Bos Geng Narkoba Ekuador Kabur dari Penjara, Picu Kerusuhan, Noboa Umumkan Keadaan Darurat 60 Hari
Kekacauan terjadi di Ekuador setelah bos geng narkoba, Adolfo Macias, kabur dari penjara. Presiden Ekuador, Daniel Noboa menetapkan keadaan darurat.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.com - Kekacuan terjadi di seluruh Ekuador, Selasa (9/1/2024), setelah seorang bos geng narkoba terkenal, Adolfo Macias, kabur dari penjara.
Buntutnya, dilaporkan terjadi pemberontakan di beberapa penjara di Ekuador.
Bahkan, di kota terbesar Ekuador, Guayaquil, orang-orang bersenjata dan bertopeng membajak sebuah studio televisi saat siaran langsung.
Dikutip dari The New York Times, delapan orang dilaporkan tewas dalam kerusuhan yang terjadi di Guayaquil.
Untuk menghindari bertambahnya jumlah korban, sekolah dan kantor pemerintah ditutup.
Menindaklanjuti kekacauan di negaranya, Presiden Ekuador, Daniel Noboa, mengumumkan keadaan darurat selama 60 hari.
Noboa juga memberlakukan jam malam nasional dan memberi wewenang kepada militer untuk berpatroli di jalan-jalan, mengambil kembali kendali penjara,
Dalam keputusannya, Noboa menyatakan konflik bersenjata internal sedang terjadi dan memerintahkan militer untuk "menetralisir" dua lusin geng, yang disebutnya sebagai organisasi teroris.
Sementara itu, orang-orang bersenjata dan bertopeng yang membajak studio televisi, melakukan kekerasan terhadap staf.
Mereka mengancam para staf untuk menyampaikan di televisi agar Presiden tidak ikut campur tangan dalam kerusuhan di Ekuador.
Salah satu penyerang terdengar mengatakan ia ingin mengirim pesan tentang konsekuensi "bermain-main dengan mafia".
Baca juga: Ekuador dalam Keadaan Darurat 60 Hari, Gembong Narkoba Hilang dari Sel Penjara
Tetapi, aksi tersebut berhasil digagalkan oleh polisi, dimana 13 orang diamankan dan sejumlah senjata serta bahan peledak disita.
Selain pembajakan studio televisi, ada laporan mengenai orang-orang bersenjata menangkap penjaga penjara dan menyandera mereka.
Tak hanya itu, terjadi serangan di sekitar wilayah pesisir Ekuador terhadap pasukan keamanan dan warga sipil.
Dilansir Forbes, Ekuador diketahui sedang terjerumus dalam krisis keamanan yang parah, terutama sejak pandemi.
Organisasi kriminal telah membangun basisnya di dekat pantai dan di sekitar pelabuhan Guayaquil, yang telah menjadi pusat perdagangan narkotika, khususnya kokain.
Produsen kokain terbesar di dunia adalah Kolombia dan Peru, keduanya berbatasan dengan Ekuador.
Dalam beberapa tahun terakhir, kartel dari Meksiko, Kolombia, dan negara-negara lain telah mengambil keuntungan dari institusi-institusi yang lemah di Ekuador.
Siapa Adolfo Macias?
Macias adalah salah satu gembong paling terkenal di Ekuador.
Ia adalah ketua Los Choneros, yang diyakini sebagai salah satu geng Ekuador pertama yang menjalin hubungan dengan kartel narkoba Meksiko.
Baca juga: Ekuador Kian Mencekam, Stasiun TV Nasional Diserbu Gangster Bersenjata saat Siaran Langsung
Pada Minggu (7/1/2024), saat penyisiran barang selundupan, Macias diketahui hilang dari penjaranya yang penuh sesak di Guayaquil.
Macias diketahui sedang menjalani hukuman 34 tahun penjara karena perdagangan narkoba dan kejahatan lainnya.
Ia pernah melarikan diri dari penjara sebelumnya, pada 2013.
Seperti pemimpin geng lainnya, Macias menjalankan usaha kriminalnya dari balik jeruji besi.
Beberapa pakar keamanan meyakini seperempat penjara di Ekuador dikendalikan oleh geng.
Baru-baru ini, pemerintah Ekuador memerintahkan Macias dan narapidana terkenal lainnya dipindahkan ke fasilitas dengan keamanan maksimum.
Para ahli mengatakan perintah itu diduga menjadi penyebab kaburnya Macias dan memicu pemberontakan di penjara.
Pengaruh Geng Narkoba di Ekuador
Perang geng mulai melanda Ekuador dalam beberapa tahun terakhir.
Selama setengah dekade terakhir, para penyelundup narkoba asing telah bergabung dengan geng-geng seperti Los Choneros untuk membangun industri penyelundupan narkoba yang kuat di seluruh negeri.
Mereka menyusup ke dalam pemerintah, memeras bisnis, dan membunuh warga Ekuador yang mencoba untuk melawan mereka.
Fernando Villavicencio, seorang calon presiden yang dibunuh pada Agustus 2023, mengatakan beberapa hari sebelum kematiannya, dia telah menerima berbagai ancaman dari anggota Los Choneros.
Ia telah blak-blakan membuka hubungan antara kejahatan terorganisir dan pejabat pemerintah.
Macias dipindahkan ke bagian keamanan maksimum setelah pembunuhan tersebut.
Baca juga: Ekuador Makin Kacau, Geng Bersenjata Gerebek Stasiun TV, Berbuntut 13 Orang Ditangkap Polisi
Namun, pengacaranya berhasil berargumentasi agar Macias dikembalikan ke sel tempat dia menjalankan Los Choneros.
Noboa, yang memenangkan pemilu dan mulai menjabat pada November 2023, telah berjanji untuk menindak geng-geng dan memulihkan keamanan di Ekuador.
“Waktunya sudah berakhir ketika narapidana penyelundup narkoba, pembunuh bayaran, dan kejahatan terorganisir mendikte pemerintah apa yang harus dilakukan,” katanya dalam sebuah pernyataan video pada Selasa.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)