Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Netanyahu Disebut Gagal, Penduduk Israel Berisiko Balik ke Polandia, Rusia, Inggris

Mantan kepala Mossad Yossi Cohen mengatakan warga Israel berisiko kembali ke Rusia, Polandia, dan Inggris setelah Netanyahu dianggap gagal.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
zoom-in Netanyahu Disebut Gagal, Penduduk Israel Berisiko Balik ke Polandia, Rusia, Inggris
Menahem KAHANA / POOL / AFP
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memimpin rapat Kabinet di Kirya, yang menampung Kementerian Pertahanan Israel, di Tel Aviv pada 17 Desember 2023. --- Netanyahu dianggap gagal menangani penyelamatan sandera dan mencapai tujuan perang di Gaza. 

TRIBUNNEWS.COM - Mantan Kepala Intelijen Luar Negeri Israel (Mossad), Yossi Cohen, menyalahkan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, atas kegagalan mencapai tujuan perang yang berjalan lebih dari tiga bulan.

Netanyahu dan para menterinya dikabarkan berusaha menyalahkan aparat keamanan militer atas kegagalan mencegah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Yossi Cohen menekankan Netanyahu harus menanggung akibatnya.

"Keputusan pemerintah mengancam keberadaan Israel, dan membuat Israel menghadapi risiko kembali ke Rusia, Polandia, Inggris, dan negara lain jika negara-negara tersebut setuju untuk menerimanya," kata Yossi Cohen kepada Haaretz, Sabtu (6/1/2024).

Ia tidak menjelaskan lebih lanjut mengapa warga Israel berisiko kembali ke Eropa ketika keberadaan Israel terancam.

"Kecerobohan Menteri di Dewan Perang, Benny Gantz, mengubah Israel di mata dunia dari 'korban' menjadi 'penjahat perang' dan dari 'mereka yang mempunyai hak' menjadi 'pembunuh anak-anak',” katanya, menggambarkan perubahan drastis akan stereotip Israel di mata dunia.

Benny Gantz adalah menteri Israel yang mendirikan Dewan Perang bersama Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, menyerukan serangan besar di Jalur Gaza.

Berita Rekomendasi

Saat ini, Israel sedang mengalami perselisihan internal untuk menunjuk pihak yang bertanggung jawab atas kegagalan 7 Oktober 2023.

Haaretz mengabarkan pihak pemerintah berusaha menyalahkan pihak militer.

Sementara itu, Channel 12 Israel mengutip sumber-sumber senior di tentara Israel, mengatakan mereka merasa terganggu dengan upaya staf pemerintahan untuk menyalahkan militer Israel.

"Tentara berperang di Jalur Gaza, Tepi Barat dan Lebanon, namun pemerintah sedang melawan kami," kata sumber tersebut kepada Channel 12 Israel, Sabtu (6/1/2024).

Baca juga: Bahas Kematian Yonatan Netanyahu, Hamas Minta Keluarga Sandera IDF Tak Percaya Israel

Tujuan Israel Belum Tercapai

Haaretz mengatakan tentara Israel belum mencapai tujuan perang di Jalur Gaza.

"Kemampuan Hamas sudah siap dan menjalankan fungsinya, bahwa para pemimpin militernya masih hidup, dan sebagian besar terowongan belum dihancurkan," lapor Haaretz, mengutip perkataan salah satu anggota dewan mini-kementerian Israel.

"Melucuti senjata Hamas memerlukan beberapa bulan lagi," lanjutnya.

Pejabat itu menekankan Hamas masih menguasai Jalur Gaza, meskipun terjadi perang selama tiga bulan.

Mengenai tahanan Israel di Gaza, para pejabat Israel mengatakan, setengah dari sandera masih bersama Hamas, di tengah ketidakmampuan tentara Israel untuk menyelamatkan sandera melalui operasi darat di Jalur Gaza.

Kerabat dan pendukung memegang plakat bergambar sandera Israel yang ditahan di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan, dalam unjuk rasa yang menyerukan pembebasan mereka, di Tel Aviv pada 30 Desember 2023.
Kerabat dan pendukung memegang plakat bergambar sandera Israel yang ditahan di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan, dalam unjuk rasa yang menyerukan pembebasan mereka, di Tel Aviv pada 30 Desember 2023. (AHMAD GHARABLI / AFP)

Hamas Palestina vs Israel

Internal pemerintah Israel dikabarkan sedang berselisih di tengah demonstrasi yang meluas di Israel untuk menuntut penyelamatan sandera.

Sebelumnya, Hamas meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa dengan menerobos perbatasan Israel dan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi.

Hamas mengatakan, serangan itu adalah tanggapan atas kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama ini, terutama kekerasan di kompleks Masjid Al Aqsa, dikutip dari Al Arabiya.

Kurang lebih 240 orang diculik oleh Hamas dari wilayah Israel.

Setelah pertukaran sandera selama 7 hari yang dimulai Jumat (24/11/2023), kurang lebih 137 sandera masih ditahan Hamas di Jalur Gaza.

Jumlah korban jiwa di pihak Palestina di Jalur Gaza terhitung 22.600 hingga Sabtu (6/1/2024) dan 1.200 orang tewas di wilayah Israel, yang direvisi menjadi 1.147.

Selain itu tercatat 325 kematian warga Palestina di Tepi Barat hingga Kamis (4/1/2023), setelah faksi-faksi perlawanan di sana melawan Israel yang melakukan penyerbuan besar-besaran.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas