3 Mahasiswa Keturunan Palestina Ditembak di Vermont AS, Pelaku Serang Korban Tanpa Berkata Apa-apa
Tiga mahasiswa keturunan Palestina ditembak di Vermont, AS. Mereka mengenakan kuffiyah saat seorang pria kulit putih menyerang.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Tiga mahasiswa keturunan Palestina mengalami luka tembak pada Sabtu (25/11/2023) malam waktu setempat, di Burlington, Vermont, AS.
Ketiga korban ditembak oleh seorang pria tak dikenal, yang langsung melepaskan tembakan ke arah mereka tanpa berbicara apa-apa terlebih dahulu, menurut polisi.
Dilansir ABC News, penyelidikan awal oleh Departemen Kepolisian Burlington menyebut ketiga mahasiswa tersebut, semuanya berusia 20-an.
Mereka ditembak di luar rumah salah satu kerabat korban, yang mereka kunjungi untuk liburan Thanksgiving, kata polisi dalam sebuah pernyataan pada Minggu.
Pelaku penembakan masih buron.
Polisi hanya menyebut pelaku adalah seorang pria kulit putih.
Baca juga: 39 Tahanan Palestina Dibebaskan Israel, Bakeer: Bertahun-tahun Tak Dapat Perawatan Medis
“Pada saat ini, tidak ada seorang pun yang dapat melihat insiden ini dan tidak curiga bahwa kejadian ini mungkin merupakan kejahatan yang bermotif kebencian,” kata Kepala Polisi Burlington Jon Murad dalam sebuah pernyataan.
“Dan saya sudah berhubungan dengan penyelidikan federal dan mitra kejaksaan untuk mempersiapkan hal itu jika terbukti."
"Namun kini setelah para korban selamat dan menerima perawatan medis, prioritas kami berikutnya adalah mengidentifikasi, menemukan, dan menangkap tersangka."
"Kami sedang melakukan investigasi dalam segala hal dalam kasus ini, dan akan terus memberikan informasi faktual dan dapat diandalkan kepada publik sambil melindungi para korban dan penyelidikan kami."
Murad meminta masyarakat untuk tidak membuat kesimpulan berdasarkan pernyataan dari pihak-pihak yang tidak terlibat secara langsung.
FBI mengeluarkan pernyataan yang mengatakan mereka sedang memantau penembakan tersebut.
“Jika, dalam penyelidikan lokal, terungkap informasi mengenai potensi pelanggaran federal, FBI siap untuk menyelidikinya,” kata FBI dalam pernyataannya.
Presiden AS, Joe Biden, juga telah diberi informasi mengenai tiga penembakan tersebut.
Ia akan terus menerima update terkini saat penegak hukum melakukan penyelidikan, menurut pejabat Gedung Putih.
Penembakan itu terjadi di dekat kampus Universitas Vermont, namun tidak ada korban yang kuliah di sana, menurut pernyataan bersama dari keluarga mereka.
Baca juga: Hamas Bebaskan 17 Sandera di Hari Ketiga Gencatan Senjata, Termasuk 1 Warga Negara Rusia
Saat ditembak, dua korban mengenakan keffiyeh, atau sorban tradisional Palestina, menurut polisi.
"Ketiganya sedang berjalan di Prospect Street ketika mereka dihadang oleh seorang pria kulit putih yang membawa pistol. Tersangka sedang berjalan kaki di daerah tersebut," kata polisi dalam sebuah pernyataan.
"Tanpa berbicara, dia (pelaku) melepaskan setidaknya empat peluru dari pistolnya dan diyakini melarikan diri dengan berlari."
"Ketiga korban diserang, dua di badan dan satu di ekstremitas bawah."
Nama-nama korban tidak disebutkan oleh polisi.
Namun, keluarga para mahasiswa mengumumkan nama mereka.
Dalam sebuah pernyataan bersama, nama ketiga mahasiswa itu adalah Hisham Awartani, seorang mahasiswa di Brown University di Rhode Island; Kinnan Abdalhamid, yang kuliah di Haverford College di Pennsylvania; dan Tahseen Ahmed, yang terdaftar di Trinity College di Connecticut.
Para korban adalah lulusan Ramallah Friends School, sebuah sekolah swasta Quaker di Ramallah, Tepi Barat, kata keluarga mereka.
Dua korban adalah warga negara Amerika Serikat sementara yang lainnya penduduk yang memiliki izin tinggal legal.
“Sebagai orang tua, kami sangat terpukul dengan berita mengerikan bahwa anak-anak kami menjadi sasaran dan ditembak di Burlington, VT,” kata keluarga korban dalam pernyataan.
Baca juga: Hamas dan Israel Bebaskan Sandera dan Tahanan, Bocah Perempuan Usia 4 Tahun dari AS Ikut Dibebaskan
“Saat ini, perhatian utama kami adalah kesembuhan mereka sepenuhnya dan mereka menerima dukungan medis penting yang mereka perlukan untuk bertahan hidup."
"Kami sangat prihatin dengan keselamatan dan kesejahteraan anak-anak kami.”
Keluarga-keluarga korban meminta penegak hukum untuk melakukan penyelidikan menyeluruh, termasuk memperlakukan kasus ini sebagai kejahatan rasial.
“Kami tidak akan merasa tenang sampai pelaku penembakan diadili."
"Kami perlu memastikan bahwa anak-anak kami dilindungi, dan kejahatan keji ini tidak terulang kembali."
“Tidak ada keluarga yang harus menanggung rasa sakit dan penderitaan ini."
"Anak-anak kami adalah siswa berdedikasi yang berhak untuk fokus pada studi dan membangun masa depan mereka.”
Ketiga siswa tersebut masih dirawat di rumah sakit pada hari Minggu.
Dua dalam kondisi stabil, sementara satu orang menderita luka yang jauh lebih serius, menurut polisi.
Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), organisasi advokasi dan hak-hak sipil Muslim terbesar di AS, menawarkan hadiah $10.000 bagi mereka yang memberikan informasi mengenai pelaku.
CAIR juga meminta otoritas penegak hukum negara bagian dan federal di Vermont untuk menyelidiki kemungkinan motif bias dalam penembakan tersebut.
Senator Bernie Sanders, mengeluarkan pernyataan di situs media sosial X, menyebut penembakan itu peristiwa mengejutkan dan sangat mengecewakan.
“Kebencian tidak mempunyai tempat di sini, atau di mana pun,” kata Sanders.
"Saya menantikan penyelidikan penuh. Perhatian saya tertuju pada mereka dan keluarga mereka."
Mengutip meningkatnya jumlah kejahatan kebencian dalam negeri terhadap Muslim, Arab dan Yahudi, Departemen Keamanan Dalam Negeri AS mengeluarkan peringatan bulan lalu bahwa semakin intensifnya perang antara Israel dan Hamas akan membuat AS berada dalam lingkungan ancaman yang semakin tinggi.
Dalam penilaian intelijen, Departemen Keamanan Dalam Negeri memperingatkan potensi serangan kebencian antisemit dan Islamofobia yang lebih besar di Amerika Serikat.
“Serangan kekerasan yang ditargetkan mungkin meningkat seiring dengan berlanjutnya konflik,” kata departemen tersebut.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)