggota kongres Amerika Serikat Marjorie Taylor Greene mencak-mencak setelah tahu senjata militan Palestina yang dipakai menyerang Israel
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Anggota kongres Amerika Serikat Marjorie Taylor Greene mencak-mencak setelah tahu senjata militan Palestina yang dipakai menyerang Israel ternyata buatan AS.
Anggota DPR asal Partai Republik tersebut menyatakan tak habis pikir dengan kenyataan senjata bantuan tersebut disalahgunakan.
Ia menjelaskan kemungkinannya senjata tersebut berasal dari Ukraina atau Afghanistan.
Baca juga: Punya Manpads, Senjata-Senjata Hamas Buat Gempur Israel Justru Berasal dari AS Buat Ukraina?
Akan tetapi yang jelas, artileri tersebut adalah senjata buatan AS.
"Washing ton dan Israel harus bekerjasama untuk menyelidiki asal-usul senjata itu," kata Taylor Greene pada Minggu (8/10/2023).
Ia mengatakan, senjata yang disita tersebut harus dilacak untuk menentukan sumbernya seperti dikutip Russia Today.
“Kita perlu bekerja sama dengan Israel untuk melacak nomor seri senjata AS yang digunakan Hamas melawan Israel. Apakah mereka berasal dari Afganistan? Apakah mereka berasal dari Ukraina? Kemungkinan besar jawabannya adalah keduanya,” tulis anggota kongres tersebut di platform media sosial X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
Sejauh ini, belum ada bukti kuat yang mendukung klaim tersebut. Namun, setidaknya satu video yang belum diverifikasi beredar secara online yang dimaksudkan untuk menunjukkan seorang militan Hamas “berterima kasih” kepada Ukraina atas persenjataannya sambil memamerkan berbagai macam barang buatan AS, termasuk peluncur granat anti-tank M136 standar.
AS telah mengucurkan bantuan militer dalam jumlah besar ke Ukraina selama lebih dari satu setengah tahun, mendukung Kiev dalam perjuangannya melawan Moskow.
Baca juga: Kelompok Hamas Menahan 100 Orang Usai Melakukan Serangan, Tim Penyelamatan Israel Evakuasi 260 Mayat
Ukraina berulang kali menghadapi tuduhan penyalahgunaan dan penjualan persenjataan, dengan berbagai tawaran mulai dari senjata api hingga ranjau dan rudal anti-tank yang dipandu berulang kali muncul di jaringan gelap.
Di Afghanistan, seluruh persenjataan tentara yang sekarang sudah tidak ada lagi, yang dibentuk dengan keterlibatan langsung Pentagon selama bertahun-tahun, telah jatuh ke tangan Taliban setelah kelompok Islam tersebut mengambil alih negara itu pada Agustus 2021.