Populer Internasional: Israel Ngos-ngosan Hadapi Hizbullah - Pengamat Sebut Hamas Bisa Menang
Rangkuman berita populer internasional, di antaranya Israel disebut sembunyikan kekalahan telak mereka dari pasukan Hizbullah.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dapat disimak di sini.
Sekjen Hizbullah menyebut Israel ngos-ngosan menghadapi kelompoknya. IDF pun dituding menyembunyikan kekalahan telak mereka.
Di Tel Aviv, aksi protes meletus menuntut pemerintah Israel mengupayakan pembebasan tawanan. PM Benjamin Netanyahu juga diminta mundur dari jabatannya.
Sementara itu, pengamat militer menyebut Hamas bisa menang melawan Israel, bagaimana caranya?
Selengkapnya, berikut berita populer internasional dalam 24 jam terakhir.
1. Ngos-ngosan Hadapi Hizbullah, Israel Dituding Sembunyikan Kekalahan Telak, Nasrallah Girang
Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, mengklaim Israel sengaja menyembunyikan "kekalahan telak" dalam pertempuran melawan Hizbullah.
Hal itu dikatakan Nasrallah tatkala menyampaikan pidatonya di televisi hari Jumat (5/12/2023).
Pidato di Kota Baalbek itu disampaikan dalam rangka peringatan wafatnya pejabat Hizbullah bernama Mohammad Yaghi.
Dalam pidatonya Nasrallah turut mengungkapkan dukacitanya atas kematian Saleh al-Arouri, Wakil Kepala Politburo Hamas, karena serangan Israel di Beirut selatan.
"Pembunuhan terhadap Sheikh Saleh al-Arouri pasti akan dibalas, keputusan ada dalam pertempuran dan itu pasti akan diterapkan," kata dia dikutip dari Pars Today.
Baca juga: Tak Terima Pentolan Hamas Dibunuh, Hizbullah Hujani Israel dengan Roket
Dia mengatakan apabila pembunuhan itu tetap didiamkan, hal itu malah lebih membahayakan Lebanon daripada risiko yang muncul di medan tempur.
Menurut Nasrallah, dalam konflik antara Hizbullah dan Israel di perbatasan, pihaknya sudah menjalankan ratusan operasi militer anti-Israel.
2. Aksi Protes Meletus di Israel, Demonstran Minta Netanyahu Mundur
Aksi protes besar-besaran terjadi di sejumlah titik di Israel, Al Jazeera melaporkan.
Para demonstran menyerukan pembebasan tawanan Israel yang ditahan di Gaza, penghapusan pemerintahan Perdana Menteri Netanyahu dan diakhirinya perang di Gaza.
Ribuan pendukung, teman dan keluarga tawanan Israel yang dibawa oleh Hamas pada tanggal 7 Oktober lalu berunjuk rasa di “Lapangan Penyanderaan” Tel Aviv pada hari Sabtu (6/1/2024).
“Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya karena, sepanjang awal perang ini, semua orang telah sepakat, termasuk para pengunjuk rasa anti-pemerintah, bahwa mereka perlu bersatu pada saat terjadi perang, pada saat para tawanan masih ditahan di Gaza," kata Sara Khairat dari Al Jazeera, melaporkan dari Tel Aviv.
Jumlah orang yang hadir di alun-alun tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan beberapa minggu terakhir saat hanya puluhan hingga ratusan orang berkumpul.
“Sekarang, beberapa ribu orang berkumpul di sini,” kata koresponden Al Jazeera.
Para pengunjuk rasa berteriak:
“Bushah bushah, bushah”, yang berarti “malu, malu, malu” mengacu pada pemerintah.
Mereka juga menyalahkan Netanyahu dan pejabat lainnya atas peristiwa 7 Oktober.
“Ini memberi Anda gambaran betapa marahnya beberapa orang ini,” kata Khairat.
Di Yerusalem, orang-orang berkumpul di depan rumah Presiden Israel Isaac Herzog untuk berdemonstrasi, menuntut pengembalian lebih dari 100 tawanan yang masih ada di Gaza.
3. Pengamat Sebut Hamas Bisa Menang Lawan Israel, Apa Alasannya?
Perang Hamas-Israel telah berlangsung hampir tiga bulan sejak pertama kali pecah pada 7 Oktober 2023 lalu dengan serangan roket Hamas ke Israel.
Pengamat militer sekaligus kontributor Aljazeera hingga Middle East Eye, Richard Silverstein, mengungkapkan adanya kemungkinan besar Hamas akan menang atas pasukan Zionis Israel dalam peperangan di Gaza tersebut.
Ada beberapa alasan dan analisis yang disampaikan Silverstein dan salah satunya adalah serangan awal Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu.
Serangan itu pun memicu serangan-serangan Hamas lainnya hingga menewaskan ribuan warga Israel khususnya di beberapa kota seperti Kibbutzim.
Alhasil, serangan tersebut justru mengejutkan dunia lantaran pertahanan Israel yang dianggap solid mampu ditembus dengan mudah oleh Hamas.
“Setelah lebih dari satu tahun perencanaan dan pelatihan, 1.000 pejuang menerobos perisai pertahanan senilai miliaran dolar yang telah dibangun Israel dengan susah payah di sekitar Gaza selama lebih dari satu dekade,” katanya dikutip dari Middle East Eye, Minggu (7/1/2024).
4. Buntut Gugatan Afrika Selatan di ICJ, Israel Takut Pasukannya Dipaksa Hentikan Genosida di Gaza
Baca juga: Israel Kerahkan Semua Duta Besar Buat Lobi Negara-Negara Dunia Agar Menolak Gugatan Genosida di ICJ
Israel saat ini mengalami ketakutan atas kemungkinan putusan Mahkamah Internasional (ICJ) terkait gugatan yang diajukan oleh Afrika Selatan.
Israel takut ICJ mengabulkan gugatan Afrika Selatan dan memaksa mereka untuk menghentikan serangan yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.
Kekhawatiran Israel tersebut diungkapkan oleh Otoritas Penyiaran Israel pada Jumat (5/1/2024) melalui sebuah pernyataan.
Awal mula Aftika Selatan melayangkan gugatan pada Israel di ICJ adalah pada tanggal 21 November 2023.
Saat itu, Afrika Selatan mengecam tindakan genosida Israel di Jalur Gaza.
Oleh karena itu, Afrika Selatan memutuskan untuk mengajukan petisi ke ICJ untuk memulai proses genosida terhadap Tel Aviv pada 29 Desember 2023.
Petisi tersebut berisi permintaan Afrika Selatan kepada Israel untuk segera menghentikan segala tindakan yang melanggar kewajibannya sebagai penandatangan Konvensi Genosida 1948.
(Tribunnews.com)