Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pejabat Israel: Gaza Harus Diratakan, Diubah Jadi Museum Auschwitz seperti di Polandia

David Azoulai, Kepala Dewan Kota Metula di Israel utara menyerukan Jalur Gaza harus diratakan dan diubah seperti Museum Auschwitz di Polandia.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Garudea Prabawati
zoom-in Pejabat Israel: Gaza Harus Diratakan, Diubah Jadi Museum Auschwitz seperti di Polandia
KATA KHATIB/AFP
Asap mengepul akibat pemboman Israel terhadap Khan Yunis dari Rafah di Jalur Gaza selatan pada 16 Desember 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. --- Pejabat Israel minta Jalur Gaza diratakan dan diubah menjadi museum seperti Auschwitz di Polandia. 

TRIBUNNEWS.COM - David Azoulai, Kepala Dewan Kota Metula di Israel utara, menyerukan pengusiran warga Palestina agar mengungsi ke kamp pengungsi di Lebanon.

Ia mengatakan Jalur Gaza harus diratakan seluruhnya dan diubah menjadi museum kosong seperti kamp konsentrasi Auschwitz di Polandia yang dulu digunakan oleh Nazi Jerman yang dipimpin oleh Adolf Hitler selama Perang Dunia II.

Auschwitz di Polandia adalah salah satu kamp kematian di Eropa untuk melakukan Holocaust.

“Seharusnya Jalur Gaza menyerupai kamp konsentrasi Auschwitz,” kata David Azoulai dalam wawancara dengan Radio 103FM Tel Aviv pada Senin (18/12/2023).

“Suruh semua orang di Gaza untuk pergi ke pantai. Kapal Angkatan Laut harus memuat mereka ke pantai Lebanon,” lanjutnya.

Ia ingin seluruh Jalur Gaza harus dikosongkan dan diratakan, seperti halnya Auschwitz.

Baca juga: INFOGRAFIS: Jumlah Fasilitas Umum yang Hancur di Palestina karena Serangan Israel

"Biarlah itu menjadi museum, yang memamerkan kemampuan negara Israel dan menghalangi siapa pun untuk tinggal di Jalur Gaza. Inilah yang harus dilakukan untuk memberi mereka representasi visual,” katanya, yang secara tidak langsung menyerukan genosida.

BERITA REKOMENDASI

Ia mengatakan Lebanon sudah memiliki kamp pengungsi untuk warga Palestina yang ingin melarikan diri dari Jalur Gaza.

“Lebanon sudah memiliki kamp pengungsi, dan ke sanalah mereka harus pergi. Kita harus membiarkan Gaza menjadi sunyi dan hancur untuk dijadikan museum, yang menunjukkan kegilaan orang-orang yang tinggal di sana,” katanya, dikutip dari Palestine Chronicle.

Museum kamp konsentrasi Auschwitz-Birkenau di Polandia.
Museum kamp konsentrasi Auschwitz-Birkenau di Polandia. (On The Luce)

Baca juga: Hamas Beri 3 Pilihan pada Israel jika Nekat Lanjutkan Agresi di Gaza

David Azoulai: Hizbullah Semakin Berani Dukung Hamas

Kota tempat David Azoulai tinggal, Metula, terletak di perbatasan Israel utara dengan Lebanon selatan.

Dia memperingatkan, jika Israel tidak menunjukkan kekuatan mereka dalam pertempuran melawan Hamas, maka kelompok militan Hizbullah Lebanon akan semakin berani untuk menyerang dari utara.


“Hizbullah sedang mengamati situasi di selatan, dan jika kita tidak menanganinya dengan benar, mereka akan melihatnya sebagai kelemahan. Betapapun kuatnya mereka, kita tidak bisa hidup dalam ketakutan atau mengusir orang-orang dari rumah mereka. Kita harus bertindak tegas,” katanya.

Sebelumnya, seorang pejabat PBB pekan lalu mengklaim Israel sedang bersiap untuk memaksa warga Palestina masuk ke Mesir dan membuat mereka tidak mungkin kembali ke Gaza.

Para pejabat Israel membantah mencoba untuk memaksa warga Gaza untuk mengungsi secara permanen.

Namun dua anggota parlemen Yerusalem Barat menulis bulan lalu di kolom opini Wall Street Journal, mereka ingin negara-negara di seluruh dunia menyambut warga Palestina yang memilih untuk pindah sebagai pengungsi.

Seorang pria memeriksa kerusakan di sebuah ruangan setelah pemboman Israel di rumah sakit Nasser di Khan Yunis di Jalur Gaza selatan pada 17 Desember 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas.
Seorang pria memeriksa kerusakan di sebuah ruangan setelah pemboman Israel di rumah sakit Nasser di Khan Yunis di Jalur Gaza selatan pada 17 Desember 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. (STRINGER / AFP)

Baca juga: Israel Kembali Temukan Terowongan Hamas, Sebut yang Terbesar di Gaza, Hamas Enggan Berkomentar

Hamas Palestina vs Israel

Sebelumnya, Israel melakukan pengeboman besar-besaran untuk menanggapi Hamas yang memulai Operasi Banjir Al-Aqsa dengan menerobos perbatasan Israel dan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi.

Hamas mengatakan, serangan itu adalah tanggapan atas kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama ini, terutama kekerasan di kompleks Masjid Al Aqsa, seperti diberitakan Al Arabiya.

Kelompok tersebut menculik 240 orang dari wilayah Israel dan meluncurkan ratusan roket, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di wilayah Israel, yang direvisi menjadi 1.147.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan perang melawan Hamas dan meluncurkan pasukan ke Jalur Gaza pada keesokan harinya.

Pemboman Israel di Jalur Gaza menewaskan lebih dari 19.088 warga Palestina dan melukai lebih dari 54.450 lainnya sejak Sabtu (7/10/2023) hingga perhitungan korban pada Minggu (17/12/2023), lebih dari 2,2 juta warga Palestina menjadi pengungsi, dikutip dari WAFA.

Kekerasan juga meningkat di Tepi Barat, terutama setelah Israel melakukan penyerbuan besar-besaran ke wilayah yang dikuasai Otoritas Pembebasan Palestina (PLO) tersebut.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas