Israel Berencana Kirim Warga Palestina ke Kongo, Aktivis Sebut Upaya Pembersihan Etnis
Pemerintah Israel berencana mengirim warga Palestina ke Kongo, hal ini langsung mendapat kecaman dari para aktivis.
Penulis: garudea prabawati
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Israel berencana mengirim warga Palestina ke Kongo, dan disebutkan saat ini tengah melakukan pembicaraan.
Para pejabat Israel dilaporkan sedang mengadakan diskusi dengan Kongo dan negara-negara lain yang berencana mengirim pengungsi Palestina dari Gaza ke negara tersebut.
Sebuah laporan dari media Israel Zman Yisrael, menyebut bahwa Kongo akan menerima warga Palestina.
“Kongo akan bersedia menerima migran dan kami sedang melakukan pembicaraan dengan negara lain,” tutur seorang sumber senior di kabinet keamanan Israel.
Situs berita tersebut juga mengutip Menteri Intelijen Israel Gila Gamliel yang menganjurkan pengungsian warga Gaza, mengutip Al Jazeera.
Baca juga: 1.600 Tentara Israel Alami Stres usai Bertempur di Gaza, Kesehatan Mental Dilaporkan Menurun
Gamliel juga mengklaim bahwa nantinya 60 persen lahan pertanian Gaza akan jadi zona penyangga keamanan.
“Pada akhir perang. Tidak akan ada pekerjaan, dan 60 persen lahan pertanian Gaza akan menjadi zona penyangga keamanan,” kata Gamliel.
Sontak para aktivis hak asasi manusia mengecam seruan masa perang untuk mendorong warga Palestina keluar dari Gaza.
Para aktivis menyebutnya sebagai upaya pembersihan etnis warga Palestina.
Pada hari Selasa (2/1/2024), bahkan Amerika Serikat (AS), yang karib diketahui sebagai pendukung setia Israel dan perangnya di Gaza, menentang rencana Israel tersebut.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller menyebut retorika itu menghasut dan tidak bertanggung jawab.
1.600 Tentara Israel Alami Stres usai Bertempur di Gaza, Kesehatan Mental Dilaporkan Menurun
Perang sengit masih berlangsung di medan Gaza, Palestina.
Selain jatuhnya korban tewas, dilaporkan tentara Israel mengalami gangguan psikis.
kondisi kesehatan mental para tentara Israel atau Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dilaporkan menurun usai terlibat pertempuran di Jalur Gaza, Palestina.
Media Israel melaporkan bahwa 1.600 tentara mengalami gangguan kejiwaan, menunjukkan gejala reaksi stres akibat perang.
Sementara 250 orang diberhentikan dari dinas militer karena alasan kondisi mental tersebut, menurut situs berita Israel Walla.
Baca juga: Banyak Senjata Tentara IDF di Perbatasan Lebanon Rusak, Tanpa AS, Mereka Cuma Bisa Perang Pakai Batu
Situs berita tersebutmelaporkan pada hari Selasa (2/1/2024) bahwa gejala reaksi stres pertempuran telah muncul sejak dimulainya operasi darat di Jalur Gaza sekitar dua bulan lalu.
“Gejalanya dapat muncul selama atau setelah suatu aktivitas, dan tentara dapat merasakan, antara lain, detak jantung yang cepat, berkeringat, peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba, tubuh gemetar yang tidak terkendali, kebingungan, dan ketidakmampuan untuk bergerak,” lapor Walla, mengutip The Palestine Chronicle.
Jika gejala itu berlanjut selama lebih dari empat minggu, kondisi tentara Israel dapat memburuk menjadi gangguan stres pasca-trauma yang parah.
Selain tentara Israel, permintaan akan layanan kesehatan mental telah meningkat karena perang Gaza menurut sebuah laporan yang diterbitkan oleh surat kabar Israel Haaretz pada hari Minggu (31/12/2023).
Menurut Haaretz, mengutip Dr. Shmuel Hirschmann kondisi mental pasukan Israel menjadi lebih buruk lagi karena puluhan psikiater yang bekerja di sistem kesehatan mental masyarakat Israel baru-baru ini berangkat ke Inggris.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.