PBB Sebut Dunia Biarkan Genosida Terjadi di Gaza: Ini Tak Jauh Berbeda dengan Pembantaian
Pelapor khusus PBB untuk Palestina menyebut dunia membiarkan genosida terjadi di Gaza.
Penulis: Nuryanti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Pelapor khusus PBB untuk Palestina, Francesca Albanese, mengatakan genosida adalah sebuah proses, bukan tindakan tunggal.
Pernyataan Francesca Albanese itu menanggapi laporan pembunuhan di luar proses hukum di lingkungan Al-Remal di Kota Gaza pada 19 Desember 2023.
Tentara Israel diduga membunuh 11 pria Palestina, yang menurut kantor Hak Asasi Manusia PBB mungkin merupakan kejahatan perang.
“Jika Anda melihat lebih dekat, ini tidak jauh berbeda dengan pembantaian warga sipil lainnya,” ujar Albanese, Senin (25/12/2023), dilansir Al Jazeera.
Menurut Francesca Albanese, dunia membiarkan genosida terjadi di Gaza.
Baca juga: Paus Fransiskus Kecam Serangan Israel terhadap Warga Sipil di Gaza
Ia menyebut, tindakan Israel di Gaza tidak jauh berbeda dengan pembantaian di belahan dunia lain seperti Srebrenica dan Rwanda.
“(Genosida) harus dicegah," katanya.
“Tetapi di Gaza, seperti di Srebrenica dan Rwanda sebelumnya, dunia membiarkan hal itu terjadi," ungkap Francesca.
Dikutip dari Anadolu Agency, pembantaian Srebrenica adalah pembunuhan lebih dari 8.000 Muslim Bosnia pada bulan Juli 1995 di dalam dan sekitar kota Srebrenica selama Perang Bosnia.
Sementara, di Rwanda terjadi genosida tahun 1994 yang diperkirakan menewaskan lebih dari 1 juta orang.
Baca juga: Ratusan Tentara Israel Tewas di Gaza, Netanyahu: Perang Berlanjut Kami Tak Akan Berhenti Lawan Hamas
Kini, Israel menggempur Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober 2023.
Serangan Israel menewaskan lebih dari 20.400 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, selain pengungsian dan serangkaian kehancuran.
Di sisi lain, korban tewas akibat serangan Hamas terhadap Israel mencapai 1.200 orang.
Israel Tingkatkan Pemboman di Gaza
Lebih dari 100 orang tewas dalam serangan udara Israel semalam di Gaza tengah.
Setidaknya 70 orang tewas dalam serangan di kamp pengungsi Maghazi di Gaza tengah, kata Kementerian Kesehatan Palestina pada Minggu (24/12/2023) malam.
Baca juga: Hamas Tangkap Agen Israel di Gaza, Shin Bet Ketahuan Kirim Mata-mata
Juru bicara Kementerian Kesehatan Ashraf al-Qudra mengatakan, jumlah korban tewas di kamp pengungsi Maghazi kemungkinan akan bertambah.
“Apa yang terjadi di kamp Maghazi adalah pembantaian yang dilakukan di lapangan pemukiman yang padat,” katanya, masih dari Al Jazeera.
Sementara itu, jenazah telah menumpuk di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa.
Puluhan lainnya dilaporkan terluka, dan beberapa rumah hancur dalam serangan tersebut.
Keluarga-keluarga telah menggali reruntuhan dalam upaya untuk menemukan korban yang selamat.
Bom-bom tersebut jatuh di rumah-rumah dan bangunan, serta menghancurkan lingkungan dan infrastruktur, seperti jalan menuju masuk dan keluar dari kamp pengungsi.
Baca juga: 2 Mantan Sandera: Hamas Siap Mati saat Lindungi Kami dari Bom Israel di Gaza
Ketika kamp pengungsi Bureij juga digempur semalaman, sekitar 100 orang tewas dalam 12 jam terakhir.
Mayoritas korbannya adalah perempuan dan anak-anak.
“Kami semua menjadi sasaran,” kata Ahmad Turokmani, yang kehilangan beberapa anggota keluarganya, termasuk putri dan cucunya.
“Lagi pula, tidak ada tempat yang aman di Gaza," sambung dia.
Hamas menyebut serangan udara di kamp Maghazi sebagai pembantaian yang mengerikan dan menyebutnya sebagai kejahatan perang baru.
Sejak resolusi Dewan Keamanan PBB disahkan pada hari Jumat, yang meningkatkan bantuan ke Gaza, skala serangan udara semakin meningkat.
(Tribunnews.com/Nuryanti)