Iran: Satgas Laut yang Dipimpin AS Bakal Hadapi Masalah Luar Biasa di Laut Merah
Iran mengirimakan garis merah bagi AS agar tidak semberono di teritori Laut Merah. AS ingin jalur pelayaran Israel mulus dari ancaman Houthi Yaman
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Iran: Satgas Laut yang Dipimpin AS Bakal Hadapi Masalah Luar Biasa di Laut Merah
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Pertahanan Iran, Mohammed Reza Ashtiani merespons wacana Amerika Serikat (AS) yang ingin membentuk satuan tugas (Satgas) Laut gabungan dari sejumlah negara di Laut Merah.
Keinginan AS ini didasari oleh gangguan -khususnya dari Angkatan Bersenjata Yaman, kelompok Ansarallah Houthi Yaman- terhadap pelayaran entitas Israel yang melalui rute Laut Merah.
Blokade Laut Merah ini sebagai bentuk dukungan mereka terhadap milisi perlawanan Palestina di Gaza, Hamas Cs.
Baca juga: Gencatan Senjata Berakhir, Milisi Yaman-Irak Siap Tempur: Laut Merah Terlarang, Kota Eilat Incaran
Mohammed Reza Ashtiani kepada media Iran, ISNA Kamis (14/12/2023) mengatakan kalau wacana satuan tugas maritim yang ingin dibentuk Washington dan sekutu-sekutu Teluknya untuk melindungi pelayaran Israel akan menghadapi “masalah luar biasa.”
Baca juga: AS Kerahkan Tentara Bayaran Proksi UEA Bikin Ansarallah Yaman Sibuk dan Tak Fokus Serang Israel
“Jika mereka melakukan tindakan yang tidak rasional, mereka akan menghadapi masalah yang luar biasa. Tidak ada yang bisa mengambil tindakan di wilayah di mana kami memiliki dominasi,” kata Ashtiani kepada ISNA.
Ujaran Ashtiani menjadi garis jelas bagi AS untuk tidak semberono di wilayah teritori laut negara lain di Laut Merah.
Iran dikenal menjadi satu di antara pemain utama di kawasan tersebut dengan angkatan laut yang dikenal tangguh di Laut Merah.
Baca juga: Israel Kasih Deadline ke AS untuk Tangani Ansarallah Houthi Yaman: Ancam Serang Langsung Sanaa
AS Gandeng Arab Saudi dan UEA
Pekan lalu, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengkonfirmasi kepada wartawan kalau Washington sedang berupaya membentuk satuan tugas angkatan laut di sepanjang Arab Saudi dan UEA yang bertujuan melindungi jalur pelayaran Israel.
Upaya AS ini didasari asumsi agar perang tidak meluas di kawasan Teluk.
AS diketahui meminta Israel untuk tidak langsung membalas aksi Angkatan Bersenjata Yaman dan gerakan perlawanan Ansarallah yang telah menyatakan perang.
Baca juga: AS-Israel Rebutan Balas Serang Ansarallah, Washington Desak Tel Aviv Tak Respons Rudal Houthi Yaman
AS dilaporkan telah meyakinkan Tel Aviv agar membiarkan Washington mengambil tindakan di kawasan tersebut.
Adapun Israel, memberikan waktu ke AS untuk bisa menangani gangguan yang datang dari Yaman. Jika tidak, Israel mengancam akan melakukan serangan langsung ke Sanaa.
Baca juga: Israel Kasih Deadline ke AS untuk Tangani Ansarallah Houthi Yaman: Ancam Serang Langsung Sanaa
Sejak bulan lalu, pasukan Yaman telah menyita satu kapal yang terkait dengan Israel dan melakukan serangan angkatan laut terhadap setidaknya dua kapal lainnya.
Sanaa juga berjanji, sampai akses Gaza terhadap makanan dan obat-obatan terjamin, pihaknya akan memblok kapal apa pun yang menuju Israel lewat.
Gegara aksi blokade itu, biaya pengiriman di Laut Merah telah melonjak karena perusahaan-perusahaan melakukan perubahan rute yang mahal dan menaikkan harga.
Pasukan angkatan laut Yaman meluncurkan rudal pada 12 Desember ke kapal Norwegia yang membawa minyak dan ditujukan ke pelabuhan Ashdod di Israel.
“Tidak ada cara untuk mencegah eskalasi kecuali dengan bergerak menuju gencatan senjata permanen di Jalur Gaza,” kata Abdel Malik al-Ajri, anggota biro politik Ansarallah, pada Rabu, 13 Desember 2023.
“Bahkan jika semua armada angkatan laut di Bumi berkumpul di Laut Merah, mereka tidak akan membawa keamanan bagi Israel atau kapal-kapal Israel, atau kapal apa pun yang menuju ke [Israel],” tambah pejabat Yaman itu.
Selain ancaman Yaman terhadap pelayaran Israel, pasukan angkatan laut Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) diketahui memiliki kehadiran yang menonjol di Laut Merah.
“Semua negara hadir di kawasan ini, namun kawasan ini adalah milik kami, dan kami mendominasinya,” kata Ashtiani kepada media Iran.
(oln/tc/*)