Kota Termahal di Dunia untuk Ditinggali pada Tahun 2023, Singapura Jadi yang Paling Mahal
Berikut ini kota termahal di dunia untuk ditinggali pada tahun 2023. Singapura dinobatkan sebagai kota yang paling mahal di dunia untuk ditinggali.
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Mimpi untuk tinggal di sebuah kota yang mewah dan penuh dengan kecanggihan teknologi menjadi salah satu impian banyak orang.
Dengan begitu banyaknya fasilitas dan hiburan mungkin menjadi salah satu faktornya begitu banyak orang ingin tinggal di kota.
Namun, biaya hidup tinggi menjadikannya sebagai salah satu faktor yang membuat banyak orang mengurungkan niat untuk tinggal di kota impiannya.
Mengutip Forbes, sebuah survei yang dilakukan oleh Economist Intelligence Unit (EIU) telah membuat daftar kota termahal di dunia untuk ditinggali pada tahun 2023.
Dalam daftar tersebut, Singapura dan Zurich telah menempati posisi teratas kota yang paling mahal di dunia untuk ditinggali menurut survei Biaya Hidup Seluruh Dunia yang dilakukan EIU.
Melalui survei ini menandai kesembilan kalinya dalam 11 tahun Singapura menduduki puncak daftar EIU sebagai kota termahal di dunia.
Baca juga: Kasus Covid-19 di Singapura Membludak, Rumah Sakit Ungkap Kewalahan Tangani Pasien
Sementara Zurich naik peringkat nomor satu setelah sebelumnya berada di posisi keenam pada tahun 2022.
Survei yang dilakukan mulai 14 Agustus hingga 11 September ini mencakup 173 kota, membandingkan lebih dari 400 harga untuk lebih dari 200 produk dan layanan.
Singapura ditempatkan di puncak disebabkan oleh tingginya biaya bahan makanan, alkohol, pakaian, dan kepemilikan mobil pribadi.
Kemudian untuk Zurich dipicu oleh kenaikan harga barang-barang rumah tangga dan kegiatan rekreasi.
Survei ini mengungkapkan tren kota-kota yang menghadapi kenaikan harga akibat inflasi, dengan kenaikan harga lebih dari 200 barang dan jasa sebesar 7,4 persen tahun-ke-tahun.
Baca juga: Wabah Flu Burung Melonjak, Singapura Stop Impor Unggas Dari Jepang Hingga AS
Hal ini menurun dari tahun sebelumnya namun masih jauh lebih tinggi dibandingkan tren tahun 2017 hingga 2021.
Kota New York, yang berbagi posisi teratas dengan Singapura tahun lalu, kini berbagi tempat ketiga dengan Jenewa.
Dua kota AS lainnya masuk dalam daftar 10 kota termahal di dunia untuk ditinggali, yakni Los Angeles dan San Francisco.
Meskipun inflasi di Asia lebih rendah dibandingkan wilayah lain, selain Singapura yang menduduki peringkat pertama, kota Asia lainnya berhasil masuk dalam 10 besar yaitu Hong Kong, yang berada di peringkat kelima.
Khususnya, Eropa Barat menonjol karena inflasi bahan makanan dan pakaian, ditambah dengan apresiasi mata uang.
Baca juga: Apa Arti Pemakzulan Presiden Joe Biden dan Bagaimana Senat Menghukum Pejabat AS?
Empat kota Eropa yang masuk dalam daftar adalah Zurich (di nomor 2), Jenewa (nomor 4), Paris (nomor 7) dan Kopenhagen (berada di nomor 8).
Lalu Tel Aviv berada di peringkat 10 besar tempat tinggal termahal, setara dengan Kopenhagen di peringkat 8, namun survei ini dilakukan sebelum perang Israel-Hamas.
EIU mengantisipasi perlambatan inflasi tahun depan namun memperingatkan potensi kenaikan harga energi akibat konflik Israel-Hamas dan dampak kondisi El Niño yang tidak terduga terhadap harga pangan.
Berikut daftarnya:
1. Singapura (seri)
1. Zurich, Swiss (seri)
3. Kota New York (seri)
3. Jenewa, Swiss (seri)
5. Hongkong
6. Los Angeles
7. Paris, Prancis
8. Kopenhagen, Denmark (seri)
8. Tel Aviv (dasi)
10. San Fransisco
Baca juga: Putin Menyesal Pernah Percaya pada AS, NATO Ingkari Janji kepada Rusia
Prediksi Inflasi
Kenaikan harga melambat karena berkurangnya masalah rantai pasokan sejak Tiongkok mencabut pembatasan Covid-19 pada akhir tahun 2022.
Namun, harga bahan makanan terus meningkat karena pengecer membebankan biaya yang lebih tinggi kepada konsumen.
"Kami memperkirakan inflasi akan terus melambat pada tahun 2024, karena dampak kenaikan suku bunga mulai mempengaruhi aktivitas ekonomi, dan pada gilirannya, permintaan konsumen," kata Kepala Biaya Hidup Seluruh Dunia di EIU, Upasana Dutt, dikutip dari CNN.
Baca juga: Pemerintah Was-was Terjadi Inflasi Gegara Harga Cabai, Mendagri Minta Pemda Lakukan Pengawasan
Dutt kemudian memperingatkan bahwa risiko konflik bersenjata dan cuaca ekstrem masih ada.
"Eskalasi lebih lanjut dari perang Israel-Hamas akan menaikkan harga energi, sementara dampak El Niño yang lebih besar dari perkiraan akan semakin menaikkan harga pangan," ungkapnya.
Tidak dapat dipungkiri, meningkatnya biaya hidup menyebabkan biaya hidup di banyak kota menjadi lebih mahal – namun ada beberapa kota yang terkena dampak lebih parah dibandingkan kota lainnya.
(Tribunnews.com/Whiesa)