Menlu Iran Estafet Temui Petinggi Hizbullah, Hamas, dan PIJ: Bersiap Hadapi Serangan Penuh Israel?
Serangan-serangan Hizbullah ini makin kencang saat tentara Israel masuk Gaza dan melancarkan invasi darat.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Seusai Jamu Petinggi Hamas, Pemimpin Hizbullah Dikunjungi Menlu Iran: Bersiap Serangan Penuh Israel?
Menlu Iran Estafet Temui Petinggi Hizbullah, Hamas, dan PIJ: Bersiap Hadapi Serangan Penuh Israel?
TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah dilaporkan menggelar pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian, di ibu kota Lebanon, Beirut, Kamis (23/11/2023).
Pertemuan ini terjadi satu hari setelah kedatangan diplomat tersebut di Lebanon.
Sebelum pertemuan ini, sehari sebelumnya Hassan Nasrallah juga menjamu petinggi Hamas terkait kesepakatan gencatan senjata dengan tentara Israel di Perang Gaza.
Baca juga: Israel Setuju Gencatan Senjata, Hamas Gerak Cepat Temui Pimpinan Hizbullah Galang Kekuatan Baru
Dalam pertemuan itu, Nasrallah dan Amir-Abdollahian membahas beberapa ‘kemungkinan yang ada’ terkait jalannya perang melawan Israel yang sedang berlangsung.
"Nasrallah dan Amir-Abdollahian “meninjau perkembangan terkini di Palestina, Lebanon dan wilayah tersebut, dan… upaya yang dilakukan untuk mengakhiri agresi Israel terhadap Jalur Gaza,” tulis laporan Al-Mayadeen.
"Mereka juga membahas “kemungkinan-kemungkinan yang ada sehubungan dengan jalannya perang,” tambah laporan tersebut.
Kemungkinan-kemungkinan yang dimaksud termasuk potensi serangan penuh yang dilakukan Israel ke Lebanon untuk menyasar Hizbullah.
Sejak pecahnya Perang Gaza yang ditandai oleh Operasi Banjir Al-Aqsa oleh Hamas, HIzbullah memang meningkatkan skala gangguannya ke fasilitas-fasilitas Israel di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel.
Serangan-serangan Hizbullah ini makin kencang saat tentara Israel masuk Gaza dan melancarkan invasi darat.
Israel merespons serangan Hizbullah dengan bombardemen di berbagai lokasi di teritorial Lebanon.
Meski begitu, serangan masih bersifat parsial dan belum menyeluruh. Pun, belakangan Israel mulai gerah.
Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen sebelumnya sudah memberi indikasi kalau tentaranya bersiap menggelar serangan penuh ke negara itu demi menghentikan aksi-aksi Hizbullah.
Indikasi itu dilontarkan Cohen saat memberi peringatan ke Dewan Keamanan PBB yang mengklaim kehadiran Hizbullah di dekat perbatasan merupakan risiko besar atas penyebab munculnya perang besar di kawasan.
Awal bulan ini, Times of Israel memberitakan pernyataan Menteri Pertahanan Yoav Gallant yang memperingatkan Hizbullah kalau mereka “hampir membuat kesalahan besar.”
Menteri perang Israel itu juga dilaporkan menekankan bahwa “apa yang kami lakukan di Gaza, kami tahu bagaimana melakukannya di Beirut.”
Gelombang 48 Rudal, Anak Anggota Parlemen Tewas
Hizbullah pada hari yang sama pertemuan Nasrallah dan Amir-Abdollahian, melancarkan berbagai serangan terhadap situs perbatasan Israel.
Empat puluh delapan rudal Katyusha menargetkan pangkalan Ein Zeitim Israel sekitar 10 kilometer dari perbatasan.
Beberapa serangan lain juga menargetkan lokasi perbatasan yang berbeda, termasuk situs Al-Marj dan Al-Raheb, yang mengakibatkan korban di pihak Israel, menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Hizbullah.
Israel membalasnya dengan membombardir desa-desa di perbatasan selatan Lebanon.
Sehari sebelumnya juga terjadi baku tembak sengit antara Hizbullah dan Israel.
Putra anggota parlemen Hizbullah Mohammad Raad, seorang pejuang di antara barisan Hizbullah, tewas dalam pertempuran, sebuah pernyataan mengumumkan.
Menlu Iran JUga Temui Petinggi Hamas dan PIJ
Menteri luar negeri Iran tiba di ibu kota Lebanon pada tanggal 22 November, di mana ia bertemu dengan Ziad al-Nakhala, kepala gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ), dan Khalil al-Hayya, anggota biro politik Hamas.
Kunjungan tersebut dilakukan setelah pengumuman kalau Hamas dan Tentara Israel telah menyetujui gencatan senjata yang dimediasi Qatar dan kesepakatan pembebasan tahanan di Gaza.
Kesepakatan dicapai pada hari Rabu, dan dijadwalkan dimulai pada hari berikutnya.
Namun, hal itu ditunda oleh Israel hingga hari Jumat. Pertempuran sengit di Gaza dan Lebanon selatan masih berlangsung.
Disebut-sebut, pertemuan juga membahas sejumlah kemungkinan yang bakal terjadi setelah gencatan senjata, termasuk serangan penuh Israel terhadap milisi-milisi perlawanan Palestina di Gaza.
Setelah kedatangannya di Beirut, Amir-Abdollahian mengatakan kepada Al-Mayadeen: “Jika gencatan senjata ini dimulai besok, jika tidak dilanjutkan… kondisi di wilayah tersebut tidak akan sama seperti sebelum gencatan senjata dan cakupan perang akan meluas. ”
Jika kesepakatan gencatan senjata mendatang berhasil dilaksanakan, pertempuran antara Hizbullah dan Israel diperkirakan akan berkurang.
“Hizbullah tidak menjadi bagian dari negosiasi terkait perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel,” kata seorang pejabat Hizbullah kepada Al-Jazeera pada hari Rabu,
Pihak Hizbullah menambahkan bahwa “setiap eskalasi Israel di Lebanon selatan atau Gaza selama gencatan senjata akan dipenuhi. dengan tanggapan dari Hizbullah.”
Baca juga: Hizbullah: Kami Bukan Bagian dari Gencatan Senjata Hamas-IDF, Terus Serang Israel Jika IDF Berulah
(oln/almydn/Memo/*)