260 Anak di Gaza Tewas Imbas Serangan Israel, Kematian Anak di Tepi Barat Dikhawatirkan Bertambah
260 anak telah terbunuh akibat serangan Israel di Gaza, menurut laporan Kementerian Kesehatan Palestina.
Penulis: Nuryanti
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Israel terus menggempur Jalur Gaza pada hari kelima terjadinya konflik, Rabu (11/10/2023).
Israel melakukan serangan balik setelah kelompok Hamas yang berbasis di Gaza melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023).
Hamas melakukan serangan mendadak dengan menembakkan rentetan roket ke Israel.
Serangan itu sebagai respons terhadap penyerbuan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki dan meningkatnya kekerasan pemukim.
Sebagai pembalasan, tentara Israel kemudian melancarkan Operasi Pedang Besi terhadap Hamas di Jalur Gaza.
Baca juga: 2 Pemimpin Senior Hamas Tewas dalam Serangan Israel di Gaza, Punya Peran Penting
Kini konflik Hamas dengan Israel menewaskan 950 warga Palestina.
Sementara, korban tewas di Israel telah meningkat menjadi 1.200 orang.
260 Anak di Gaza Tewas
Diberitakan Al Jazeera, 260 anak telah terbunuh akibat serangan Israel di Gaza.
Jumlah tersebut menurut laporan Kementerian Kesehatan Palestina.
Kementerian luar negeri Palestina mengatakan, serangan udara Israel sejak Sabtu telah menghancurkan lebih dari 22.600 unit perumahan dan 10 fasilitas kesehatan, serta merusak 48 sekolah.
Di Gaza, tim penyelamat kesulitan untuk menjangkau korban yang selamat di beberapa daerah.
Kelompok-kelompok kemanusiaan pun mengutuk pengumuman Israel bahwa mereka akan memotong makanan, air, dan pasokan dalam pengepungan penuh terhadap wilayah kantong tersebut.
Baca juga: Skenario Terburuk, Jalur Gaza Jatuh ke Tangan Israel
Dikhawatirkan Terjadi Banyak Kematian di Tepi Barat
The Defense of Children in Palestine, sebuah organisasi yang berbasis di Tepi Barat, turut melacak kematian anak-anak di Palestina.
Organisasi ini telah mampu memverifikasi lebih dari 70 di antaranya.
Dalam beberapa kasus, seluruh keluarga akhirnya meninggal.
Direktur program akuntabilitas di DCIP, Ayed Abu Eqtaish, mengatakan situasinya mengerikan.
Hampir separuh penduduk Gaza berusia di bawah 18 tahun, dan meningkatnya angka kematian menimbulkan krisis hak-hak anak di jalur tersebut.
Ia mengatakan, 2,3 juta jiwa tinggal di lahan seluas 140 mil persegi yang kira-kira seukuran kota Philadelphia.
“Singkatnya, tidak ada seorang pun yang aman di Jalur Gaza karena rudal Israel menjangkau ke mana-mana, dan kami menerima laporan bahwa beberapa keluarga pindah dari tempat ini ke tempat lain untuk mencari perlindungan dan tempat itu menjadi sasaran,” ujar Abu Eqtaish, seperti diberitakan Business Insider.
Baca juga: WNI di Gaza: Lebih dari Empat Hari Perang, Warga Kehabisan Pasokan, Mengungsi pun Was-was
Abu Eqtaish mengaitkan banyaknya kematian dengan penargetan wilayah sipil oleh Israel tanpa peringatan sebelumnya dari pasukan Israel.
Ia pun khawatir akan terjadi lebih banyak kematian pada anak-anak di Tepi Barat.
Organisasi tersebut, telah melacak lima kematian anak-anak di Tepi Barat pada Sabtu lalu.
Selain korban massal, Abu Eqtaish juga mengatakan anak-anak sepanjang waktu terpapar pada suara dan pemandangan perang.
Abu menjelaskan, anak-anak di wilayah tersebut sudah rentan terhadap masalah kesehatan mental akibat blokade 16 tahun di Gaza.
“Hal ini berdampak pada kesejahteraan psikologis anak-anak, dan saya pikir mayoritas anak-anak yang tinggal di Gaza tidak memiliki ketahanan untuk melewati situasi ini karena mereka sebelumnya mengalami kebangkrutan,” ungkap Abu Eqtaish.
“Setiap manusia memiliki kapasitas terbatas untuk mengatasi situasi seperti itu," lanjutnya.
Baca juga: Kondisi Terkini RS Indonesia di Gaza, Kamar Mayat Penuh hingga Tak Bisa Lagi Menampung Jenazah
Diketahui, Jalur Gaza adalah wilayah kecil yang berukuran dua kali luas Washington, DC.
Jalur Gaza merupakan salah satu tempat terpadat penduduknya di dunia.
Sekitar 80 persen penduduknya adalah pengungsi yang setengahnya adalah anak-anak.
Kurang dari 4 persen air di negara ini dapat diminum.
Menurut UNICEF, tingkat pengangguran di Gaza yang sebesar 46 persen merupakan terburuk di dunia.
Sejak 2007, ketika Hamas mengambil kendali, mereka berada di bawah blokade darat, laut, dan udara oleh Israel, yang berbagi perbatasan sepanjang 32 mil, dan Mesir, yang berbagi perbatasan sepanjang 7 mil di selatan.
(Tribunnews.com/Nuryanti)