Rakyat Israel Sudah Muak, PM Netanyahu Ketakutan, Disebut Tak Becus, dan Terancam Digulingkan
PM Israel Benjamin Netanyahu mulai ketar-ketir karena terancam digulingkan.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan mulai ketakutan karena banyak warga Israel yang kecewa terhadap partainya, Likud.
Menurut media Israel, ketidakpuasan itu bisa memunculkan gerakan bermuara pada penggulingan dirinya dari jabatan perdana menteri.
Pada hari Senin, (8/1/2024), Yair Lapid yang menjadi pemimpin oposisi sudah berujar bahwa partainya, Yesh Atid, siap mengadakan pemungutan guna mencari sosok pengganti Netanyahu.
Yedioth Ahronoth, salah satu media besar di Israel, menuding Netanyahu berusaha meredakan situasi pelik itu dengan cara menunjuk kembali menteri yang telah mengundurkan diri.
"Dalam beberapa hari terakhir, bertambahlah rasa takut akan adanya pemberontahkan terhadap Netanyahu di Partai Likud dan gerakan bersama dengan para oposisi guna menggulingkannya," ujar media itu.
"Kritik terhadap partai itu dan koalisi penguasa oleh anggota Likud telah meningkat di tengah upaya untuk memunculkan gerakan melawan Netanyahu."
Pada hari Senin, Lapid juga dikabarnya berujar bahwa Netanyahu tidak becus memimpin Israel.
Netanyahu selalu diprotes
Dilansir dari Pars Today, sejak awal Netanyahu dilantik, kabinetnya sudah diprotes oleh rakyat Israel.
Mereka menuntut Netanyahu dilengserkan dengan menyinggung adanya empat kasus korupsi, rencana reformasi pengadilan, dan pembentukan kabinet ekstremis.
Situasi makin buruk bagi Netanyahu setelah dia gagal membebaskan warga Israel yang ditahan Hamas.
Baca juga: 100 Pengacara Chili Gugat Netanyahu ke ICC Sebagai Pelaku Genosida dan Penjahat Perang di Gaza
Mantan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert mengatakan Netanyahu perlu disingkirkan.
Menurut Olmert, Netanyahu telah melakukan kebohongan. Netanyahu, kata Olmert, harus sadar bahwa dia tak mungkin mencapai tujuan yang pernah disampaikannya di Gaza.
Sementara itu, Yedioth Ahronoth menyebut Netanyahu sudah tidak lagi mendapat dukungan dari sekutu utamanya.
Banyak anggota Partai Likud yang khawatir karena posisi partai ini mulai melemah dalam struktur kekuasaan di Israel.
Menteri Ekonomi Nir Barkat menjadi salah satu orang yang mengaku siap memimpin Partai Likud jika Netanyahu sudah dilengserkan.
Adapun partai-partai oposisi di Israel mulai menganggap saat ini merupakan peluang terbaik untuk melengserkan Netanyahu.
Dulu pihak oposisi pernah berupaya menggulingkan Netanyahu. Namun, upaya itu gagal lantaran dia adalah Ketua Partai Likud sehingga masih berpeluang untuk kembali berkuasa.
Ribuan orang berunjuk rasa
Pada hari Sabtu malam, (6/1/2024), ribuan warga Israel berunjuk rasa di kediaman pribadi Netanyahu di Caesarea.
Di tengah perang Hamas-Israel, mereka meminta pemilu segera digelar.
Dikutip dari Times of Israel, aksi unjuk rasa terbesar terjadi di Lapangan Habima di Israel.
Baca juga: Eks Kepala Mossad: Netanyahu Gagal Kalahkan Hamas, IDF Harus Pergi dari Gaza Sebelum Terpuruk
Kemudian, unjuk rasa yang lebih kecil digelar di Haifa dan di rumah prbadi Netanyahu.
Pihak yang mengorganisir aksi demonstrasi itu mengklaim ada 20.000 orang yang hadir.
Di antara mereka ada orang-orang yang dievakuasi dari wilayah di dekat Jalur Gaza dan perbatasan Israel-Lebanon serta keluarga warga Israel yang tewas karena serangan Hamas.
Adar Eylon, salah satu pengunjuk rasa yang saudaranya ditahan Hamas, kecewa terhadap pemerintah Israel.
Dia mengklaim saudaranya yang bernama Shira Eylon diabaikan oleh pemerintahan Netanyahu.
"Peribahan dimulai dari kita dan berawal dari kepemimpinan yang pantas. Tanpa kepemimpinan seperti ini, kita tak bisa memulai proses pemulihan," kata Eylon.
Sementara itu, Hani Ricardo, seorang pengunjuk rasa di luar rumah Netanyahu, menuding pemerintah tak bertanggung jawab atas kegagalan mencegah serangan Hamas.
"Sejak 7 Oktober, saya sudah menunggu, seperti yang lainnya, para anggota pemerintahan yang korup, yang hingga saat ini belum punya waktu untuk menatap mata kita semua," kata Ricardo.
(Tribunnews/Febri)