Cucu Sulung Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Tewas dalam Serangan Bom Israel
Media Palestina melaporkan bahwa cucu sulung Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh tewas dalam pemboman Israel pada Selasa (20/11/2023).
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Media Palestina melaporkan bahwa Jamal Haniyeh, cucu sulung Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh tewas dalam pemboman Israel pada Selasa (20/11/2023).
Dikutip dari bhol, putra dari jurnalis Jamal Muhammad Haniyeh itu merupakan salah satu korban pemboman di lingkungan Sheikh Radwan di Jalur Gaza.
Sekitar dua minggu lalu, cucu perempuan Haniyeh, Rua Hammam, tewas dalam pemboman serupa.
Hammam adalah seorang mahasiswa kedokteran di Universitas Gaza.
Lebih lanjut, Haniyeh dilaporkan telah kehilangan banyak kerabatnya dalam perang Israel-Hamas yang sedang berlangsung.
Jet tempur Israel juga menargetkan properti Haniyeh di Jalur Gaza.
Baca juga: Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Klaim Hampir Capai Kesepakatan Gencatan Senjata dengan Israel
Menurut pihak Palestina, sekitar 30 keponakan Haniyeh serta kerabat dekatnya tewas dalam perang yang pecah pada tanggal 7 Oktober lalu.
Selain itu, Taher Al-Nunu, penasihat media Ismail Haniyeh, juga mengumumkan kematian cucunya, dalam pemboman di Jalur Gaza.
Gencatan senjata
Pada Selasa (20/11/2023), Haniyeh mengatakan bahwa Hamas dan Israel hampir mencapai kesepakatan pertukaran sandera dan gencatan senjata.
"Kami hampir mencapai kesepakatan mengenai gencatan senjata," kata Haniyeh, menurut pernyataan itu, seperti dikutip AFP.
Pejuang Hamas melepaskan 5.000 roket dari Jalur Gaza ke Israel pada tanggal 7 Oktober, yang menewaskan 1.200 orang.
Hamas kemudian menyandera 240 orang.
Baca juga: Hamas Rilis Aturan Gencatan Senjata 4 Hari dengan Israel, 150 Warga Palestina Ditukar 50 Sandera
Israel kemudian merespons dengan aksi militer besar-besaran dan melancarkan ratusan serangan udara di wilayah kantong Palestina.
Serangan darat juga sedang berlangsung dengan pengerahan tank dan pasukan.
Mediasi Israel-Hamas dipimpin Qatar
Qatar telah melakukan mediasi untuk meredakan konflik kedua pihak yang bertikai dan menjamin pembebasan sandera dan mengurangi permusuhan.
Ada kemajuan besar dalam mencapai kesepakatan pada hari Selasa (20/11/2023).
Presiden AS Joe Biden mengisyaratkan bahwa kedua belah pihak hampir mencapai kesepakatan.
AFP mengutip sumber-sumber di Hamas dan Jihad Islam, kelompok yang juga mengambil bagian dalam serangan 7 Oktober, mengatakan bahwa kedua kelompok telah menyetujui gencatan senjata.
Dilaporkan bahwa kesepakatan tersebut mungkin akan membuat Hamas membebaskan 50 hingga 100 sandera.
Baca juga: VIDEO Nasib Pasien RS Indonesia di Gaza Hingga Perjanjian Gencatan Senjata
Namun, mereka menentang pembebasan personel militer. Israel mungkin akan membebaskan 300 warga Palestina yang saat ini berada di penjara Israel.
Kesepakatan itu mungkin juga melibatkan bantuan makanan dan medis untuk memasuki Gaza.
Berikut ini poin perjanjian pembebasan sandera Israel-Hamas:
1. Israel akan menghentikan aksi militer di seluruh wilayah Jalur Gaza, termasuk pergerakan kendaraan militer
2. Sekitar 300 truk bantuan kemanusiaan, termasuk pasokan medis dan bahan bakar, akan diizinkan masuk ke Gaza
3. Drone di Gaza selatan akan berhenti selama empat hari dan akan berhenti di utara selama enam jam per hari, antara pukul 10.00 hingga 16.00 waktu setempat
Baca juga: Jumlah Korban Konflik Israel-Hamas Hari Ke-46, 14.717 Orang Tewas di Kedua Belah Pihak
4. Selama masa gencatan senjata, Israel berkomitmen untuk tidak menyerang atau menangkap siapa pun di seluruh wilayah Jalur Gaza
5. Kebebasan bergerak akan dijamin di sepanjang Jalan Salah al-Deen, namun warga Gaza dilarang kembali ke rumahnya di Gaza utara
6. 10 sandera Hamas akan dibebaskan per hari dan Israel kemungkinan bersedia memberikan satu hari jeda tambahan untuk 10 sandera lainnya.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)