Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Pengakuan IDF usai Tembak Mati 3 Sandera Warga Israel: Sempat Kibarkan Bendera Putih

IDF secara tidak sengaja menembak sandera yang merupakan warga Israel, berikut ini pengakuannya.

Penulis: Nuryanti
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Pengakuan IDF usai Tembak Mati 3 Sandera Warga Israel: Sempat Kibarkan Bendera Putih
MENAHEM KAHANA / AFP
Ilustrasi - Tentara Israel berkumpul di dekat perbatasan dengan Jalur Gaza pada 5 Desember 2023. IDF secara tidak sengaja menembak sandera yang merupakan warga Israel, berikut ini pengakuannya. 

TRIBUNNEWS.COM - Tiga sandera Hamas, yang merupakan warga Israel, secara tidak sengaja ditembak oleh pasukan Israel di Jalur Gaza, Jumat (15/12/2023).

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan, tiga sandera yang ditembak mati oleh pasukan Israel di lingkungan Shejaiya Kota Gaza itu bertelanjang dada.

Satu orang dari mereka membawa tongkat dengan bendera putih darurat.

Hal ini diakui IDF setelah penyelidikan awal atas insiden tragis tersebut, Sabtu (16/12/2023).

Menurut seorang perwira senior di Komando Selatan yang mengutip penyelidikan awal, insiden itu dimulai setelah seorang prajurit dari Batalyon 17 Brigade Bislamach mengidentifikasi tiga sosok mencurigakan yang keluar dari sebuah gedung.

Dikutip dari The Times of Israel, ketiganya bertelanjang dada, dan salah satu sosok membawa tongkat berbendera putih seadanya.

Baca juga: Buldoser Israel Lindas Tenda Pengungsi di Gaza, Sejumlah Orang Terkubur Hidup-hidup

Tentara tersebut, yang percaya bahwa orang-orang yang bergerak ke arahnya adalah upaya Hamas untuk menjebak tentara IDF, segera melepaskan tembakan.

Berita Rekomendasi

Menurut penyelidikan, tentara tersebut membunuh dua pria itu.

Sementara, pria ketiga yang tertembak dan terluka, melarikan diri kembali ke gedung tempat dia berasal.

Pada saat itu, komandan batalion, yang juga berada di gedung bertingkat tempat tentara tersebut melepaskan tembakan, keluar dan meminta pasukan untuk berhenti menembak.

Lalu, suara seseorang yang tampaknya sandera ketiga, meneriakkan 'Tolong' dalam bahasa Ibrani dan terdengar oleh pasukan di daerah tersebut.

Beberapa saat kemudian, orang ketiga keluar dari gedung tempat dia melarikan diri, dan tentara lain melepaskan tembakan ke arahnya hingga membunuhnya.

Komandan batalion menyadari penampilan orang ketiga tidak biasa, dan diketahui dia adalah seorang sandera Hamas.

Ketiga jenazah tersebut dibawa ke Israel untuk diidentifikasi.

Baca juga: Brigade Al Qassam: Israel Sengaja Bunuh 3 Tentaranya yang Ditawan Hamas, Musuh Putus Asa

Ilustrasi - Para tentara Israel (IDF) saat ke luar dari Gaza melalui pagar pembatas perbatasan pada 24 November 2023.
Ilustrasi - Para tentara Israel (IDF) saat ke luar dari Gaza melalui pagar pembatas perbatasan pada 24 November 2023. (AFP)

Tentara yang melepaskan tembakan setelah mengidentifikasi ketiga pria tersebut melakukan tindakan yang melanggar protokol, begitu pula tentara yang membunuh orang ketiga.

Namun, IDF memahami kondisi di lapangan menyebabkan tentara bertindak seperti itu.

Perwira senior tersebut mengatakan, militer belum mengidentifikasi warga sipil Palestina di Shejaiya dalam beberapa hari terakhir.

Skenarionya sendiri yaitu sandera yang berjalan-jalan di zona pertempuran tidak diperhitungkan oleh IDF.

Segera setelah insiden tersebut, IDF mengirimkan protokol baru ke pasukan darat untuk kemungkinan lebih banyak sandera yang berhasil melarikan diri dari penawanan.

“Ada kemungkinan para sandera ditinggalkan atau melarikan diri, dan pasukan harus mewaspadai kemungkinan pertemuan semacam itu dan memperhatikan tanda-tandanya, seperti berbicara dalam bahasa Ibrani, mengangkat tangan, dan mengenakan pakaian,” demikian bunyi protokol baru tersebut.

Baca juga: Parlemen Inggris Adukan Pemerintah Israel ke ICC Atas Kejahatan Perang di Gaza

Dilansir CBC, kemarahan atas kesalahan pembunuhan tersebut kemungkinan akan meningkatkan tekanan pada pemerintah Israel untuk memperbarui perundingan yang dimediasi Qatar dengan Hamas mengenai pertukaran lebih banyak tawanan yang tersisa.

Menurut Israel ada 129 tawanan, dengan warga Palestina yang dipenjara di Israel.

Namun, seorang pejabat senior Hamas, Osama Hamdan, menegaskan kembali pada hari Sabtu, tidak akan ada pembebasan sandera lebih lanjut sebelum perang berakhir dan Israel menerima persyaratan pertukaran mereka.

Reuters melaporkan, kepala agen mata-mata Israel Mossad bertemu dengan perdana menteri Qatar di Eropa pada Jumat malam, menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengabaikan pertanyaan mengenai laporan pertemuan tersebut pada konferensi pers yang disiarkan televisi pada hari Sabtu.

Netanyahu mengatakan, ia tidak akan membocorkan informasi kepada Hamas.

Baca juga: Israel Diduga Minta AS Bungkam soal Solusi 2 Negara untuk Palestina

Tank Israel dikerahkan di Israel selatan dekat perbatasan dengan Jalur Gaza pada 15 Desember 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas.
Tank Israel dikerahkan di Israel selatan dekat perbatasan dengan Jalur Gaza pada 15 Desember 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. (GIL COHEN-MAGEN / AFP)

Dia mengatakan Israel menerima permintaan gencatan senjata dan menarik pasukan dalam perundingan di Gaza, namun tidak akan melakukannya.

Sementara itu, Hamas membebaskan lebih dari 100 sandera sebagai ganti warga Palestina yang dipenjara selama gencatan senjata singkat yang dimediasi Qatar pada November 2023 lalu.

Hampir semua yang dibebaskan di kedua pihak adalah perempuan dan anak di bawah umur.

Namun, pembicaraan mengenai pertukaran lebih lanjut gagal.

Baca juga: Dorong Pembebasan Sandera, PM Israel Benjamin Netanyahu Utus Tim Perunding Lakukan Negosiasi

Diketahui, perang di Gaza dimulai setelah Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang yang sebagian besar warga sipil.

Serangan itu menyebabkan sekitar 240 orang menjadi sandera, menurut pihak berwenang Israel.

Israel pun bersumpah untuk menghancurkan Hamas dan memulangkan para sandera.

Israel kemudian melancarkan serangan mematikan di Gaza, yang dikuasai oleh kelompok tersebut.

Menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas, perang tersebut telah menewaskan lebih dari 18.800 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak.

(Tribunnews.com/Nuryanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas