Sebulan Digempur Israel, Palestina Dilanda Kemiskinan hingga Lonjakan Pengangguran
Perekonomian Palestina kemungkinan akan menyusut 12 persen dan lebih dari 660 ribu orang terjerumus ke dalam kemiskinan jika konflik berlanjut.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, JERUSALEM – Pasca Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu menyatakan perang atas serangan yang dilakukan militan Hamas di Jalur Gaza, kini perekonomian Palestina mulai dilanda kontraksi.
Menurut data yang dirilis organisasi Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) angka kemiskinan Palestina telah melesat sebesar 20 persen. Kondisi tersebut diperparah dengan anjloknya, produk domestik bruto (PDB) sebanyak 4,2 persen.
Kemunduran ini mulai dialami Palestina usai sektor bisnis dan pariwisata di kawasan Tepi Barat berhenti beroperasi.
Baca juga: Israel Lakukan Segala Cara untuk Cegah Warga Palestina Salat di Al-Aqsa, Sampai Lempar Gas Air Mata
Tak hanya itu buntut serangan rudal yang dilakukan tentara Israel, pabrik -pabrik terpaksa menurunkan kapasitas produksinya lantaran tidak dapat mengangkut produknya ke wilayah lain di Tepi Barat. Kondisi ini yang membuat puluhan pabrik dilanda kebangkrutan massal.
“Serangan militer Israel yang terus berlanjut semakin meluas memasuki Tepi Barat yang diduduki otoritas, hingga menyebabkan tiga juta warga di sana dalam keadaan lumpuh dan terhentinya perekonomiannya,” jelas pengumuman yang dirilis otoritas Palestina.
"Jika hal ini terus berlanjut, sebagian besar penduduk Gaza tidak akan memiliki rumah. Bahkan jika pertempuran berakhir sekarang akan terjadi pengungsian besar-besaran dalam jangka panjang," imbuh pengumuman otoritas Palestina.
Meski total belum ada data resmi terkait total kerugian Palestina atas serangan yang dilakukan Israel, namun apabila perang terus berlanjut hingga bulan kedua PBB memperkirakan PDB Palestina akan turun sebesar 1,7 lebih tinggi bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
"Perekonomian kemungkinan akan menyusut 12 persen dan lebih dari 660 ribu orang terjerumus ke dalam kemiskinan jika konflik berlanjut hingga bulan ketiga," ujar laporan PBB, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera.
Asisten Sekretaris Jenderal Program Pembangunan PBB Abdallah Al-Dardari bahkan memproyeksikan turunnya PDB dapat membuat Palestina dianggap sebagai negara dengan perekonomian berpendapatan menengah ke bawah dengan tingkat kemiskinan tertinggi di dunia.