Harga Minyak Relatif Tenang saat Houthi Serang Laut Merah, Pakar Kebingungan
Kenaikan harga minyak akibat serangan Houthi di Laut Merah, ternyata tidak setinggi yang diperkirakan para ahli.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Daryono
Houthi juga menahan diri untuk tidak menyerang infrastruktur minyak Saudi atau Uni Emirat Arab.
'Negara-negara Teluk terintimidasi'
Pada hari Selasa, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby mengatakan jelas bahwa Iran menyediakan sarana, peralatan, kemampuan dan senjata kepada Houthi untuk melakukan serangan.
Tetapi Kirby enggan menjawab ketika namun ketika ditanya apakah Iran mengarahkan Houthi secara langsung.
Baca juga: AS Enggan Dijuluki Genosida Joe, John Kirby: Israel Tak Berniat Hapus Palestina
Seorang pejabat militer barat yang berbicara dengan MEE tanpa menyebut nama mengatakan bahwa praktik penargetan Houthi – yang ironisnya mungkin membuat pasar minyak tetap terkendali – menunjukkan adanya koordinasi yang lebih erat antara kepemimpinan kelompok tersebut dan Teheran.
“Garda Revolusi Iran sedang bertugas di Yaman,” kata pejabat itu.
Kelompok Houthi kini terlibat dalam pembicaraan langsung dengan Arab Saudi untuk mengubah jeda dalam pertempuran di Yaman menjadi perjanjian damai jangka panjang, yang menurut para analis kemungkinan akan memperkuat cengkeraman Houthi di Yaman utara.
“Ada banyak perhitungan yang dilakukan Iran dan Houthi di sini,” ungkap Ali Alfoneh, peneliti senior di Arab Gulf States Institute, kepada MEE.
“Mereka tidak punya alasan untuk menyerang kapal tanker minyak Saudi saat ini,” katanya.
Sebelumnya pada hari Senin, AS mengumumkan dibentuknya satuan tugas angkatan laut, Operation Prosperity Guardian, untuk melindungi kapal-kapal di Laut Merah.
Hanya satu negara Arab yang secara terbuka menandatangani perjanjian ini, yakni Kerajaan Bahrain.
Kelompok Houthi pada hari Rabu memperingatkan bahwa mereka akan menyerang balik jika mereka diserang oleh pasukan AS dan memperingatkan tetangga Arab mereka untuk tidak bergabung dengan koalisi tersebut.
Negara-negara Teluk enggan untuk bergabung dengan koalisi karena khawatir akan terlihat berpihak pada Israel pada saat rakyat mereka sedang marah atas perang di Gaza.
Meskipun Arab Saudi khawatir dengan serangan Houthi, Riyadh mungkin cukup senang dengan kenyataan bahwa aset-asetnya tidak terkena serangan, kata para ahli.
“Iran dan Houthi berhasil mengintimidasi tetangga-tetangga Arab mereka. Negara-negara Teluk akan menanggung kerugian jika berperang melawan Iran dan Iran tidak akan rugi apa pun. Houthi dan Iran sudah menang,” kata Alfoneh.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)