Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

10 Tahun Berlalu Motif Pembunuhan Presiden Ohsho Jepang Belum Terungkap Meski Pelaku Sudah Diringkus

Penyelidik yakin motif pembunuhan itu terkait soal uang dengan jumlah besar dari seseorang yang diperkirakan juga membayar Tanaka untuk membunuh Daito

Editor: Dewi Agustina
zoom-in 10 Tahun Berlalu Motif Pembunuhan Presiden Ohsho Jepang Belum Terungkap Meski Pelaku Sudah Diringkus
Foto Friday/Kyodo
Sudah 10 tahun berlalu, motif pembunuhan terhadap presiden Ohsho Food Service, Takayuki Daito hingga kini belum terungkap. Foto Takayuki Daito Presiden Ohsho Food Service (kiri) yang ditembak mati 10 tahun lalu di Kyoto dan pembunuhnya sebelah kanan, Yukio Tanaka (57). 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Sudah 10 tahun berlalu, motif pembunuhan terhadap presiden Ohsho Food Service, Takayuki Daito hingga kini belum terungkap.

Padahal pelaku pembunuhan, Yukio Tanaka sudah ditangkap sejak 28 Oktober 2022 lalu, atau 9 tahun usai peristiwa penembakan terjadi.

"Pelaku pembunuhan, Yukio Tanaka tahun lalu memang sudah ditangkap dan sudah mengakui perbuatannya. Namun motif dia membunuh masih belum diketahui karena pelaku Hitman (pembunuh profesional yakuza) itu, tidak mau bicara soal motifnya," ungkap sumber Tribunnews.com di Kepolisian Jepang, Rabu (20/12/2023).

Namun demikian para penyelidik yakin motif pembunuhan itu terkait soal uang dengan jumlah besar dari seseorang (sebut saja berinisial A--red) yang diperkirakan juga membayar Tanaka untuk membunuh Daito.

Baca juga: Yukiya Kimura Didakwa atas Kasus Pembakaran Gedung Yakuza Jepang, 2 Pimpinan Yakuza Lain Dilepaskan

Diketahui pada 19 Desember 2013, Takayuki Daito (saat itu berusia 72 tahun), presiden Ohsho Food Service (selanjutnya disebut Ohsho) ditembak mati di pekarangan parkir dekat tokonya di Kyoto.

Pelakunya Yukio Tanaka (57), seorang Hitman atau penembak profesional Yakuza (mafia Jepang).

Berita Rekomendasi

Menurut laporan komite pihak ketiga yang dirilis pada bulan Maret 2016, Ohsho membeli properti dari grup perusahaan A.

  • Tanah di Hawaii: sekitar 1,82 miliar yen
  • Bangunan di Daerah Chuo, Kota Fukuoka: sekitar 1,237 miliar yen
  • Pembangunan di Gion, Kota Kyoto: Sekitar 530 juta yen dan lainnya.

"Jumlah tersebut jauh dari nilai penilaian wajarnya. Kemudian grup perusahaan A membeli kembali real estate yang dibeli oleh Ohsho tersebut dengan harga sekitar sepertiga dari harga semula. Manajemen Ohsho keadaannya menjadi semakin buruk," ungkapnya.

Baca juga: 9 Tahun Buron, Pimpinan Yakuza Ditangkap Polisi terkait Kasus Pembunuhan Bos Perusahaan Jepang

Memperdalam Konflik dengan Keluarga Pendiri

Takayuki Daito, yang saudara perempuannya adalah istri dari pendiri Ohsho, Kato, diangkat sebagai presiden keempat pada bulan April 2000 untuk membangun kembali manajemen perusahaan.

Putra sulung dan putra kedua Kato mengambil tanggung jawab dan mengundurkan diri.

Daito secara pribadi bernegosiasi dengan pihak Tuan A, dengan mengatakan, "Saya akan melakukan semua yang saya bisa."

"Namun sepertinya beliau tidak mampu memutuskan hubungannya dengan Tuan A."

Papan pengumuman besar di pinggir jalan di kota kecil di Jepang menuliskan pengusiran Yakuza ke luar dari kota tersebut.
Papan pengumuman besar di pinggir jalan di kota kecil di Jepang menuliskan pengusiran Yakuza ke luar dari kota tersebut. (Richard Susilo)

Daito yang berselisih dengan keluarga pendiri beralih ke Tuan A sebagai negosiator November 2012.

Namun proses ini menjadi bermasalah dan kemudian menyerah.

Pada bulan September 2013, Daito mempresentasikan rancangan laporan transaksi yang tidak pantas pada rapat dewan luar biasa.

Laporan tersebut diselesaikan pada bulan November tahun yang sama, namun tidak dipublikasikan karena berbagai keberatan.

Satu bulan kemudian, Desember 2013 Daito ditembak oleh Yukio Tanaka.

"Daito mempunyai rutinitas sehari-hari membersihkan area sekitar kantor pusat di Kyoto dengan memakai sepatu bot hujan di pagi hari sebelum karyawan berangkat kerja. Pelaku mengincar area tersebut. Peristiwa itu terjadi dini hari. Tepat sebelum jam 6 am. Tidak ada saksi atau siapa pun yang mendengar suara tembakan sehingga menyulitkan penyelidikan," jelasnya.

Tersangka ditangkap pada 28 Oktober 2022 berdasarkan DNA yang ditemukan pada puntung rokok yang ditemukan di jalan dekat TKP.

Sudah delapan tahun 10 bulan sejak peristiwa pembunuhan itu terjadi.

Terdakwa Tanaka dipindahkan dari Penjara Fukuoka tempat dia menjalani hukumannya ke Kantor Polisi Prefektur Kyoto Yamashina.

Tanaka dicurigai melakukan pembunuhan dan pelanggaran Undang-Undang Senjata Api dan Pedang.

Dia adalah anggota eksekutif geng berbahaya Kudo-kai, yang menjalani hukuman penjara karena insiden penembakan lainnya.

Kudo-kai berbasis di Prefektur Fukuoka, tempat yang sama dimana Tuan A berasal.

"Wajah asli" Tanaka dikatakan tidak biasa bagi seorang anggota geng.

"Saya keluar dari universitas di Tokyo dan bekerja sebagai pekerja kantoran di sebuah agen perjalanan. Saya bekerja terutama di wilayah Kansai. Setelah itu, saya diperkenalkan dengan organisasi yang berafiliasi dengan Kudo-kai dan tampaknya menjadi anggota, tetapi saya tidak biasa untuk seorang anggota geng," ungkap Tanaka kepada polisi.

Terdakwa Tanaka adalah anggota organisasi Kudo-kai dan memegang posisi inti sebagai eksekutif.

Tanaka cukup berbakat sebagai pembunuh bayaran.

Senjata pembunuh yang digunakan adalah pistol otomatis kaliber 25, namun berukuran telapak tangan dan memiliki tingkat mematikan yang rendah.

"Jika kita tidak memiliki banyak keterampilan, mungkin tidak akan dapat menggunakannya dengan baik. Tanaka memang biasanya pendiam dan sepertinya menerima pekerjaan apa pun tanpa ragu-ragu," ujarnya.

Motif pasti Tanaka melakukan kejahatan tersebut masih belum diketahui.

Polisi Prefektur Kyoto sedang melanjutkan penyelidikan, percaya bahwa Tanaka tidak bertindak sendiri, dan ada seseorang lainnya yang berada di belakang layar yang mengarahkan untuk pembunuhan tersebut.

Tanaka masih belum mau bicara motif tersebut sementara berada terus di dalam penjara kepolisian Jepang hingga saat ini.

Sementara itu bagi para UKM Handicraft dan pecinta Jepang yang mau berpameran di Tokyo dapat bergabung gratis ke dalam whatsapp group Pecinta Jepang dengan mengirimkan email ke: info@sekolah.biz Subject: WAG Pecinta Jepang. Tuliskan Nama dan alamat serta nomor whatsapp.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas