Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jerman Cemas UNIFIL Ditarik dari Perbatasan Israel-Lebanon, Indonesia Kontingen Terbesar Pasukan PBB

Jika UNFIL pergi, Israel akan punya dua front perang. Israel akan melawan Hamas di Gaza dan Hizbullah yang masuk dari Lebanon.

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Jerman Cemas UNIFIL Ditarik dari Perbatasan Israel-Lebanon, Indonesia Kontingen Terbesar Pasukan PBB
Hussam Shbaro/Anadolu Agency
Tentara Lebanon dan Pasukan Penjaga Perdamaian Sementara PBB (UNIFIL) memeriksa lokasi setelah serangan Israel di dekat kota Tirus pada 07 April 2023. 

Jerman Cemas UNIFIL Mau Ditarik dari Perbatasan Israel-Lebanon, Indonesia Kontingen Terbesar Pasukan PBB

TRIBUNNEWS.COM - Jerman menyatakan kekhawatirannya atas wacana penarikan pasukan perdamaian PBB, United Nations Interm Force in Lebanon (UNIFIL) yang ditugaskan menjaga stabilitas di perbatasan Israel dan Lebanon.

Kecemasan itu disuarakan Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius, Kamis (19/10/2023).

Dalam pernyataannya, Boris memperingatkan, penarikan pasukan misi penjaga perdamaian PBB yang telah lama berjalan di Lebanon pada saat terjadi eskalasi besar antara negara tetangga Israel dan perlawanan Palestina yang dipimpin Hamas, akan makin memperluas konflik.

Secara taktis, perluasan konflik dengan masuknya Hizbullah dari Lebanon ke teritori Israel akan membuat pasukan Tel Aviv menghadapi dua front pertempuran.

Baca juga: Milisi Poros Bersenjata Targetkan AS dan Israel di Semua Front: Dari Yaman, Irak, Hingga Lebanon

"Pengurangan atau penarikan pasukan UNIFIL akan menjadi sinyal yang salah saat ini," katanya kepada wartawan di atas kapal angkatan laut korvet Jerman, Oldenburg.

Kapal itu diklaim Jerman dikerahkan untuk memperkuat pasukan misi PBB dan ditambatkan di pelabuhan Beirut.

Baca juga: Pangkalan Militer AS di Suriah Dihajar Serangan Udara, Kataib Hizbullah Klaim Gabung Perang Israel

Kantor UNIFIL Kena Bom

BERITA REKOMENDASI

Wacana penarikan pasukan misi perdamaian PBB itu mencuat saat sebuah roket menghantam markas besar UNIFIL di selatan Lebanon,  tepatnya di kota pesisir Naqoura.

Ledakan di markas UNIFIL tersebut terjadi ketika bentrokan antara kelompok Hizbullah dan sekutunya melawan militer Israel meningkat pada hari Minggu, (15/10/2023) pekan lalu.

UNIFIL mengatakan tidak ada yang terluka meskipun pasukan perdamaian tidak berada di perlindungan.

Misi ini tidak menyebutkan dari mana roket tersebut berasal tetapi menyatakan kekecewaan, mengatakan meskipun upaya UNIFIL untuk mendeskalasi situasi, kekerasan terus berlanjut, seperti yang dilaporkan oleh Associated Press, Senin, (16/10/2023).

Beberapa media Lebanon setempat mengatakan roket itu ditembakkan dari posisi kelompok Hamas di selatan Lebanon, dengan tujuan mencapai Israel, tetapi jatuh meleset jauh dari sasaran dan mengenai markas besar UNIFIL.

Associated Press tidak dapat mengonfirmasi sumber roket tersebut.

Sebanyak 186 prajurit TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Kontingen Garuda (Konga) United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL) resmi memenuhi misi perdamaian di Lebanon.
Sebanyak 186 prajurit TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Kontingen Garuda (Konga) United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL) resmi memenuhi misi perdamaian di Lebanon. (Puspen Mabes TNI)

Sejarah UNIFIL, Indonesia Kontingen Terbesar Pasukan PBB

UNIFIL telah beroperasi di Lebanon sejak tahun 1978 untuk menjaga perdamaian di sepanjang perbatasan dengan Israel, yang menginvasi Lebanon pada tahun itu.

Gerakan perlawanan Hizbullah dibentuk segera setelah invasi Israel tersebut, sebagai tanggapan terhadap invasi kedua Israel ke Lebanon, pada tahun 1982.

Hizbullah memaksa Israel untuk mengakhiri pendudukannya di Lebanon selatan pada tahun 2000, namun perang pecah antara Hizbullah dan Israel di Lebanon selatan pada tahun 2006.

Misi UNIFIL diperluas dengan resolusi PBB yang menghentikan perang tahun 2006.

Operasi Penjaga Perdamaian PBB di Selatan Lebanon atau UNIFIL terdiri dari hampir 10.000 personel dari 49 negara, dengan Indonesia menggelar kontingen terbesar.

Sumber-sumber PBB menyatakan Indonesia mengerahkan 1.232 prajurit.

Kementerian Luar Negeri Indonesia menyatakan pada Maret 2023 kalau Indonesia mengerahkan 1.090 prajurit di Selatan Lebanon.

Jerman Cemas Hizbullah Gabung Perang Secara Langsung ke Israel

Adapun peringatan Menteri Pertahanan Jerman di atas, muncul ketika pertempuran antara Hizbullah dan pasukan Israel di perbatasan semakin meningkat.

Eskalasi pertempuran itu meningkatkan kemungkinan kalau Hizbullah akan melakukan intervensi untuk membuka front kedua dalam perang melawan Israel dari Lebanon.

Artinya, selain front di Gaza, Israel juga akan menghadapi front kedua melawan Hizbullah yang merangsek masuk dari Lebanon.

Sejak Hamas melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada tanggal 7 Oktober dan Israel membalasnya dengan membom Gaza, menewaskan ribuan warga sipil.

Hizbullah sendiri telah terlibat dalam baku tembak dengan tentara Israel di perbatasan selatan Lebanon.

Selama seminggu terakhir, baku tembak ini telah menyebabkan banyak serangan Hizbullah terhadap pos-pos militer, kendaraan militer, tank, dan lokasi lainnya, yang ditanggapi Israel dengan penembakan tanpa pandang bulu dan serangan fosfor putih ke wilayah pemukiman di teritori Lebanon.

Pada Rabu (18/10/2023) pagi, Hizbullah menyerang Merkava Israel di wilayah Al-Rahib yang diduduki Israel.

Serangan ini mengakibatkan kematian dan cedera di antara pasukan Israel, menurut sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kelompok perlawanan.

Ini adalah serangan terbaru Hizbullah terhadap pasukan Israel di perbatasan sejak 7 Oktober.

AS Ikutan Panik

Kekhawatiran akan meningkatnya konflik di Lebanon telah menyebabkan beberapa negara barat, termasuk Amerika Serikat dan Perancis.

Kedua negara Barat itu mengeluarkan peringatan yang meminta warganya untuk tidak melakukan perjalanan ke Lebanon.

Militer AS telah mengerahkan pasukan tambahan dan kapal angkatan laut ke Laut Mediterania timur dengan tujuan menghalangi Hizbullah untuk bergabung dalam pertempuran Israel-Hamas tersebut.

Menurut sumber-sumber Israel, Hizbullah memiliki sekitar 15.000 roket dan rudal pada malam sebelum perang tahun 2006, menembakkan hampir 4.000 roket ke Israel selama konflik 34 hari tersebut.

Hizbullah telah memperluas persenjataan roketnya, yang kini diperkirakan berjumlah 130.000.

Pada bulan Mei 2006, Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah menjelaskan, pihaknya hanya mempertahankan diri dari agresi militer Israel.

“Tujuan roket kami adalah untuk mencegah Israel menyerang warga sipil Lebanon …Musuh takut bahwa setiap kali mereka menghadapi kami, setiap kali ada korban di kalangan warga sipil Lebanon, hal ini akan menyebabkan kami membalas rentetan serangan roket kami, mereka takut itu,” kata dia.

(oln/KTV/TC/*)
 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas