Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Rusia Sebut Negosiasi Perlu Dilakukan untuk Mewujudkan Negara Palestina Merdeka

Juru bicara Kepresidenan Rusia,  Dmitry Peskov memperingatkan bahaya eskalasi regional setelah kekerasan Israel.

Editor: Muhammad Barir
zoom-in Rusia Sebut Negosiasi Perlu Dilakukan untuk Mewujudkan Negara Palestina Merdeka
VYACHESLAV OSELEDKO / AFP
Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dan juru bicaranya Dmitry Peskov (kiri) menghadiri pertemuan Dewan Ekonomi Eurasia Tertinggi di Balai Kongres di Bishkek pada 9 Desember 2022. VYACHESLAV OSELEDKO / AFP 

TRIBUNNEWS.COM- Juru bicara Kepresidenan RusiaDmitry Peskov memperingatkan bahaya eskalasi regional setelah kekerasan Israel.

Kremlin menyatakan keprihatinan mendalam tentang kejadian baru-baru ini di Israel dan Wilayah Palestina.

Kremlin mengatakan bahwa situasinya dapat meningkat menjadi konflik yang lebih luas di Timur Tengah.

Pasukan Israel masih memerangi orang-orang bersenjata Hamas pada hari Senin,

lebih dari dua hari setelah para militan menyerbu pagar dari Gaza dengan mengamuk dan mematikan.

Tentara mengatakan akan segera melancarkan serangan setelah mobilisasi terbesar dalam sejarah Israel.

“Kami sangat prihatin,” kata juru bicara Kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov pada konferensi pers rutin dikutip dari Reuters.

Berita Rekomendasi

“Situasi ini berpotensi penuh dengan bahaya limpahan, dan oleh karena itu, tentu saja, hal ini menjadi perhatian khusus kami saat ini.”

Rusia, yang memiliki hubungan dengan negara-negara Arab, Iran dan Hamas serta Israel, telah berulang kali mendesak Palestina dan Israel untuk menghentikan kekerasan.

Rusia juga menyalahkan Barat karena menghalangi Kuartet Timur Tengah.

Moskow mengatakan bahwa negosiasi yang tepat diperlukan untuk mewujudkan pembentukan negara Palestina merdeka.

Sesuai perbatasan tahun 1967 dengan ibu kota di Yerusalem Timur.

“Kami percaya bahwa situasi perlu segera dibawa ke jalur damai karena kelanjutan dari kekerasan seperti ini akan menyebabkan eskalasi lebih lanjut dan perluasan konflik ini,” kata Peskov.

Pada pembicaraan di Moskow, ketua Liga Arab Ahmed Aboul Gheit mengatakan kepada Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov bahwa dia setuju tentang perlunya menghentikan kekerasan.

Tetapi mengatakan kejadian seperti itu akan terus berlanjut selama masalah Palestina masih belum terselesaikan.

Lavrov mengatakan meningkatnya kekerasan sekali lagi menunjukkan bahwa status quo di wilayah tersebut tidak lagi dapat dipertahankan.

Ia menyerukan diakhirinya kekerasan namun juga mengatakan perlunya memahami mengapa masalah Palestina masih belum terselesaikan.

“Kami sepenuhnya menolak kekerasan, tapi harus di kedua sisi,” kata Aboul Gheit, yang menjabat sebagai menteri luar negeri Mesir selama tujuh tahun terakhir pemerintahan Hosni Mubarak.

“Kami menuntut terciptanya prospek politik dan solusi adil terhadap konflik Palestina-Israel,” kata Aboul Gheit.

Peskov mengatakan kedutaan Rusia belum memiliki informasi berapa banyak warga Rusia di Israel yang mungkin terluka atau terbunuh di sana.

Dia mengatakan Rusia telah melakukan kontak dengan Palestina untuk mencari tahu apakah ada warga Rusia yang terluka dalam serangan Israel di Gaza.

Sementara itu, Ukraina yang sedang berkonflik dengan Rusia juga berkomentar terkait konflik Palestina Israel.

Ada perbedaan sikap antara Rusia dan Ukraina menyikapi masalah konflik Palestina dan Israel.

Perbedaan yang terlihat jelas dari pernyataan resmi antara Rusia dan Ukraina menyikapi konflik Palestina dan Israel yang memanas.

Presiden Ukraina itu menyampaikan pendapatnya dengan kalimat yang lebih berpihak kepada Israel daripada Palestina.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang negaranya sedang menangkis invasi Rusia, mengatakan pada hari Sabtu bahwa Israel memiliki hak yang tidak perlu dipertanyakan lagi untuk mempertahankan diri dari Palestina.

Pejuang Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel di pagi hari, menembakkan ribuan roket, mengirim orang-orang bersenjata ke komunitas Israel dan pangkalan militer melalui darat, laut dan udara, menewaskan sedikitnya 200 orang, melukai lebih dari 1.400 orang, dan menyandera.

“Hak Israel atas pertahanan tidak dapat disangkal,” kata Zelensky, seorang Yahudi, melalui Telegram dikutip dari Wion.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas