Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jusuf Kalla Berbagi Pengalaman di Hadapan Juru Damai se-Dunia dalam Pertemuan di Belgia

JK tampil sebagai pembicara di hadapan sekitar 250 orang praktisi perdamaian dari berbagai organisasi sosial dan pemerintahan.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Jusuf Kalla Berbagi Pengalaman di Hadapan Juru Damai se-Dunia dalam Pertemuan di Belgia
tim media JK
Jusuf Kalla berbicara dalam acara pembukaan dialog perdamaian The Fifth EU Community of Practice on Peace Mediation (EU CoP) di Kota Brussels, Belgia, Rabu, 18 Oktober 2023. 

TRIBUNNEWS.COM, BRUSSELS - Wakil Presiden RI ke 10 dan 12, Jusuf Kalla, tampil sebagai pembicara dalam acara pembukaan dialog perdamaian The Fifth EU Community of Practice on Peace Mediation (EU CoP).

Kegiatan yang diprakarsai The European External Action Service (EEAS) dan European Union (Masyarakat Eropa) itu berlangsung di kota Brussels, Belgia, Rabu 18 Oktober 2023.

JK tampil sebagai pembicara di hadapan sekitar 250 orang praktisi perdamaian dari berbagai organisasi sosial dan pemerintahan yang bergerak di bidang perdamaian dan kemanusiaan.

Organisasi-organisasi tersebut merupakan organisasi dalam lingkup Internasional.

Jusuf Kalla diminta oleh EU untuk membagi pengalaman dalam menyelesaikan konflik di Poso, Ambon dan Aceh. Juga pengalamannya dalam menangani masalah Afghanistan dan Thailand Selatan.

Jusuf Kalla menuturkan bahwa menyelesaikan konflik, harus didahului dengan pengetahuan yang sangat dalam dan komprehensif mengenai akar dari konflik itu.

"Tanpa pengetahuan yang dalam asumsi bisa salah, dan bila asumsi salah, maka metode dan pendekatannya pun salah. Kesalahan dalam asumsi dan metode, bukan hanya berakibat gagalnya perdamaian, tetapi justru bisa membuat eskalasi konflik yang lebih besar," ujarnya dalam keterangan yang diterima Tribunnews.com, Kamis (19/10/2023).

Berita Rekomendasi

Salah satu contoh yang Jusuf Kalla ajukan sebagai contoh, adalah kasus Poso dan Ambon. Semua mengira bahwa itu adalah konflik horizontal yang dimotivasi oleh konflik agama antara Muslim dan Kristen.

"Setelah saya turun ke lapangan, akar soalnya adalah masalah ketidakadilan politik dan ekonomi," kata Kalla.

"Mengapa harus melibatkan agama sebagai isu utama? Agama mereka peralat untuk mencari pengikut karena orang cenderung jadi subjektif mengenal agama. Lagi pula, agama selalu menjanjikan surga. Dalam konteks ini, agama dijadikan barang komoditi," tegas Kalla,

"Menyelesaikan konflik, kita harus mengawalinya dengan identifikasi yang akurat apakah konflik tersebut bersifat vertical (negara melawan kelompok pemberontak), horizontal (komunitas satu melawan komunitas lain), dan konflik Internasional."

"Khusus konflik horizontal, negara harus tegas untuk terlibat menengahinya. Jangan berpangku tangan, Untuk konflik vertikal, harus ada orang lain yang menjadi mediator, seperti penyelesaian Aceh," ujarnya.

Penyelesaian konflik sekarang ini, di berbagai belahan dunia, motifnya beragam. Bentuknya pun macam-macam.

Kalla menegaskan bahwa pada umumnya konflik-konflik tersebut, akar masalahnya ada pada ketidakadilan ekonomi dan politik. Pangkal soal inilah yang merembus ke mana-mana, termasuk ke konflik agama dan etnitas dan ras.

Hari ini, Kalla dijadwalkan kembali tampil sebagai pembicara utama dalam diskusi perdamaian dari perspektif agama, khususnya Islam.

Jusuf kalla diharapkan memberikan pengalaman empiric dan panduan kepada para mediator muda perdamaian dunia. Kalla dinantikan memberi petunjuk tentang metode penyelesaian konflik.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas