Palestina Sebut Israel Usir Pasien Rumah Sakit ke Jalan: Pasien Meninggal Tanpa Terima Perawatan
Israel disebut secara paksa mengusir orang-orang yang terluka dan pasien ke jalan.
Penulis: Nuryanti
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Kesehatan Palestina, Mai al-Kaila, menyebut pasukan Israel tidak mengevakuasi orang dari rumah sakit.
Menurut Mai al-Kaila, Israel justru secara paksa mengusir orang-orang yang terluka dan pasien ke jalan.
Sehingga, menurutnya, orang yang terluka itu menghadapi kematian yang tak terelakkan.
“Ini bukan evakuasi tetapi pengusiran dengan ancaman senjata,” ujarnya, Minggu (12/11/2023), dikutip dari Al Jazeera.
“Ada bencana yang terjadi di rumah sakit, di mana pasien kini meninggal tanpa menerima perawatan, seperti anak-anak dan orang dewasa dengan gagal ginjal yang meninggal di rumah tanpa menjalani sesi dialisis," lanjutnya.
Menurutnya, 3.000 pasien kanker yang menerima perawatan di rumah sakit al-Rantisi dan Turki telah ditinggalkan dan menghadapi kematian setelah pasukan Israel mengusir mereka secara paksa.
Baca juga: Israel Janji Evakuasi Bayi-bayi dari Rumah Sakit di Gaza, 37 Bayi Prematur Berisiko Meninggal
RS Utama di Gaza Tak Dapat Aliran Listrik
Pada Sabtu (11/11/2023), rumah sakit utama di Gaza runtuh ketika pasukan Israel mengepungnya.
Rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza berada dalam kegelapan dan peralatan medisnya berhenti berfungsi.
Pemadaman listrik menyebabkan kematian bayi prematur di inkubator.
Selama berminggu-minggu ketika Israel memutus pasokan bahan bakar dan listrik, rumah sakit bergantung pada generator cadangan dan pasokan bahan bakar yang semakin menipis.
“Pembedahan harus dihentikan,” ujar direktur rumah sakit, Dr Mohammed Abu Salmiya, dilansir The New York Times.
“Dialisis ginjal telah berhenti dan unit neonatal berada dalam situasi yang sangat mengerikan."
"Seorang bayi meninggal karena kekurangan oksigen, listrik, dan panas," jelasnya.
Baca juga: Rumah Sakit di Gaza Gelap Gulita akibat Serangan Israel, Netanyahu Masih Menolak Gencatan Senjata
Di RS Al-Shifa, ribuan pasien yang sakit parah dan terluka serta pengungsi terjebak di dalam.
Sementara itu, tank dan pasukan Israel mengepung kompleks tersebut.
Di dekatnya, terjadi pertempuran jarak dekat yang intens antara pasukan Israel dan pejuang Hamas, kelompok bersenjata Palestina yang menguasai Gaza.
Bantahan Israel
Juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, membantah pasukan Israel telah mengepung Al-Shifa.
Ia mengatakan, pasukan Israel akan menyediakan jalan yang aman bagi orang-orang untuk mengungsi di sepanjang sisi timur kompleks rumah sakit.
Dia menyebut, pasukan Israel tidak menyerang rumah sakit itu, tetapi menegaskan bahwa Israel sedang memerangi Hamas yang memilih untuk bertempur di sebelah Rumah Sakit Al-Shifa.
Baca juga: Kisah Relawan Indonesia di Gaza: Sehari Makan Sekali, Putuskan Tak Mau Dievakuasi
Laksamana Hagari mengatakan, militer Israel akan membantu memindahkan bayi keluar dari Al-Shifa.
“Staf Rumah Sakit Shifa telah meminta agar besok (hari ini) kami akan membantu bayi-bayi di bagian anak-anak agar bisa sampai ke rumah sakit yang lebih aman,” ujar Laksamana Hagari pada konferensi pers yang disiarkan televisi, Sabtu (11/11/2023).
“Kami akan memberikan bantuan yang dibutuhkan," sambungnya.
Namun, direktur rumah sakit mengatakan tidak ada rencana untuk itu.
“Kata-kata ini sepenuhnya salah,” ungkap Dr Abu Salmiya.
"Tidak ada rumah sakit yang lebih aman atau koordinasi semacam itu," imbuhnya.
Baca juga: Mengaku Tak Ingin Duduki Gaza setelah Perang Berakhir, Netanyahu Tak Terima PA yang Ambil Alih
Sebelumnya, Bulan Sabit Merah Palestina memperingatkan Rumah Sakit Al-Quds, rumah sakit besar lainnya di Kota Gaza, berisiko ditutup karena kehabisan bahan bakar untuk menggerakkan generator.
Bulan Sabit Merah mengatakan, rumah sakit ini memiliki 500 pasien.
Sementara, tank dan kendaraan militer Israel telah mengepung rumah sakit Al-Quds dan menembaki gedung tersebut.
Diberitakan Al Jazeera, sebanyak 13 orang tewas dalam serangan terhadap sebuah bangunan tempat tinggal di timur Khan Younis dan banyak yang terluka.
Lebih dari 11.100 warga Palestina telah tewas dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Di Israel, setelah revisi menurun, jumlah korban tewas kini mencapai lebih dari 1.200 orang.
Baca juga: Menteri Pertahanan Israel Gertak Hizbullah, Ancam Jadikan Beirut Seperti Gaza
Setidaknya dua bayi prematur meninggal di rumah sakit di Gaza karena pemadaman listrik dan puluhan lainnya berada dalam risiko.
Puluhan ribu orang telah meninggalkan bagian utara Gaza dalam beberapa hari terakhir ketika militer Israel meningkatkan operasinya di sana.
Namun, pasukan Israel juga terus menggempur Rafah dan tempat-tempat lain di selatan, sehingga tidak ada tempat aman di wilayah tersebut.
Lebih dari 70 persen dari 2,3 juta penduduk Gaza kini mengungsi.
(Tribunnews.com/Nuryanti)